Jumat, Oktober 02, 2009

Yang Masuk Sorga.




Sebuah siang, trail-mot-nas menyusuri tepian Sungai Serayu. Di sebuah tempat terdapat truk-truk tangki aspal sedang parkir. Ternyata, tempat itu tempat kencing. Bukan kencing air seni, melainkan truk yang kencing aspal. Sebuah sindikat, tata-kerjasama-nya rapi, melakukan aksinya.  Tapi sayang, aksi pencurian.


Suatu kali, 72 murid laporan pada Yesus, bahwa mereka cukup berhasil mengusir setan-setan, dan menyembuhkan orang sakit. Dan itu semua dilakukan oleh mereka berkat 'atas nama Yesus'. 


Para murid merasa mongkog, bangga, masgul. Itu wajar. Yesus menanggapi, itu baik, dan pantas untuk  suka-cita. Namun jangan hanya sampai di tahap itu.  Lebih suka-cita  lagi, bukan karena bisa bertindak baik, berkegiatan sosial, bantu orang. Namun, karena 'namamu, sudah tercatat di Sorga !'. 


Jadi, sukacita, sebagai buah kegembiraan, menurut Tuhan Yesus, ada tingkatannya.
Pertama, berbuat baik.
Kedua, nama 'tercatat di sorga'.
Nampaknya, betul yang dikatakan Tuhan Yesus. Banyak orang memang  bisa berbuat baik, saling tolong-menolong, solider, kerjasama. Namun tak otomatis serba betul, dan lalu dapat pahala. Karena itu bisa tak pas. Alias tidak tepat.



Preman-preman, saling kerjasama antar mereka, saling berbuat baik antar mereka. Namun, untuk memeras. Atau untuk mencuri. Curi minyak, curi aspal, curi batubara, curi besi, curi kayu,  dsb.  Saling solider, tutup mulut, jika ada yang kecekel aparat. Saling bela anggota gang-nya, jika dapat tantangan dengan kelompok lain.


Perusahaan-perusahaan yang nakal, kadang kerjasama, kong-kali-kong,  untuk ngontrol harga. Harga jadi tinggi. Istilah untuk mengungkapkah hal seperti itu, adalah 'kartel'. Dekat dengan istilah kartel, adalah 'monopoli', 'Oligopoli'. 


Bandar narkoba, bisa jalankan bisnisnya dari balik terali besi. Itu juga karena kerjasama. Dus kerjasama, baik, tapi belum tentu pas, atau benar, atau pener. 


Yang 'baik', tetapi sekaligus bener, serta pener, adalah yang jadikan orang--si pelaku kebaikan-- tercatat di Sorga. Tak tiap perbuatan baik, otomatis menghasilkan  orang tercatat di sorga. 

Yang baik, dan lalu menjadikan orang  tercatat di sorga, mesti memenuhi kriteria. 
Pertama, baik sungguhan.
Baik, secara moral, etika, hukum, budaya, adat.

Kedua, bersumberkan kuasa Yesus. 
Ketiga, selalu menyandarkan diri pada Yesus. 
Jadi dalam berbuat baik, selalu dihayati adanya relasi dengan Yesus. Tentu saja ajaran-ajaran Yesus. Ajaran Yesus, intinya kasih. Kasih itu bersifat membangun, tak merusak.


Selamat berbuat baik, yang ber-out put- kan, 'nama kita tercatat di sorga'. 


Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: