Senin, Oktober 01, 2018

Mendem Semen


Lantai keramik depan Gua Maria, ngisor Pelem,  pecah karena tarangkat akar-akar. Lalu dibenahi, keramik diganti, tanah diratakan, akar dipotong secukupnya. Di dekat situ ada kolam-air pelengkap, agar bernuanasa alami. Di kolam dilepas beberapa ikan lele. Saban hari, lele-lele itu klubak-klubuk, berlarian, ketika diberi makan.

Tiga hari lalu ikan-ikan lele itu mati kaku. Apa penyebab ?. Setelah diteliti, karena mendem semen. Tukang keramik, ketika memasang yang baru, semen perekatnya sebagian jatuh ke air kolam. Semen yang jatuh inilah yang jadi polusi untuk si ikan-ikan lele. Tak kuat mereka, lalu mati hampir bersamaan.

Sekitar tahun sembilan puluhan, juga terjadi orang mabok semen. Kondisinya bukan seperti lele, melainkan tata-niaga yang belum bagus, dan keserakahan orang. Ketika pembangunan berjalan, ada sebagian orang menimbun semen. Dengan begitu, semen di pasaran langka, dan harga melambung tinggi. Ketika harga tinggi, baru dilepaslah semen yang ditimbun delik-delikan itu. Dengan begitu didapatlah keuntungan dadakan yang cukup besar, karena selisih harga yang mecolok. Inilah yang disebut spekulan-semen.

Efek dari kelangkaan semen, pembangunan macet, tukang-tukang bangunan menganggur. Menunggu harga semen turun. Banyak pihak direpotkan oleh kelakuan para spekulan macam ini.
Untunglah tata-niaga semen masa sekarang sudah tertata lebih bagus, dengan regulasi yang kuranglebih pasti. Sehingga jarang lagi terdengar kelangkaan semen.

Bagaimanapun, mendem, atau mabok, tidaklah bagus. Bagi kesehatan raga, maupun bagi kesehatan jiwa. Jiwa jadi terkotori motif keserakahan. Serakah dapat untung banyak, dan waktu singkat. Padahal, di balik itu banyak orang direpotkan. Apakah maknanya.....

Wasalam.
Sdrj, Awal Okt. ‘18

Tidak ada komentar: