Trade Mark, bisa diartikan 'Merek dagang'. Kenapa harus ada merek. Untuk identitas, ciri khas. Kenapa harus diberi identitas khas. Karena ada nilai. Nilai komoditas. Komoditas adalah bahan, yang bisa diperjual-belikan. Jadilah komoditas dagang, atau komoditas ekonomi. Yang namanya komoditas, bisa berupa barang, bisa berupa jasa. Malah bisa pula berupa sistem. Sistem nilai.
Pada sebuah petang, Kijang dinas meluncur pulang dari pelayanan sebuah stasi. Mampir di sebuah tempat, penjual tahu kupat. Tahu-kupat, adalah tahu yang diberi kupat. Bukan kupat diberi tahu. Itulah menu khas, dagangan sebuah warung UKM.
Sebagai sapaan sosialitas dengan masyarakat kebanyakan, belilah seporsi tahu-kupat. Pasangannya, Es-teh. Nyaman, sebagai bahan wedangan. Pembeli tahu kupat, petang itu cukup banyak. Maka harus antre. Sambil, antri tersaksikanlah, toko di mana emperannya untuk jualan tahu-kupat, sedang punya hajatan. Hajatannya, bukan supitan atau pengantenan, melainkan tasyakuran. Istilah mudahnya syukuran. Yang punya hajat syukuran adalah pemilik toko. Seorang ibu. Malam itu didoakan oleh warga sekitarnya, agar perjalanan-naik hajinya selamat, lancar tak kurang suatu apa. Si pemilik toko memang esok harinya akan diantar ke bandara Adisumarmo Solo, untuk berangkat naik Haji.
Acara syukuran tak sekedar doa semata, melainkan juga dilengkapi dengan menu makanan. Sesudah doa--darasan ayat-ayat al-quran--, dilanjutkan dengan makan. Semua pendoa disuguh soto model Sokaraja. Tak ketinggalan, pedagang-pedagang sekitar emperan tokopun, ketiban rezeki, diberi seporsi soto model sokarajanan. Pengusaha UKM tahu kupat, juga kebagian. Tapi tak sempat makan, karena saking sibuknya melayani pembeli. Berhubung sudah agak kenal, maka soto-sokarajanan ditawarkan. Tentu juga tak bayar. Kesempatan bagus tak disia-siakan, soto tawaran, buah syukuranpun diterima tangan, lalu dinikmati dengan enthing-gembira. Maklum tak harus bayar. Jadilah, makan soto-sokaraja, di warung tahu kupat. Gratis lagi.
Namun sebenarnya itu semua tak terlalu penting. Yang lebih penting adalah, sesudah makan. Di sebelah tempat duduk hadir seorang tukang ojeg. Orang lokal yang sedang cari penumpang, buat tambahan nafkah harian. Dengan kesungguhan, tanya pada tukang ojeg, tentang kegiatan naik haji, sebagai keutamaan-keagamaan.
+ 'Pak orang naik haji, katanya dijamin masuk sorga. Apa betul.........?'
- Si Bapak tukang ojeg tak segera jawab, malah ketawa terbahak-bahak.
Namun akhirnya jawab juga, 'Niku to Merek-e. Angger tiyang gadhah dhuwit ta, saged tuku merek. Ning mlebu sorga ta boten ditentokke dening merek. Sing nentokke ta uwonge. Angger kelakuanne sae ta mesti mlebet sorga. Arepa mereke dobel, ning angger uripe ora pener ta, ya mbotene mlebu sorga.....!'.
Bagi seorang tukang ojeg, sebuah titel ke-agamaan--sesudah ziarah ke tanah suci--, dikatakan sebagai merek(Mark). Siapa punya uang, bisa dapat merek itu. Tapi, urusan masuk sorga, tak otomatis ditentukan oleh merek. Yang menentukan sorga, adalah kelakuan. Tak sembarang kelakuan, namun kelakuan sing pener.
Hidup pener, adalah jalan menuju Allah. Bukan 'merek'-nya.
Terimakasih Pak Tukang Ojeg, atas teologi-mu.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
NB: UKM=Usaha Kecil Menengah
Rabu, Juni 10, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar