Kamis, Maret 04, 2010

hot satu

  
Di era tahun tujuhpuluhan, di koran-koran banyak terdapat iklan tentang film-film, yang akan diputar di bioskop. Agar menarik perhatian, kerap di bagian iklan disertai keterangan singkat begini, 'Khusus Dewasa'. 
Atau begini, 'Hot !'. 
Ada juga yang gini, 'Full hot'. 
Juga ada yang gini, 'Hot 100%'. 
Ada juga yang tak kalah seru, tertulis, begini, 'Sex !'.
Tulisan-tulisan itu ditulis model miring, lalu masih dilingkari. Maksudnya, tentu saja agar pembaca tertarik, lalu menonton film itu. Dan lalu, untung yang didapat insan film jadi banyak.

Manusia yang hidup di atas tanah, di bawah langit, siapapun, dimanapun, kehadirannya di dunia, disertai oleh Tuhan dengan yang namanya sexualitas, dan lalu juga sex. Dengan itu, manusia bisa meneruskan generasinya, terus-menerus. Sehingga, tak musnah.  Sifat kedua hal itu adalah melekat, hakiki adanya. Peran dan geraknya unik, khas, yakni menyertai, menggerakkan, mempengaruhi, menghidupkan, menggairahkan. Namun ada sisi negatif pula yang tak terelakkan, yaitu menggelisahkan. 

Proses sexualitas, proses sex, berjalan terus menerus, sesuai dengan hukum alamnya. Menghasilkan sebuah daya manusiawi. Daya naluriah itu, diistilahkan dengan libido, instink-sexual, nafsu-sex, atau nafsu birahi. Daya itu bergerak terus, mendorong manusia untuk menyalurkannya, dalam bentuk kegiatan sexual. Penyaluran yang tepat & sehat, serta kodratiah, berupa hubungan sexual, antara pria dengan wanita, atau disebut 'coitus'.

Efek sosial.
Karena tiap orang mesti mempunyai, serta dan lalu menyenangi hal-hal seputar sex & sexualitas, dunia bisnis kemudian memakainya sebagai alat daya tarik. Sebagai media promosi. Akhirnya urusan sexual-pun lalu jadi barang komoditi. Bahkan komoditi ekonomi. 

Efek spiritual.
Para rohaniwan-rohaniwati, penghayat hidup selibat,  tak lepas pula dengan urusan sexualitas & sex. Daya sexual juga berjalan terus tiada henti. Maka kaum penghayat selibatpun juga selalu tergerakkan oleh daya naluriah ini. Masalahnya, bagaimana membuat, agar daya itu, tak menjadi negatif, tak menyandungkan orang, jatuh dalam skandalum, skandal sexual. Di sini rasanya, daya sex-pun perlu untuk di-management. Diatur, dikelola, sehingga malah bisa jadi hal positif-produktif. 

Faktual.
Seorang sopir mobil, sudah puluhan tahun mengabdi di sebuah biara, tempat para rohaniwan hidup selibat. Dia jadi tahu, dan lalu hapal dengan perilaku orang-orang selibater. Dengan karyawan lain, dia beri petuah, 'Kita harus tahu, jika boss kita, libidonya sedang naik. Emosinya biasanya tinggi, mudah marah tanpa alasan. Sebaiknya, kita bisa 'ngemong''.

Alm. Prof Purwowidiono, mempesankan pada murid-muridnya, dorongan sexual selalu ada. Kerap tak sadar banyak sekali energi & pikiran kita terfokus pada urusan-urusan ini. Daya sex memang harus disalurkan. Bagi rohaniwan daya itu disalurkan, bukan berbentuk hubungan sexual, melainkan  dalam bentuk sublimasi. Orientasi pikiran, diarahkan pada aktivitas yang positif, yang menghibur, yang menyenangkan, meng-asyik-kan. Sokur produktif.  Hoby, kegemaran, kesenangan bisa jadi jalan keluarnya: tulis-menulis, musik, olah-raga, beladiri, seni, tehnik, liburan rutin, cuti tahunan, hewan-piaraan, tanaman-kegemaran, menyanyi, dsb. 

Seorang rohaniwan senior, pernah ber-ujar, 'Dadi romo, arep kreatif, rada aneh-aneh ora papa, ning siji sing ora entuk dilakoni, karo wong wadon.....!'

Selamat bersublimasi. 
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
agung pralebda

Tidak ada komentar: