Rabu, Juli 21, 2010

Jum'at Kliwon

Jumat Kliwon, dikenal oleh banyak orang sebagai waktu yang keramat. Di pasar-pasar & di pinggir-pinggir jalan Kota Purwokerto, banyak pedagang jualan kembang. Tempat-tempat yang dianggap keramat, ramai oleh orang-orang, yang berdatangan untuk nyadran. Nyenyuwun, tirakat, dan semedi. Pendek kata, mereka ber-olah rohani. Tentu menurut versi mereka.

Sudah kesekian kali Paroki Kristus Raja Purwokerto, mengisi waktu khusus ini, dengan mengadakan kegiatan 'Malem Jumat Kliwonan'. Tempatnya, di sanggar pamujan, belakang calon gedhung Stikom. Acara standart, adalah ekaristi, dilanjutkan adorasi, astuti. Malem jumat kliwon kemarin, acara berlangsung sekitar dua-jam dengan tanpa terasa. Bagian homili, diisi dengan sarasehan tentang kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal, yang ada di sekitar Purwokerto, adalah faham 'Kejawen Banyumasan'.


Ketika, diangkat pertanyaan, apakah Kejawen itu, tak banyak yang piawai jawab. Jawaban yang muncul memutar berkisar pada orang yang disebut Orang Jawa. Orang jawa, adalah yang menggunakan Bahasa Jawa. Kejawen adalah 'Kepercayaan orang Jawa. Itulah jawabannya.


Pengertian yang masih berlevel permukaan inilah yang didalamkan. Maka sarasehan, adalah bentuk pendalaman. Bentuk juga 'peng-kaji-an'. Yang dikaji, adalah faham pengertian tentang ke-Jawa-an. Baik, orang jawa itu siapa. Juga kejawen itu sebenarnya faham apa.


Orang Jawa:

Istilah Jawa, mencakup banyak makna.
Pertama, makna geografis, atau wilayah. Cakupan wilayah itu meliputi sejumlah propinsi, DKI-Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, DIY, & Jatim.
Kedua, makna komunitas.  Suatu komunitas yang adalah pendukung budaya Jawa, yang sebagian besar juga masih menggunakan Bahasa Jawa. Spt: Jawa-tengah, DIY, Suriname, Lampung, dsb.   
Ketiga, makna ciri khusus. Ciri khusus sebuah budaya, yang kelihatan, atau tercermin dari bahasa, pandangan hidup, nilai-nilai, tradisi, dan-semacamnya yang menunjukkan diri sebagai Kejawen.

Kejawen:

Kejawen, atau ke-jawa-an, merupakan pandangan hidup, yang sudah amat lama usianya. Pandangan hidup itu, terbentuk lewat proses,dialog budaya: akulturasi, inkulturasi, inter-kulturasi, antara budaya setempat dengan budaya-budaya luar. Budaya luar, yang turut membentuk mozaik budaya Jawa, adalah Budaya India(Hindu, Budha), China, Islam, dan Barat. Pertemuan, persilangan budaya itu membentuk, sebuah kebudayaan etnik khas 'Jawa". Salah satu khas kejawaan, adalah tidak menolak budaya-budaya luar itu, melainkan menerimanya, sekaligus di-jawa-kan-nya. Terbentuklah, sebuah budaya khas. Di sinilah faham ke-Jawen terbentuk dan merasuk. Maka tak mengherankan dalam ekspresi budayanya, spt kenduri, sebuah bentuk perjamuan maka, di situ ada tumpeng. Di sekeliling tumpeng, ada Cap-cay. Dekatnya, ada bihun. Menyertainya, kadang ada sapu-tangan. Dan disertai pula sekeping 'duit'.

Selamat ber-pengertian, tentang budaya-budaya.


Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: