Jumat, Januari 15, 2010

Gereja Yang Adhem

Astra-Turm, Hamburg. KSP Engel und Zimmermann Architekten
Esok Senin, diadakan peletakan batu pertama, rumah ibadat Sts. Wangon. Tiga minggu lalu, sudah diadakan rapat-rapat persiapan. Salah satu persiapan rapat diadakan di sebuah hari Minggu, jam 11.00 siang. Itu rencananya, dan undangannya.


Guna mendukung rapat, jam 11, Suster & ibu-ibu menyiapkan makanan besar, nasi-sayur, dan lauk pauk. Diseting sedemikian rupa jam masaknya, agar pas jam 11, makanan siap saji, dan siap santap. Dibayangkan sembari makan siang, dengan makanan yang fresh & hangat. Diundang penggambar-perancang bangunan, seorang suami-istri, sebagai nara sumber utama. 

Ditunggu-tunggu, ternyata tak datang-datang. Dalam tenggang waktu penungguan, beberapa umat mreteli satu-satu. Pulang dhewe-dhewe.   Setengah jam. Satu jam. Satu-setengah jam. Akhirnya, narasumber utama, baru datang satu-setengah-jam kemudian. Alias molor 90 menit. Dus makanan siang, 'Sega-jangan-pun', jadi dingin, alias 'adhem', tak hangat lagi. Salah seorang ibu berkata, 'Nganti jangane adhem....!'. 


Dalam situasi genting, ada seorang psikolog bilang, 'Kepala boleh panas, namun hati harus tetap adhem. Itu jika, mau memecahkan sebuah persoalan. 


Rapat berlangsung hingga dua jam. Didahului dengan makan nasi, dilengkapi dengan 'Jangan adhem'. Dalam diskusi rapat, hendak dihasilkan sebuah bangunan yang ber-arsitektur ramah lingkungan, hemat energi. Dan yang juga ditekankan adalah nyaman, untuk dipergunakan. 


Dalam menyodorkan gambaran bangunan yang nyaman untuk dipergunakan, si perancang bangunan mengangkat cerita, bangunan-bangunan gereja yang tak ideal. Bangunan gereja yang tak ideal, dikatakannya, 'Bagus, indah, malah ada kesan mewah, namun sayang, jika digunakan untuk ibadat, komunikasi terganggu oleh gema. Itu yang pertama. Yang kedua, ada bangunan-bangunan yang bagus, tapi selalu panas, karena aliran udaranya tak lancar. Berulang kali, si perancang bangunan menekankan agar bangunan gereja yang akan dikerjakan, memenuhi dua kriteria utama, yakni 'tata-suara', dan sirkulasi udara. 


Nasi & "Jangan adhem", kadang terasa kurang enak di mulut. 
Namun bangunan gereja yang 'adhem', kini menjadi syarat yang penting, agar nyaman bagi jemaat, untuk berdoa. Dan kenyamanan bisa didapat, dengan memperhatikan tata-suara & sirkulasi udara.

Selamat membangun gereja yang 'adhem'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-.

Tidak ada komentar: