Iman otentik, adalah iman yang asli. Langsung percaya,
mengandalkan Tuhan. Ilmu tentang Kitab
Suci, tafsir, Eklesiologi, Sosiologi, etc, adalah sarana-sarana pendukung iman
otentik. Di manakah iman macam ini ditemukan. Dalam diri orang-orang amat
sederhana. Malah yang berkekurangan sebagai ciptaan.
1.
Seorang umat, bisu, karena tak bisa mendengar.
Namun tiap ada ekaristi, dia selalu hadir, duduk sampai rampung. Dalam kunjungan pastorpun ia ikut datang, tanpa
malu, tanpa pekewuh. Malah partisipasi jadi yogo, sinoman, menyajikan wedang
dan makanan. Wajahnya ceria, meskipun komunikasinya pakai isyarat-isyarat
sebagai bahasa.
2.
Seorang umat lain, tak seratus persen
intelektulitasnya. Namun bisa kegiatan ala manusia biasa. Mengerti ini, dan
itu. Hanya agak kurang daya dong-nya. Tapi tetap ia berdoa, juga dalam
kewajiban ekaristi mingguan. Bisa ngerti komuni. Dan jika menyambutnya, selalu dengan senyum
dan ekspresi riang-hati.
Iman, di situ ada kepercayaan. Di situ ada keyakinian. Di
situ, ada kepasrahan. Di situ ada keceriaan. Dan di situ terjadi relasi dengan
Tuhan. Komunikasi, srawung dengan Sang Khalik, Tuhan Pencipta semesta.
Nov 18
Wasalam
-=peng-oedoed ‘76=-