Minggu, April 24, 2011

sahabat pelajar

Masa-masa pra-Paskah, adalah waktu baik untuk pendalaman-pendalaman APP. Guna menyelenggarakan pendalaman APP bagi orang-orang muda, apalagi Mudika, tidaklah begitu mudahnya. Di kawaan Batang Timur, diusahakan dengan pertemuan APP keliling. Keliling, bergiliran antar stasi-stasi. Ini bisa jalan, karena adanya promotor, aktivis yang merencanakan, melaksanakan, bahkan memimpinnya sendiri. Mengajak para remaja, berkeliling stasi-stasi. Salut untuk mereka.

Yang datang, memang tak terlalu banyak, namun sudah menggembirakan, karena bisa terlaksana. Dari bahan pendalaman yang sudah dibuatkan oleh panitia APP, selalu tak bisa semuanya didalami. Ada tiga stasi besar, yang mengumumkan sesudah ekaristi, begini: 'Minggu kali ini, pendalaman APP ditiadakan, diganti latihan koor, untuk persiapan Paskah'.

Di lingkungan-lingkungan, ada yang jalan. Ada pula yang tak jalan. Tak apa, karena jika dipaksakan, malah umat jadi bubar. Yang penting bagaimana dalam ekaristi, diberikan pengertian-pengertian tentang Paskah. Dan tentu konsekwensi-tanggung-jawabnya bagi orang beriman katolik. Tujuan pesannya, agar Peristiwa Paskah, kebangkitan Kristus menjadi semangat untuk hidup real.

Kaum remaja, memanglah pantas mendapat fokus pendampingan dan perhatian. Dalam diri mereka kepribadian sedang terbangun. Maka perlu diinternalisasi dengan nilai-nilai & pengertian tentang agama. Tak ketinggalan pula sapaan-sapaan manusiawi. Juga penggambaran figur orang yang bisa ditiru.

Di stasi kedawung, misdinar-misdinar membereskan meja altar sesudah misa. Dan itu tak harus diminta atau disuruh. Sebuah internalisi nilai yang sudah tertanam.

Di sebuah warung kopi, peng-udud '76 pernah disapa oleh seorang remaja. Ternyata adalah seorang remaja yang pernah 'nunut' pickup Chevrolet Luv, ketika pulang sekolah, dan menstopnya. Di kawasan Batang-timur, anak-anak sekolah biasa numpang pickup bak-terbuka, jika pulang sekolah. Dan itu karena gratis. Maklum juga, uang saku tak banyak.

Selamat meng-kawan-i, para remaja dengan aneka cara.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Selasa, April 12, 2011

curi beras, utk beli pulsa

1. Belajar analisa-sosial, bagi orang-orang biasa, bisa terasa sulit. Namun, dalam hidup harian, pelaksanaan analisa sosial kerap terjadi dengan sendirinya. Bentuknya, berupa refleksi-refleksi kecil tentang kehidupan. Jika dipolakan dalam bentuk urutan langkah berpikir, kuranglebih menjadi demikian: Pertama, fenomena, atau kejadian. Kedua, keprihatinan. Ketiga, analisa. Keempat, pikiran solusi.

Yang menarik, moralitas muncul ketika seseorang melihat atau menghadapi, dan men-sikapi sebuah tindakan kejahatan. Pengertian tentang hukum, tentang ajaran agama, tentang budi-pekerti, kelihatan dalam perbincangan.

2. Sebuah malam, jam 22.00. Dua orang remaja tanggung menjual barang. Barang yang dijual, bukan emas atau permata. Tetapi sekarung beras. Yang ditawari agar membeli, adalah seorang bakul beras. Rumahnya di pojok desa.
Karena waktunya yang tidak biasa, jual beras kok malam-malam, Si bakol beras jadi curiga. Dan waspada. Jangan-jangan ini hasil dari kejahatan. Maka tak berani beli beras yang ditawarkan murah, oleh kedua remaja tadi. Kewaspadaannya ternyata benar. Esok harinya, terdengar berita bahwa, sebuah rice-mill di desa tetangga, kebobolan maling. Dua karung beras raib, digondol pencuri.

3. Peristiwa kriminal kecil terungkap dalam sebuah pertemuan umat-umat, di mana peng-udud '76 ikut besertanya. Tanpa dipandu, tanpa dikomando, mereka mencoba melihat akar masalah.  Masalah yang jadi biang keladi 'tindak kriminal para remaja'. Muncul dalam diskusi itu kata kunci 'gaya hidup'.
Gaya hidup remaja desa sekarang sudah amat konsumtif. Sehingga pengeluaran besar. Padahal pendapatan belum punya. Hanya mengandalkan uang saku dari orangtua. Gaya hidup konsumtif tersedot untuk hal-hal yang tak amat penting seperti: Pulsa, main PS, bensin,  rokok, dan miras.

Para umat berusaha mendampingi anak-anak remajanya. A.l. dengan analisa sosial sederhana.
Mari kita galakkan analisa sosial, untuk bangun kehidupan.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam;
-agt agung pypm-

Selasa, April 05, 2011

Lagu Rohani & Lagu Liturgi

Lagu & musik pengiring, masuk dalam gedung gereja, adalah untuk menyemarakkan Liturgi. Tidak malah untuk meng-ganggu-nya. Namun jaman kini, banyak yang tak bersifat mendukung, masuk, dipakai untuk iringan doa & misa. Atau malah sebaliknya. Beberapa lagu yang sudah amat tua, dan  bernilai tinggi, malah dipinggirkan dalam perayaan-perayaan.

1. Beberapa kali merayakan ekaristi dengan saudara-saudara karismatik, ketika mau mulai, petugas lagu memberi keterangan begini: 'Nanti Ordinarium-nya, tak usah dinyanyikan ya Romo.....!'  Disampaikan dengan kalimat imperatif, alias memohon dengan sangat.
2. Di sekitar Batang, kalimatnya lebih lembut: 'Nanti Ordinariumnya, dinyanyikan atau tidak, Romo.....?!'. Imperatif, namum masih terbuka.

Pertanyaan-kritis-nya: Apa yang menakutkan dalam lagu-lagu Ordinarium. .....

Di beberapa kesempatan, terketahui, bahwa sebagian umat belum memahami, beda antara lagu-rohani, dengan lagu-Liturgi. Pukul rata mereka menggunakannya dalam perayaan Misa.

Untuk itu baik, untuk terus lakukan peng-ajaran-liturgi. Juga tentang lagu dan musiknya. Perlu pula perbanyak literatur buku dan selebaran liturgi di gereja-gereja.

Sebuah kesempatan, seorang umat tanya tentang apa itu lagu rohani, dan apa itu lagu Liturgi. Tentu buku-buku & majalah Liturgi, pernah mengupasnya. Untuk menjdi jelas bagi umat, tentunya.
1. Lagu-rohani, adalah lagu-lagu yang bernafaskan kerohanian. Mengajak pendengar dan penyanyinya untuk memuji Tuhan, memohon, ataupun mengeluh-kesah padaNya.Yang intinya, mengarah dan bersandar pada Tuhan.  Iman semakin dikuatkan. Tone & rythemnya, bisa aneka ragam.

2. Lagu-liturgi, adalah lagu yang bersifat kerohanian. Bisa memuji Tuhan. Bisa bersifat permohonan. Bisa pula bersifat meng-kuat-kan iman. Atau ajakan, untuk bergairah di dalam  hidup beriman. Sifat khas lagu atau musik liturgi, adalah khusuk & khidmat.  Lagu rohani, belum tentu cocok untuk perayaan-liturgis. Lagu liturgi, selalu bersifat rohani. 

Umat, yang tanya, kelihatan 'manthuk-manthuk'. Itu berarti terbuka untuk 'tahu'.  Tahu liturgi. Tahu hidup rohani.

Mari meng-galakkan pemahaman kegiatan liturgi. Dalam aneka cara.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Musik dang-dut dalam Liturgi

Apakah itu musik-nhangdut ? Musik ndhangdut terkomposisi dari beberapa suara alat musik: Kendang, ketipung, seruling, bass-gitar, icik-icik. Biasanya, ditambah dengan keybord. Di jaman kini, suara-suara instrumen itu bisa dirangkum dalam bentuk digital. Sehingga sebuah orkes ndhangdut bisa diwakili dengan sebuah alat yang namanya Organ-keyboard. Dari sana muncullah, sebuah musik tanggapan, 'Organ Tunggal'.

Jaman kini masih banyak orang memandang sebelah mata terhadap musik ndhangdut. Tentu dengan berbagai alasan, atau argumen masing-masing. Di sisi lain, banyak pula lapisan masyarakat yang tetap menggemarinya. Group-group musik ndhangdut masih banyak yang mendapat order, tanggapan. Tidak di desa, tidak di kota, sama saja.
Ketika masih di Seminari-menengah, era tahun delapan-puluhan, jika opera sore hari, selalu diputarkan musik-musik oleh bidel sound-system.  Suatu sore, si Bidel-sound me-relay-kan sebuah stasiun radio, yang sedang mengudarakan lagu-lagu ndhangdut. Tak lama kemudian, Si bidel Sound, dipanggil ole Rm Pamong. Untuk ditegur tentunya.

Itulah dinamika musik, yang namanya ndhangdut. Apakah mungkin musik ndhangdut masuk gereja. Apalagi untuk iringan perayaan liturgi. Jawabannya, tentu dibutuhkan diskusi panjang lebar. Beda di konsep, bisa pula beda di realita. Apalagi realita lapangan yang jauh dari pusat pengkajian soal-soal liturgi.

Sebuah Hari Minggu, di awal Bulan Maret. Peng-udud '76 layani Ekaristi, untuk pertama kali, di sebuah stasi. Kedawung namanya. Sebuah stasi berposisi di balik bukit-bukit, di balik hutan-hutan, kawasan utara Pulau Jawa.  Yang tugas koor, adalah Mudika. Bahasa liturgi, Indonesia. Lagu-lagu liturgi berasal dari daerah Sulawesi & NTT. Diambil dari buku MB. Lagu-lagu itu biasa dinyanyikan di kawasan-kawasan lain Keuskupan Purwokerto. Tak ada yang aneh. Namun saat itu ada 3 lagu yang lalu jadi khas. Menjadi khas, karena 3 lagu( pembukaan, persembahan, penutup),  musik iringannya bergaya ndhangdut murni. Memang tak pakai kendang. Sebagai ganti, suara kendang diambil dari sebuah Keyboard. Demikian juga suara seruling. Melodi sela, pakai gitar listrik. Juga suara bassnya. Sesuatu yang tak ternyana, tak terduga ketika itu. Baru seumur-umur hidup di atas bumi, merayakan ekaristi dngan iringan musik ndhangdut.

Sehabis ekaristi, seperti biasa kunjungan umat. Dari omong sana-omong sini, sambil makan, terketahuilah ternyata. Ternyata beberapa aktivis mudika yang tugas koor, adalah tokoh group ndhangdut di desanya. Dengan group-musiknya mereka biasa menghibur masyarakat, lewat acara-acara hajatan, atau tujuhbelasan.  Dengan musik itu, mereka merasa hidup, jadi lebih hidup. Dan mendapat tempat di masyarakat. Akhirnya, musik ndhangdut, adalah musik yang terbaik bagi mereka untuk melayani masyarakat. Tak hanya itu, malah juga untuk melayani Tuhan.  Jadilah Minggu siang itu, perayaan Ekaristi, dengan koor ber-iringan musik ndhangdut.

Umat Allah memberikan persembahan terbaik dalam ekaristi. Berupa 'Roti Kehidupan' dan 'Piala Keselamatan'. Juga yang terbaik, a.l. musik-lagu-pujian.
Umat Allah yang berprofesi musikus ndhangdut, juga persembahkan pada Tuhan yang terbaik dari dirinya. Bukan emas, atau permata, tapi iringan musik. Untuk koor. Dan musik tiu ber-gaya ndhangdut..

Mari beri yang terbaik pada Tuhan, dalam Liturgi kita.

Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-