Di Purwokerto banyak perusahaan ekspedisi. Usaha pengiriman barang-barang antar kota-antar propinsi. Truk-truk besar banyak mengangkut komoditas ekonomi, menuju kota tujuannya. Untuk itu terdapat banyak pengemudi, atau sopir-sopir.
Suatu siang, di dekat pabrik komponen jembatan, pra-cetak Buntu, melintas sebuah truk bertuliskan di pintu belakangnya. "Tetep emoh bojo sopir....".
Di masyarakat, kerap terdengar kalimat minir berkaitan dengan profesi sopir. Sopir, 'Yen ngaso, mampir'.
Tetapi apakah tiap sopir selalu minir perilakunya. Tak juga. Banyak sopir yang baik perilakunya.
a. Seorang sopir Bus 'PR', Solo-Palembang, tiap bertugas mengemudi, selalu dua orang. Bergantian. Satu tugas. Satu tidur, istirahat. Jika giliran istirahat, sebelum tidur, dia mengeluarkan seuntai rosario dari sakunya. Dan, lalu..... berdoa rosario.
b. Seorang sopir truk gandheng di Pwkt, prihatin terhadap tetangganya, seorang pemuda. Pemuda tetangga tak jelas juntrung kegiatannya. Nganggur, tak kerja, mabuk-minuman.
Keprihatinannya, direalisasikan dengan ajak si pemuda-tetangga ikut kerja. Pemuda tetangga diajarinya kerja dengan jadi kernet. Jadilah beberapa waktu si pemuda punya kerja. Jadi pembantu sopir alias kernet. Ke mana-mana membantu sopir mengurusi truk-gandheng. Dapat nafkah, dapat kerja, punya penghasilan.
Nanum, air susu, kadang terbalas dengan air tuba. Suatu kesempatan, truk menghantar muatan ke Jakarta. Dibongkar tak jauh dari kawasan Kalijodo. Ketika selesai bongkar, dan lalu hendak berangkat pulang, dicari si kernet, namun tak ketemu-ketemu. Sesudah sekian lama, ada laporan datang pada Pak sopir, 'Si kernet di sandera di Lokalisasi Kalijodo, oleh orang-orang. Karena, dia main malima, alias main perempuan, tapi bayarnya kurang'. Sebagai solusi, terpaksalah Pak Sopir, menebus si kernet agar dilepaskan.
Perilaku negatif pertama, masih dimaafkan oleh Pak Sopir. Dia masih dibolehkan kerja. Harapannya, kernet masih bisa jadi orang baik-baik.
Tapi itu harapan. Harapan kadang tinggal harapan. Suatu saat, truk Pak Sopir bawa muatan hendak dibongkar di Yogyakarta. Kendaraan berhenti dulu. Mendinginkan mesin di Purworeja. Juga untuk makan dan minum, serta melepas penat.
Ketika mau berangkat lagi, lhoooo..... si kernet tak ada. Dicari, tak ada. Dicari-cari tetap tak ada.
Ternyata si kernet pergi tanpa pamit, alias 'minggat'.
Dan ketika diperiksa, lhoooo...... dongkrak juga tak ada.
Ternyata si kernet pergi sambil 'nggondhol' dongkrak, yang harganya ratusan ribu.
Sejarah penyelamatan oleh Kristus, adalah rangkaian berbuat baik, terus menerus tanpa henti. Juga ketika, diapusi, dipertanyai, bahkan dikhianati.
Selamat melanjutkan Karya Penyelamatan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-