Rabu, September 23, 2009

Sukun & Kerajaan Allah













Sebuah Bus Sinar Jaya, trayek Kroya - Jakarta. Di pagi-pagi benar, esuk umun-umun, berhenti di sebelah selatan kawasan Kota Jakarta. Tepatnya kidul stasiun KA. Tak menurunkan penumpang, namun menurunkan Sukun-sukun dari bagasinya. Ternyata, buah-buah sukun itu dikirim dari daerah Binangun, Widara Payung Cilacap. Daerah tak jauh dari kediaman istri kedua Noordin M Top.

Sesudah diturunkan, diteruskan dimuat bajaj, di bawa ke sebuah tempat. Untuk diolah jadi makanan, dan dipasarkan. Sukun-sukun itu menjadi bahan komoditi. Sebuah hasil bumi, jadi komoditas ekonomi. Menghasilkan uang, menunjang kehidupan. Buah yang dulu tak ada, jadi ada, karena ada penanaman pohon. Pohon Sukun. Dan itu merupakan buah dari sebuah gerakan beberapa tahun yang lalu, yakni gerakan penghijauan, dengan menanam pohon Sukun. Kecuali rindang, juga menyejukkan.

Di antara stasi-stasi Paroki Katedral Purwokerto, ada yang namanya Stasi Genthawangi. Stasi ini agak berbeda dengan yang lain. Salah satu cirinya, adalah hampir tiap rumah penduduk rindang, tak panas, karena selalu ada pohon-pohon di halamannya. Pohon-pohon itu, pohon mangga, atau pelem dalam bahasa Jawanya. Kini sudah mulai berbuah, nambah asri suasana. Warna hijau, teduh, dilengkapi dengan buah segar tergantung di ranting. Sejuk, tak kimiawi, tapi sejuk alami. Suasana nyaman itu, bisa terjadi, karena beberapa tahun yang lalu, pernah ada gerakan. Bukan gerakan demonstrasi, provokasi, tapi gerakan menanam pohon. Sebuah kegiatan penghijauan, yang sekaligus bernilai tambah, menghasilkan buah.

Demikianlah, jika ada relasi harmoni antara manusia dan lingkungan. Saling meng-untung-kan. Manusia diuntungkan, ketika alam sekitar, dirawat, direboisasi. Tak dieksploitasi. Dikelola secara seimbang. Memang alam tak baik jika diperas habis-habisan. Akan ada balasan. Pesan 'kuasailah jagat raya dari kitab Suci' mesti diartikan sebagai kegiatan mengelola, merawat, melestarikan alam lingkungan. Tak berarti memerasnya habis-habisan.

Bacaan Kitab-suci hari-hari ini, juga mem-pesankan pada para murid, untuk mengabarkan Kerajaan Allah. Dan pemberitaan Kabar gembira Kerajaan Allah, mesti bersifat kabar gembira. Sesuatu akan menjadi kabar gembira, jika tercipta relasi baik dengan sesama. Sesama yang adalah manusia. Juga sesama, yang adalah alam lingkungan. Pohon-pohon, tanaman keras maupun padi-palawija. Tanah yang subur. Cadangan air yang memadai. Tak mengandung ancaman banjir atau kekeringan.

Bulan depan adalah juga perayaan Kristus Raja semesta Alam. Sebuah konsep pengertian bahwa keberadaan Yesus Kristus di dunia, tak lepas dengan situasi alam. Alam yang terjaga, adalah bentuk real ungkapan akan pengakuan Yesus Sang penguasa alam ini.

Penghijauan-penghijauan, adalah sebuah upaya untuk melestarikan, merawat alam dan lingkungan. Kegiatan itu tak harus berskala besar. Atau bernilai milyaran. Bisa berupa gerakan. Gerakan bersama, menanam pohon. Bisa pula gerakan personal.

Di sebuah tempat, ada bengkel spesialis, Jeep. Namanya, Bengkel Seribu Pohon. Bengkel itu sejuk, karena diatapi oleh pohon-pohon yang rindang & men-sejuk-kan.

Selamat, menikmati ke-rindang-an & ke-sejuk-an, dari pohon-pohon.

Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: