Minggu, Juli 12, 2009

Kepleset 'Tahu'

Sebuah pagi, di sekitar Karanggudhe, terdapat kerumunan orang. Kijang dinas melintas hendak ke Salem. Terlihat aspal terlapisi oleh semacam cairan, disertai gumpalan-gumpalan kuning-putih. Berserakan di permukaan aspalan. Ternyata lapisan itu 'tahu'. Tahu yang biasa kita makan, tumpah di jalanan. Gimana bisa terjadi.

Seorang bakoel tahu, membawa sekeranjang tahu-barang-dagangan, dengan sepedamotor, hendak ke pasar Manis. Di pertigaan itu, bersenggolan dengan kendaraan lain. Akibatnya sepedamotor ngglimpang. Tahu-tahu tumpah di jalanan. Senggolan yang menumpahkan banyak tahu, membawa ke urusan kepolisian, untuk solusinya.

Ketika polisi sedang mengurus ini-itu, demi selesainya masalah, seorang muda melintas dengan sepedamotor revo, dengan cepatnya. Kerumunan orang tak menumbuhkan kehendak untuk mengurangi kecepatan. Ketika roda menginjak tahu-tahu yang berserakan, tiba-tiba motor si orang muda, terpelanting dengan kerasnya. Meski sudah roboh, motor tetap nylorok sampai beberapa ratus meter. Muka bagian pipi, membentur aspal dengan kerasnya. Mukanya hancur, karena tak terlindungi helm. Sudah pakai helm, tapi tali tak diiikatkannya. Sehingga helm itu lepas. Juga helm-nya, hanya helem-heleman. Alias tak standart. Seorang penambal ban, yang turut mengangkat tubuh si orang-muda, bilang, 'Sudah tak bergerak-gerak lagi !'. Dus nyawanya melayang, sesaat sesudah berbenturan dengan aspal.

Nyawa, melayang. Semestinya itu tak terjadi jika orang-muda berhati-hati. Betoel, memang motor, masih bagus. Baru sebulan keluar dari dealer. Semestinya untuk menopang jalannya hidup, tak malah mencelakakan hidup.

Dus, di sebuah pagi terjadi kecelakaan. Tak hanya satu babak. Malah dua babak. Pertama, 'bakoel tahu'. Kedua, orang muda. Jatuh sendiri, 'kepleset tahu'.

Maka benarlah, kata-kata spanduk di jalan.
1. Kecelakaan, bermula dari pelanggaran.
2. Kecelakaan, bermula dari ketidak disiplinan, akan peraturan.
3. Kecelakaan, juga berangkat dari ke-tidak-hati-hatian.
4. Malah lalu juga, kecelakaan bermula dari ketidak-pekaan.
Nyawa melayang, tak perlu terjadi jika, orang muda memperhatikan, peduli akan lingkungan, bahwa pagi itu ada kerumunan banyak orang.

Selamat memperhatikan, lingkungan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: