Rabu, September 16, 2009

Kursus ITB

Ada bermacam-macam kursus ditawarkan. Kursus bahasa asing. Kursus komputer. Kursus bikin kue. Dsb-dsb. Semuanya mengarah agar orang punya ketrampilan. Punya daya. Daya berkembang. Daya ekonomi. Daya hidup. Penting pula punya resep. Resep hidup agar bertahan dari godhaan. Maka dalam kekatolikan diselenggarakan 'Kursus Persiapan Perkawinan'.

Di tepian Sungai Serayu, terdapat sebuah kapel kecil. Seorang remaja Es-em-pe, klas satu, rajin ikut ekaristi dua mingguan. Tak sekedar ikut, duduk doa saja. Tapi sebelum ekaristi dimulai, turut menyiapkan sarana-sarana liturgi. Piala, roti-anggur, buku-buku bacaan, dsb. Dus, sekaligus dia sebagai koster. Adhiknya yang masih balita, kerap membantunya. Bawa gelas kecil dan wijikan, dari sakristi ke altar.

Jika ekaristi dimulai, Si remaja Es-em-pe juga jadi pembaca. Biasanya, Bacaan pertama. Dus juga, dia sebagai lektor. Bagian doa-umatpun, dia yang doakan. Dus, juga sebagai pendoa-umat. Dialah satu-satunya umat muda, yang paling mumpuni di stasi itu. Seorang remaja Es-em-pe, klas tujuh. Menurut istilah mendiknas, era kabinet persatuan.

Suatu hari, sepeda si remaja Es-em-pe, klas tujuh, ban-luarnya pecah. Maka harus diganti. Dia ganti dengan yang baru, sesudah dibelikan orang-tuanya di pasar Rawalo. Gantinya, tak di bengkel. Tapi diganti sendiri. Alat-alatnya, terbatas. Untuk ngatasi keterbatasan, buat njugil ban, dia pakai sendok makan. Jadi tak ada rotan, akar-pun jadi. Sendok makan, bisa buat ganti ban. Tak hanya untuk suap nasi. Tak hanya kreatif, tapi sungguh aktif. Lebih dari sekedar 'kere-aktif', spt yang tertulis di mobil angkot.

Rabu kemarin, pagi-pagi, mobil kijang dinas hijau, meluncur ke rumah si remaja es-em-pe, klas tujuh. Yang juga koster, yang juga lektor, yang juga pendoa umat. Kedatangan kijang, untuk menghantar ke sebuah pengusaha tambal ban. Remaja es-em-pe, klas tujuh, sedang libur sekolah idul-fitrinan, selama duabelas hari. Selama sepuluh hari, waktu liburan hendak diisinya dengan kegiatan. Bukan kegiatan wisata ke Pulau Dewata, atau Danau Nirwana. Melainkan akan diisi dengan kursus. Yakni kursus 'tambal ban'.

Setiap pagi, kini dia naik bus duaribuan. Berangkat kursus 'nambal ban'. Cita-citanya, ingin menjadi juragan ban. Seperti 'Subur Ban', Jaya Ban, .........ban.

Selamat bepergian, dengan memakai ban.
Jika gembos, mampirlah ke tukang tambal ban.
Berkat 'ban', terdukunglah kehidupan beriman.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:

-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: