Tanggal 21 April adalah Hari Kartini. Pas hari kartini, enam orang remaja es-em-pe, anggota misdinar Gereja Katedral Purwokerto, diajak keliling stasi-stasi. Ada empat stasi dan dua kepala stasi yang dikunjungi.
Kepergian mereka harus memakai helm-helm. Harus demikian karena mereka naik pick-up, bak terbuka. Ber-enam mereka naik pick-up Chevrolet. Menurut aturan lalu-lintas, memanglah harus demikian. Tertib hukum, pakai helm. Dan karena taat hukum, dengan pakai helm, maka ketika dua mobil patroli menyalib, mereka menghormati, dengan tidak menghentikannya. Pendek kata, tidak mempersoalkannya.
Perjalanan dimulai, jam delapan pagi. Karena dua orang misdinar langsung dari ikut misa pagi, mereka jadi belum sarapan. Untuk itu, bertujuh dengan sopir, mereka ambil makan sarapan di warung makan, dekat Karang-lewas. Warung makan biasa, tempat para sales dan karyawan-tukang pada makan.
Ciri khas remaja seusia misdinar, terkadang unik. Jika salah satu kawan ambil lauk tahu-goreng, semua kawan yang lain ikut lauk tahu-goreng. Ketika salah seorang pilih es-teh, semua mereka pilih es-teh.
Ketika makan, para misdinar sambil berbincang dan berkelakar. Suasana jadi meriah. Ketika itu berlangsung, seorang pekerja truk kayu, yang sedang makan di sebelah meja, menyapa, 'Niki kelompok napa pak....? Kok katone akrab temen.....!'.
Di sebelah lain seorang pekerja bangunan, yang juga sedang makan, memberi komentarnya atas ulah para misdinar-misdinar, 'Waahh, nyeneng-i ya pak...!'
Habis sarapan, rombongan mengunjungi Kapel Ajibarang. Kebetulan Rm Surya SJ, sedang di halaman. Lalu para misdinar dipandu oleh beliau melihat-lihat bagian-bagian kapel dan pastoran.
Dari sini, perjalanan diteruskan ke Ketua Stasi Wangon. Posisi rumah di Cikakak. Dekat dengan industri ciu rumahan. Ciu Cikakak. Langsung berikutnya menuju Gua Maria mBah Beji, di belakang Kapel Wangon. Selanjutnya melihat pembangunan kapel baru yang sedang dikerjakan.
Dari Wangon, perjalanan melewati Tinggar-Jaya. Di kawasan itu terdapat seorang muda sedang membuat chasis truk. Berhentilah rombongan misdinar, melihat-lihat orang muda yang sudah pintar bikin chasis truk, yang harganya sembilan juta, siap pakai.
Kapel Stasi Genthawangi, adalah berikutnya. Mampir ke ketua stasi, disuguh warna-warni. Wes-e-es, e-wes, cepet entek suguhane. Sambil mengembalikan rantang yang semula untuk caos dhaharan, diambil dudukan pengeras suara, untuk diukur tempat mana yang cocok di bagian kapel. Maka masuklah ke Kapel Genthawangi. Melihat, mengukur, berdoa singkat, bertegur sapa dengan dua orang umat. Para misdinar melakukan itu semua. Dan selalu dengan jabat tangan.
Habis itu pulang. Di perjalanan, waktu sudah menunjuk jam satu siang. Waktunya makan. Maka mampirlah ke rumah makan Pak Lurah di Sidaboa. Agar mereka tak merasa harus lauk seragam, diberitahulah oleh sopir pick-up keterangan, 'Silahkan makan, lauknya ambil bebas. Tidak harus sama. Juga minumnya...!'. Setelah ada keterangan demikian, mereka ambil dengan semangat masing-masing. Ada yang lauk telur dadar. Ada yang ikan kali lembutan. Ada yang iwak pitik. Ada yang telur godhog, masih ditambah jerohan ati-rempela. Namun, masih ada misdinar yang polos sederhana. Dia ambil lauk, tempe model criping.
Ketika makan siang, suasana tetap meriah. Mereka berceloteh sana-sini. Dari soal sepur, sampai soal bola. Habis makan, lalu pada photo-photanan di atas bak pick-up dengan memakai helm-helm. Melihat perilaku-perilaku mereka, anak dari Bapak Lurah yang sejak awal mengamati dan melayani piring-piring bertanya, 'Mau diajak ke mana omm.....?! Mereka itu.'
Misdinar, adalah putra-putri altar. Tugas pokoknya, melayani ekaristi di altar.
Kegiatan misdinar, bisa meng-akrab-kan,
Kegiatan misdinar, bisa juga me-nyenangkan, bagi mereka sendiri, maupun bagi orang tua yang menyaksikan.
Tetapi anak Pak Lurah bertanya, 'Mau diajak ke mana ommm.....?! Mereka !'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Selamat meng-asuh misdinar-misdinar........
Selamat meng-asuh misdinar-misdinar........
Wasalam:
-agt agung pypm-