Naik sepeda, nemu uang jatuh di jalan, kadang terjadi. Namun naik sepeda nemunya Bank, susah dimengerti. Tetapi itulah kenyataannya.
Hampir setiap hari Sepeda 'Polygon Siera', menyusuri jalan-jalan Purwokerto. Rutin untuk olahraga. Kerap pula untuk urusan-urusan jarak pendek, spt belanja, fotokopi, menemui orang, dsb. Jika olah raga, di tempat tertentu, Sepeda 'Si Poly' itu berhenti. Untuk relaksasi, untuk minum kopi. Dua tiga kali, akhirnya kenal dengan penjual wedang kopi. Karena pengemudi sepeda selalu bawa tas-kecil, lalu dianggap sebagai petugas 'Bank Keliling', atau bank-harian.
Penampilan seperti tukang-bank-harian, memunculkan minat pengusaha-wedang-kopi untuk pinjam dana. Dia butuh dana, untuk rehab warungnya. Ternyata betul, terpal atap sudah bolong. Sehingga jika gerimis, air masuk warung. Keseriusan pinjam-meminjam ternyata serius, karena tiga kali di utarakan, dalam tiga kali pertemuan. Dan katanya, sanggup mengembalikan. Model harian sangggup, mingguan juga sanggup.
Sebagai petugas pelayanan kerasulan-pastoral, tak nyaman rasanya berkegiatan pinjam-meminjam uang. Maka, tersepakatilah pinjaman dalam bentuk barang. Sebagai tindak-lanjut, di sebuah siang, sepeda 'Poly' mampir toko terpal, untuk beli ukuran '5x7'. Sorenya diserahkan dengan perjanjian di atas kwitansi. Dilengkapi buku kecil berlogo pramuka, untuk catatan cicilan. Dicicil 12 kali. Tiap Sabtu pagi.
Maka jadilah kini sepeda Polly, tiap sabtu pagi terima setoran cicilan. Cicilan pelunasan terpal. Dan terpal itu, kini sudah terpasang, sehingga warung kopi jadi nyaman, tidak bocor jika hujan.
Tak bermaksud cari untung, cari riba. Tapi maksud spiritual hanyalah membantu sesama. Jadilah kini penampilan tambahan, peng-udud '76 sebagai tukang 'Bank Mingguan'.
Selamat bantu sesama, dengan aneka cara.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Hampir setiap hari Sepeda 'Polygon Siera', menyusuri jalan-jalan Purwokerto. Rutin untuk olahraga. Kerap pula untuk urusan-urusan jarak pendek, spt belanja, fotokopi, menemui orang, dsb. Jika olah raga, di tempat tertentu, Sepeda 'Si Poly' itu berhenti. Untuk relaksasi, untuk minum kopi. Dua tiga kali, akhirnya kenal dengan penjual wedang kopi. Karena pengemudi sepeda selalu bawa tas-kecil, lalu dianggap sebagai petugas 'Bank Keliling', atau bank-harian.
Penampilan seperti tukang-bank-harian, memunculkan minat pengusaha-wedang-kopi untuk pinjam dana. Dia butuh dana, untuk rehab warungnya. Ternyata betul, terpal atap sudah bolong. Sehingga jika gerimis, air masuk warung. Keseriusan pinjam-meminjam ternyata serius, karena tiga kali di utarakan, dalam tiga kali pertemuan. Dan katanya, sanggup mengembalikan. Model harian sangggup, mingguan juga sanggup.
Sebagai petugas pelayanan kerasulan-pastoral, tak nyaman rasanya berkegiatan pinjam-meminjam uang. Maka, tersepakatilah pinjaman dalam bentuk barang. Sebagai tindak-lanjut, di sebuah siang, sepeda 'Poly' mampir toko terpal, untuk beli ukuran '5x7'. Sorenya diserahkan dengan perjanjian di atas kwitansi. Dilengkapi buku kecil berlogo pramuka, untuk catatan cicilan. Dicicil 12 kali. Tiap Sabtu pagi.
Maka jadilah kini sepeda Polly, tiap sabtu pagi terima setoran cicilan. Cicilan pelunasan terpal. Dan terpal itu, kini sudah terpasang, sehingga warung kopi jadi nyaman, tidak bocor jika hujan.
Tak bermaksud cari untung, cari riba. Tapi maksud spiritual hanyalah membantu sesama. Jadilah kini penampilan tambahan, peng-udud '76 sebagai tukang 'Bank Mingguan'.
Selamat bantu sesama, dengan aneka cara.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar