Senin, Juni 21, 2010

Mata Kontemplatif & pencopet

Lumen-2000 adalah mitra dari KWI, dalam hal pengembangan pribadi-pribadi imam Indonesia. Dengan harapan, para imam menjadi pribadi yang tangguh, tahan uji dan kreatif. Olah rohani, atau retret imam 7-11 Juni 2010, terselenggara a.l. atas jasa mereka. Pendamping, pemberi retret adalah Mgr Suharyo pr. Tema-nya, 'Kesetiaan Kristus, Kesetiaan Imam'. Langkah-langkah permenungan, bermodel 'Ignasian'.  Teks, sebagai acuan, diambil dari Injil Mateus, dibantu surat kepada umat Ibrani.

Salah-satu bagian yang diberi banyak perhatian, adalah bagian kotbah Yesus di bukit. Dikaji, apakah 'Kotbah Yesus di bukit' itu, merupakan sebuah idealitas, ataukah semacam tuntutan, bagi pendengarnya. Dari sana, pendengar di ajak, agar tak berhenti pada rumusan kotbah, melainkan sesudah mendengar, masing-masing diharap memiliki dalam dirinya penglihatan-kontemplatif. Orang yang berpenglihatan kontemplatif, adalah yang mampu melihat,  yang lebih jauh daripada yang nampak. Mampu melihat, alam & tubuh manusia sebagai suara Tuhan. Mampu melihat, pribadi atau persona sebagai gema Allah. 

Pulang dari Via Renata, Cimacan, para imam pulang ke tempatnya masing-masing. Sebagian naik bis rombongan menuju katedral Jakarta, untuk transit.  Peng-udud '76 turun di Cempakaputih, untuk ganti bis di Terminal Pulau Gadung, menuju Girisonta. Di halte Cempaka Putih, tiga mikrolet, tak mau distop, meski masih ada tempat duduk.  Menimbulkan tanda tanya. Pada yang keempat sebuah mikrolet, bersedia berhenti. Namun ketika bergerak mau buka pintu sebelah sopir, empat pemuda serentak bergerak bersama, manawarkan, dan mendorong untuk masuk mobil. Gerak mereka seperti pasukan khusus. Semacam ada rencana. Saat itu intuisi membisik, ada bahaya !. Dan ternytata betul, empat pemuda adalah copet. Mereka secara sistematis, mengeroyok calon korbannya. Ada yang menawarkan, ada yang menolong, ada yang mendorong. Ada pula calon penerima hasil copetan. 

Karena intuisi jalan, begitu para copet jalankan aksi, pengudud '76 tak bergerak, tak bereaksi. Tangan tetap di posisi handel pintu. Berdiri, tak gerakkan kaki. Tak jadi buka pintu. Dan mikroletpun diam, tak berjalan pula. Karena calon korban diam seperti patung, mobil diam seperti patung, para copetpun, jadi diam tak bergerak seperti patung. Padahal tangan sudah, memegang, tas & tali hp. Akhirnya, semua terdiam seperti patung. Suasananya, seperti ketika Yesus menghadapi orang-orang yang mengadukan wanita yang kedapatan jinah. Para copet jadi bingung. Mata mereka ditatap, satu-satu. Lalu mereka diam, pergi menundukkan kepala.

Menghadapi pencopet, kerap rasa jadi geram. Tapi mata kontemplatif, menimbulkan rasa iba. Sebenarnya mereka pribadi-pribadi 'yang kasihan'. Butuh kasih & sayang. Kasihan, karena hidup tak berpengharapan, berpondasikan kekerasan. Dan perampasan milik orang lain. Butuh pertobatan.

Selamat ber-penglitatan kontemplatif.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: