Lantai keramik depan Gua Maria, ngisor Pelem, pecah karena tarangkat akar-akar. Lalu
dibenahi, keramik diganti, tanah diratakan, akar dipotong secukupnya. Di dekat
situ ada kolam-air pelengkap, agar bernuanasa alami. Di kolam dilepas beberapa
ikan lele. Saban hari, lele-lele itu klubak-klubuk, berlarian, ketika diberi
makan.
Tiga hari lalu ikan-ikan lele itu mati kaku. Apa penyebab ?.
Setelah diteliti, karena mendem semen. Tukang keramik, ketika memasang yang
baru, semen perekatnya sebagian jatuh ke air kolam. Semen yang jatuh inilah
yang jadi polusi untuk si ikan-ikan lele. Tak kuat mereka, lalu mati hampir
bersamaan.
Sekitar tahun sembilan puluhan, juga terjadi orang mabok
semen. Kondisinya bukan seperti lele, melainkan tata-niaga yang belum bagus, dan
keserakahan orang. Ketika pembangunan berjalan, ada sebagian orang menimbun
semen. Dengan begitu, semen di pasaran langka, dan harga melambung tinggi.
Ketika harga tinggi, baru dilepaslah semen yang ditimbun delik-delikan itu.
Dengan begitu didapatlah keuntungan dadakan yang cukup besar, karena selisih
harga yang mecolok. Inilah yang disebut spekulan-semen.
Efek dari kelangkaan semen, pembangunan macet, tukang-tukang
bangunan menganggur. Menunggu harga semen turun. Banyak pihak direpotkan oleh
kelakuan para spekulan macam ini.
Untunglah tata-niaga semen masa sekarang sudah tertata lebih
bagus, dengan regulasi yang kuranglebih pasti. Sehingga jarang lagi terdengar
kelangkaan semen.
Bagaimanapun, mendem, atau mabok, tidaklah bagus. Bagi
kesehatan raga, maupun bagi kesehatan jiwa. Jiwa jadi terkotori motif
keserakahan. Serakah dapat untung banyak, dan waktu singkat. Padahal, di balik
itu banyak orang direpotkan. Apakah maknanya.....
Wasalam.
Sdrj, Awal Okt. ‘18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar