Senin, September 14, 2009

Muka masam

Seorang ibu guru yang soleh, sebuah sore menceritakan pengalaman ke-Tuhan-an-nya. Yang menjadi pengalaman ke-iman-an-nya. Ketika sekolah di es-em-pe, disodorkan pada anak-anak didik, untuk memilih pelajaran agama yang dikehendakinya. Ada beberapa guru agama, dengan spesialisasi ilmu agama yang dibidanginya. Ada guru yang wajahnya masam terus. Kecut. Tak pernah ramah. Salah satu guru yang lain, adalah guru agama katolik. Guru yang satu ini, khas dibanding yang lain. Dia, tak pernah marah. Wajahnya ramah. Murah senyum. Dan rendah hati. Semangat keterbukaannya, semangat persaudaraannya, menarik bagi calon ibu guru soleh, yang ketika itu seusia gadis es-em-pe.

Ketertarikan pada guru agama katolik, menuju ke pertanyaan, 'ada apa' di balik pribadi bapak guru, yang rendah-hati itu. Keinginan-tahu pada guru, menjadikan dia murid yang rajin & tekun. Dari ketekunannya, meningkat lebih lanjut, akhirnya menjadi katekumen. Dalam proses pembelajaran, sebagai katekumen, diketahuinya bahwa pak guru agama katolik punya semangat. Semangat itu, adalah semangat iman. Iman akan Gusti Yesus Kristus. Gusti Yesus, yang jadi pegangan pak guru agama katolik, ternyata tak senang perang. Tak senang pula kekerasan. Yang disenangi malah, pengorbanan. Pengorbanan demi sesama. Banyak penyembuhan dilakukannya, dengan gratis. Gusti Yesus itu, karena kegiatan penyembuhannnya jadi terkenal. Dicari banyak orang. Namun, Dia tak mau jadi terkenal. Dilarangnya, agar jangan cerita pada siapa-siapa, jika Ia berbuat baik.

Ajarannya, Gusti Yesus juga lain daripada yang lain. Cinta, tak hanya ditujukan pada orang yang disenangi saja, malah juga ditujukan pada orang yang tak disenangi. Malah, musuh-pun, supaya dicintai, dan dimaafkan. Wuedan. Ajaran, yang di luar kebiasaan.
Jika beri sedekahpun, disarankan jangan omong-omong. Jika tangan kanan beri sodakoh, tangan kiri jangan sampai tahu. Weladalah, kopyah.
Juga jika puasa, diajarkannya, jangan bermukamurung. Minyaki rambut, agar tak kentara jika sedang puasa. Weladalah.
Pula jika doa. Diajarkan, masuklah di kamar. Tutuplah pintu. Tuhan Allah sudah tahu apa yang hendak kau doakan. Tak usah teriak-teriak. Apalagi maksa-maksa orang untuk berdoa.
Tuhanmu juga tak jauh di sana. Tuhanmu, dekat padamu, sebutlah dalam doamu dengan sebutan 'Bapa'.


Itu baru beberapa ajaran. Dari ajaran itu, terkesimalah gadis es-em-pe itu. Kian lama jadi yakin. Karena ternyata Gusti Yesus itu, rela mati untuk umatnya. Dia yang mengorbankan diri-Nya. Tak mengorbankan orang lain. Tak juga mengorbankan musuh, agar mati semua. Dia sendiri yang memilih mati. Malah mengampuni. Malah juga mendoakan musuh-musuhnya, yang menjadikan Dia dihukum mati.

Selamat. Untuk gadis es-em-pe. Yang kini sudah jadi ibu guru yang soleh. Guru agama lagi. Meniru pak gurunya, yang rendah hati dan ramah. Dan itu, tak lepas dari Sang GURU Sejati. Gusti Yesus sendiri.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: