Ada setan
Pernah ada sebuah lagu terkenal, ber-aliran rock, di era dekade yang lalu. Judulnya, 'Tangan-tangan Setan'. Dinyanyikan oleh Nicky Astrea.
Orang Banyumas, kadang iseng, menerjemahkan istilah setan, menjadi, 'dibeset isine ketan'. Maksudnya, lemper.Yang enak dimakan.
Mah Surip, juga punya lagu unik, judulnya, Tukang Nasi Goreng. Diceritakan, seorang tukang nasi goreng, hilang di suatu malam. Sampai kini belum pulang. Dipertanyakan olehnya, ke mana perginya. Apakah digondhol setan, ataukah sebuah peristiwa metafisika. Kata Mbah Surip, almarhum.
Siapa Setan
Dalam hidup berke-agama-an, kerap diucapkan kata 'Setan'. Siapakah setan sebenarnya.. Figur setan, menarik untuk dicermati, karena sifatnya yang misteri. Bahkan terkesan menakutkan. Siapakah pernah melihat setan.
Oknum setan, kerap pula dijadikan kambing-hitam. Jika seseorang jatuh dalam dosa, lalu yang disalah kan 'setan'. Setan oh, setan. Kerap diucap, tak pernah terlihat. Apakah dia mahkluk yang amat lihai. Barangkali, iya. Ataukah figur jadi-jadian, yang diciptakan dalam bayang-bayang, untuk jadi alasan pembenaran. Pembenaran manusia atas sebuah kesalahan. Tidak tahu juga.
Kitab Suci
Yang jelas, dalam perikop-perikop Kitab Suci, digambarkan tentang adanya dua kuasa yang selalu mencoba mempengaruhi, atau selalu menggoda manusia di atas bumi ini. Kuasa pertama, adalah Roh-Baik. Kuasa kedua, roh-kegelapan.
Roh baik, difahami sebagai Roh-Kudus. Roh-kegelapan difahami sebagai setan. Keduanya, tak kasat mata. Atau tak kelihatan. Namun bisa dirasakan efek-efeknya. Efek negatif, atau efek positif. Istilah rohani, memakai kata 'buah-buah roh'.
'Ana setane......!'
Suatu siang tiga orang umat bertemu di bawah pohon rindang, di sebuah acara gerejawi. Umat pertama, senior. Kedua, umat medior. Ketiga, masih yunior. Bertiga mereka saling omong-omong. Diawali dari kisah umat senior. Dia mengutarakan keluh-kesahnya, sebagai umat senior.
Berangkat dari senioritas, suatu hari dia didatangi seseorang. Kedatangannya, untuk mengajak menjadi pengurus sebuah lembaga. Ajak-an itu disertai catatan, bahwa aktifitas itu sifatnya 'kerja-bakti', alias tanpa honor. Umat senior-pun, menjawab 'Ok'. Berangkat dari rasa ke-iman-an-nya, dan kesosialannya.
Pada kesempatan tindak-lanjut, diadakan pertemuan resmi. Dalam pertemuan resmi terdengar dari pihak lain, bahwa ke-aktifan umat senior, landasannya, motif 'cari keuntungan'. Melihat, mendengar suara seperti itu, umat senior jadi 'kelara-lara'.
Keluh-kesah 'ke-lara-an hati'-nya, diungkapkan di bawah sebuah pohon rindang: 'Nyong tenanan le arep mbantu. Ora golek apa-apa, malah diarani cari untung.! Payahhhh...'.
Menanggapi, keluhan umat senior, Si umat medior berkata: 'Kuwi mesthi ana setane..... Coba deleng bae mengko. Embuh, setane sapa. Ning mesti ana setane. Setan biasane ta, gawe kisruhhhh.....!.
Selamat, tidak menjadi 'setan...'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam: agung pralebda