Kamis, Juni 18, 2009

Waras-wareg


http://www.bhinnekatunggalika.org/downloads/ts2-gusdur.jpg
Jalan antara Bumiayu - Purwokerto, melintasi daerah pegunungan. Maka naik-turun dan berkelak-kelok. Cukup berbahaya, jika pengendara kendaraan tak disiplin mentaati peraturan lalu-lintas. Suatu sore, peng-udud '76 naik mikro-bus dari Bumiayu ke Purwokerto. Di sore hari, banyak truk semen pada pulang menuju Cirebon. Sopir mikro-bus mengemudi dengan berhati-hati, tak ngebut. Meski demikian, ada juga peristiwa yang tak terduga. Di sebuah belokan, mikro bus dikagetkan oleh kemunculan sebuah truk semen, yang menyalib kendaraan lain di tikungan. Akibatnya, kedua sopir kaget, baik sopir mikro maupun sopir truk semen. Truk posisinya salah. Menyalib di tikungan, tak bebas pandang, dan yang jelas mangan dalan. Akibatnya, bis-mikro tak kebagian jalan, Terpaksa ngalah, turun ke badan jalan. Jika tak ngalah pasti tabrakan. Ketika kaget, si sopir sempat berteriak, 'Lhaaaaa, lhaaaa...., lha.......!'. Ternyata, tak hanya satu kendaraan truk-semen itu saja. Ada tiga mobil, yang sama-sama tak disiplin, menyalib di tikungan. Yang kedua, jenis avanza. Yang ketiga jenis Inova. Ketiganya, hampir berserempetan, bertabrakan. 'Lhaaaaa....., lha....., lhaaaa.....', Itu kata si sopir mikro, ber-ulang-ulang.

Mestinya dia benar. Berposisi di jalur kiri jalan. Tapi bagian itu diserobot kendaraan dari arah berlawanan. Akibatnya, 'Lhaaa...., lha.........., lha..........., hampir tabrakan. Lalu, dia meminggirkan kendaraannya di bagian jalan yang tak ber-aspal. Serta pula kemudian, menghentikan kendaraannya, dia sambil narik napas & berkata, 'Sing waras ngalah. Sing waras, ngalah..........!'

Dengan ber-ucap, dan meminggirkan kendaraan, ber-arti dia menerapkan sikapnya dalam perbuatan. Dia sudah benar, dia waras, namun mengalah. Demi sesuatu yang mulia. Yakni, tabrakan terhindari. Keadaan akan berbeda jika dia tetap tak mau ngalah. Posisi hukumnya sudah benar, berjalan di sisi kiri jalan. Namun toh, tetap tak kebagian jalan, karena diserobot orang. Orang yang tak patuh pada aturan. Tak disiplin pada undang-undang, demi kepentingan diri. Maka memang benarlah --kata slogan--, 'Kecelakaan, bermula dari pelanggaran'. Dan itu kerap terjadi.

Selama hidup di atas bumi, peng-udud '76 mengalami banyak kejadian. Juga ketika menapaki sesi hidup dalam lingkup per-imam & per-iman-an katolik. Kejadian yang banyak me-nyesak-kan, lebih pada jika menghadapi hal:
Ketika, apa yang mestinya benar, dikatakan, sebagai tidak benar.
Ketika sebuah kesetiaan bersifat injili & gerejawi, lalu dikatakan sebagai tak injili.
Ketika sebuah fakta A, lalu dikatakan sebagai non-A.
Dan ketika, ketika, ketika yang lain....nya.

Seorang rohaniwan amat senior, memberikan nasehatnya, dalam sebuah kalimat sederhana, 'Sing Waras Ngalah !'.
Nasehat itupun, ternyata cocok dengan yang diamalkan sopir mikro-bus trayek Bumiayu - Purwokerto, 'Sing Waras Ngalah !'.

Apakah aku, sudah ..............
Apakah kita, sudah ..............
Apakah anda, sdh (sing).............(ngalah).

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: