Jumat, Oktober 16, 2009

Indikator

Dalam dunia ukur-meng-ukur, dikenal adanya istilah 'Indikator'. Jika terjadi sebuah kemajuan, indikasi-indikasinya apa. Sebaliknya, jika terjadi kemunduran, tanda-tandanya apa. Ada indikasi yang bisa dicermati. Lalu dipakai untuk menarik sebuah kesimpulan. Terjadi, kemajuan, kemunduran, atau kemandhegan. Indikasi, --yang lalu dijadikan ukuran--, disebut 'Indikator'. Sebuah Harian Nasional terkemuka, selalu mencantumkan kolom 'Indikator' di bagian kiri atas.


Demikian juga untuk menggambarkan kondisi lingkungan alam, bisa dilihat dari indikator-indikator yang bisa ditemukan, atau masih bisa dialami. Lingkungan alam yang masih seimbang, kondusif untuk hidup, diindikasikan dengan tersedianya a.l. air-bersih. Juga margasatwa, yang masih bisa hidup dan  tersedia secara cukup. Tumbuh-tumbuhan yang masih memadai mensuplai oksigen. Pangan yang masih secara mudah didapatkan. Dsb-dsb.


Seorang transmigran di kawasan BK, Sum-sel cerita tentang lingkungan alam,  yang ideal untuk hidup. Yang ideal, adalah yang seimbang. Seimbang antara manusia dengan komponen-komponen alam penunjang di sekitarnya. Demikian pula perihal daur ulang limbah manusia. Yang terbuang bisa tetap punya nilai kemanfaatan bagi yang lain.


Dia hidup di sebuah desa, hasil transmigran. Sampai remaja, hidup di lingkungan desa. Dan dia senang dengan suasana ketika itu. Rumahnya sederhana, tapi layak untuk hidup. Untuk masak, mandi, cuci, sudah ada sumur. Tapi untuk toilet, keluarganya tak punya. Demikian juga tetangga-tetangga desa.  Jika 'b-a-b', mereka pergi ke sungai. Tetapi, yang unik, sungai di tempat mereka ketika itu tak polusi. Kotoran manusia tak terlihat. Tetap jernih airnya, dihiasi ikan-ikan berseliweran. Dan itu bisa terjadi, karena ekosistem air tawar, yang terjaga. Habitat yang hidup di sungai bisa saling dukung. Manusia menguntungkan hewan. Hewan menguntungkan manusia. Keduanya terdukung oleh kondisi alam, yang harmoni.


Kondisi harmonis habitat alam sungai itu, bisa dirasakan indikasinya, jika ia 'b-a-b' di sungai. Sungai yang sehat, ketika orang 'b-a-b', sudah diikuti ikan-ikan. Tak hanya itu, ketika ia sedang jongkok, dan pantatnya terendam air, ikan-ikan sudah menyondol-nyondolnya. Malah, begitu kotoran manusia keluar dan jatuh di air, terus jadi rebutan ikan-ikan. Satu-dua 'urang', malah ada yang menggigit bagian sekitar organ pembuangan. Maka, air sungai tetap bersih. Tak terdapat kotoran manusia. Terjadilah keseimbangan alam. Yang sungguh alamiah. 


Namun, kini ikan-ikan itu tak nyondol-nyondol lagi. Urang-urang tak nggigit lagi. Sungai kelihatan kotor, tercemari.  Dan penyebabnya juga adalah manusia sendiri: Cari ikan, dengan 'endrim', potas, obat-racun ikan, jenu, dsb. Juga disetrom, sehingga ikan-kecilpun jadi mati. Tak hanya itu, sisa insektisida tanaman, sudah pula mengalir ke sungai. Diperparah oleh limbah industri, yang tak terolah secara tuntas. Padahal banyak mengandung zat mercuri.


Keseimbangan alam, adalah pola hidup yang saling menghidupkan. Tak saling mematikan. 
Menghidupkan antar makhluk hidup, manusia, hewan, tanaman. 
Menjaga komponen kehidupan, air, udara, tanah, iklim, dan cuaca. 


Mari saling menghidupkan.


Syalom. Wilujeng, Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: