KERAMAT
1. Hampir setiap malem Selasa Kliwon, Kijang-dinas-hijau pergi ke Stasi Genthawangi. Untuk pelajaran agama. Juga sarasehan. Juga studi bersama ttg kebudayaan, bareng umat. Pada sebuah malem Slasa Kliwon, ketika pulang roda kijang terperosok ke dalam lumpur. Diangkat sampai 10 orang, tidak kuat. Malem Selasa Kliwon berikutnya, ketika pulang, ban belakang kena paku besar. Bocor. Padahal ban-nya masih baru.
2. Ada orang yang bilang, jangan sembarangan berkegiatan di malem Selasa kliwon. Itu saat-saat keramat. Demikian juga dengan Jumat-kliwon. Itu malem keramat. Demikian juga, bulan suro, malem satu suro. Itu waktu-waktu keramat. Jika aneh-aneh,bisa dapet musibah. Demikian juga dengan angka 13. Harus dihindari. Itu angka keramat. Bisa bawa sial. Benarkah demikian ...? Kena percaya-kena ora !.
4. Kata keramat, menunjuk sesuatu yang punya daya di belakangnya. Ada kuasa yang bisa berperan di belakangnya. Dan kuasa itu bisa menentukan nasib orang. Nasib jadi baik, atau malah sebaliknya,naas, dapat musibah.
5. Sebuah benda, contohnya ‘Jimat’, kerap dipandang sebagai barang keramat. Itu maksudnya, ada daya di belakang benda itu. Dan daya-kuasa itu dipandang bisa memainkan nasib orang. Maka tak heran, jika ada orang yang mohon sukses pada sebuah benda keramat. Mohon, jodoh, pada sebuah benda keramat. Mohon kebal godaan, pada sebuah aji-aji yang di anggap keramat. Mohon lancar rezeki, pada sebuah benda keramat.
6. Jika dipikir secara teliti, sebenarnya bukan bendanya yang diyakini bisa bikin si pemohon sukses. Namun kuasa-daya dibalik benda itu yang berperanan, yang menentukan.
Yang dikeramatkan orang, ternyata tidak hanya waktu. Benda juga dikeramatkan. Jika waktu, dianggap keramat, lalu apa maksudnya. Tentu saja, maksudnya adalah, bahwa di belakang waktu, ada sebuah kuasa besar, yang bisa menentukan nasib orang. Maka lalu ada waktu yang dihindari. Ada waktu yang dipilih, sebagai hari baik. Contoh, untuk pindah rumah, untuk pernikahan, untuk ini, untuk itu, dsb.
Kitab-Suci
Dalam dunia Kitab Suci, ternyata ada pula saat-saat keramat. Dalam bacaan injil, dikisahkan bagaimana para murid, yang kembali ke profesi semula, menjadi nelayan lagi, sebagai penangkap ikan lagi. Pada suatu saat tertegun ketika melihat Yesus. Sesudah sekian lama Yesus bangkit, mereka memang tak ketemu lagi secara fisik. Tiba-tiba Tuhan Yesus muncul mendadak. Malah minta ikan.
Dalam peristiwa ini, ada hal-hal menarik yang terjadi dalam diri para murid. 1. Mereka tertegun, 2. Mereka diam, 3. Mereka hening, 4. Mereka heran, 5. Mereka bertanya-tanya dalam hati, tapi tak berani menyapa. 5. Mereka takjub, kagum, sekaligus takut. Lalu hormat.
Dalam peristiwa ini, ada hal-hal menarik yang terjadi dalam diri para murid. 1. Mereka tertegun, 2. Mereka diam, 3. Mereka hening, 4. Mereka heran, 5. Mereka bertanya-tanya dalam hati, tapi tak berani menyapa. 5. Mereka takjub, kagum, sekaligus takut. Lalu hormat.
Mengapa bisa demikian. Karena dihadapan mereka ada kuasa. Kuasa itu adalah Tuhan Yesus yang sudah mati, namun bangkit dan menjumpai mereka lagi. Lalu, apa yang mau dikatakan. Tak bisa omong. Diam. Itulah jika orang berhadapan dengan kuasa, apalagi yang tak Nampak. Saat-saat yang mencekam, penuh dengan tanda-tanya, sekaligus menakutkan, itulah yang disebut saat sacral. Saat keramat. Jadi keramat, artinya di belakang sesuatu ada kuasa yang hadir, dan berperan menentukan nasib manusia.
Ekarisiti, juga adalah saat keramat. Saat sacral. Karena dalam ekaristi kita berhadapan dengan kuasa. Kuasa Tuhan yang tak kelihatan, namun menentukan. Dalam ekaristi, kita bertemu dengan Tuhan. Maka dalam arti ini, saat-saat ekaristi adalah saat keramat. Maka sikap kitapun, seyogyanya seperti para rasul: Hening, tertegun, bertanya-tanya dalam hati, kagum, sekaligus hormat. Alasannya, Tuhan hadir menjumpai kita. Karena itu, kehadiran Tuhan tidak tepat jika kita tinggalkan dengan kesibukan kita. Entah bicara sendiri, entah facebookan, entah ini, entah itu……….
Sesuatu dianggap keramat, karena ada kuasa di baliknya. Kuasa itu adalah Tuhan yang menyelamatkan. Lewat peristiwa paskah.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-
NB: Homili dalam ekaristi 17/4/2010
NB: Homili dalam ekaristi 17/4/2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar