Jumat, Juni 24, 2011

Komuni & Konstitusi

1. Indonesia bisa berdiri, dan berlangsung sampai kini, karena punya pondasi hidup bernegara & berbangsa. Pondasi itu berupa konstitusi. Konstitusi negara Indonesia, berupa rumusan hukum, UUD-45.  Tanpa kesetiaan pada Konstitusi ini, akan bubarlah Republik ini.

Dalam Preambul UUD 45, terdapatlah Pancasila. Pancasila terbangun dari nilai-nilai dasar kebangsaan, nilai-nilai hidup yang bermutu amat tinggi. Dalam Pancasila, terkandung rumusan filosofis 'Bhineka Tunggal Ika'. 

Jika dirinci, terdapatlah unsur-unsur, yang lalu menjadi pilar negara Indonesia: Pertama, UUD- 45. Kedua, Pancasila. Ketiga, Bhineka Tunggal Ika. Keempat, NKRI.

2. Minggu ini, adalah Hari Raya Tubuh & darah Kristus. Banyak anak-anak pada menerima komuni untuk pertama kalinya. Tentu sebelumnya disiapkan dengan pendampingan-pendampingan sebagaimana mestinya. Baik dalam hal pengertian iman, liturgi, sakramen, dan kepribadian.
a. Salah satu yang wajib harus dipahami untuk diperbolehkan menerima komuni pertama, adalah bahwa anak bisa membedakan antara roti-anggur biasa, dengan tubuh dan darah Kristus.

b. Orang-orang tidak katolik, kerap berpandangan bahwa umat katolik berbuat musirik. Alasannya, jika berdoa menyembah-nyembah roti. Dan juga mengatakan roti kecil, sebagai Tubuh Tuhan.

c. Orang-orang kristen non-katolik, juga tidak sekusuk umat gereja katolik dalam menghormati sakramen maha kudus.

3. Guna menghadapi pandangan-pandangan orang bukan katolik yang seperti itu, perlulah dibekali para calon penerima komuni pertama, dengan pengertian-pengertian ttg sakramen ekaristi yang secukupnya. Bahkan juga para orang-tua yang anaknya menjadi peserta calon komuni pertama. Untuk itulah Paroki Batang, minggu-minggu yang lalu melaksanakannya. Dan peng-udud '76 terlibat di dalamnya.

A. Bagi umat katolik, roti & anggur itu sudah bukan roti & anggur biasa. Melainkan sudah berubah hakekatnya. Perubahan terjadi dengan diucapkannya kata-kata konstitusi yang diucapkan oleh imam, pada konsekrasi. Kalimat konstitusi itu berbunyi: 

(1.Injil Matius bab 26:26-29 } "AMBILLAH, MAKANLAH, INILAH TUBUH-KU" & "MINUMLAH, KAMU SEMUA DARI CAWAN INI. SEBAB INILAH DARAHKU..."

(2.Injil Lukas 22:14:23,) "Perbuatlah ini menjadi Peringatan Akan Aku".

Di situlah terjadi berupahan hakekat, perubahan substansi. Yang disebut transubstansiasi.
Memang, secara nampak, wujudnya tetap roti & anggur. Namun secara hakekat sudah berubah. Menjadi tubuh dan darah Kristus.

B. Bagi beberapa aliran kristen bukan katolik, roti dan anggur, hanyalah simbol saja. Bagi katolik, roti & anggur, bukan hanya simbol atau lambang saja. Melainkan sungguh-sungguh kehadirin Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itulah hosti yang sudah dikonsekrir, disebut Sakramen Maha Kudus. Artinya, tanda dan sarana kehadiran Yesus sendiri.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Selamat bersiap menerima Komuni Pertama.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, Juni 18, 2011

Paskah Terbaik

Masa Paskah sudah berlalu. Tinggallah kini masa-masa liturgi biasa. Di akhir masa paskah, diadakan acara evaluasi, di beberapa stasi. Dalam salah satu evaluasi, seorang umat amat senior Stasi Subah menyatakan, 'Perayaan Paskah tahun ini, adalah perayaan Paskah terbaik, yang saya alami. Selama puluhan tahun, saya di gereja ini, belum pernah saya mengalami, seperti tahun ini. Maka selamat untuk kita semua.....'.

  Keterangan seorang anggota umat senior, perihal frase 'Paskah Terbaik' di atas,  tak bermaksud mengatakan perayaan Paskah sebagai ajang kompetisi. Atau untuk dikompetisikan. Karena memang perayaan Paskah sebagai perayaan iman, tidak untuk dikompetisikan. Makna paskah bagi seseorang tak bisa diukur dari meriah atau tidaknya sebuah upacara liturgi. Namun, bagaimanapun,  tetap, upacara liturgi yang tertata-rapi, mendukung makna Paskah bisa terserap kembali bagi para umat yang mengikuti. Sang Makna Paskah, yang tidak lain, adalah Yesus Kristus yang mengorbankan diri demi keselamatan manusia, dengan peristiwa puncak 'kebangkitan-Nya'.

Tetapi mengapa, Umat senior, bisa mengatakan 'perayaan Paskah terbaik', tentulah di belakangnya ada sejarah yang tidak singkat dan tidak sederhana. Bisa dipastikan perayaan-perayaan paskah, tidak se-semarak, atau serapi perayaan paskah terakhir yang dialaminya. Pendek kata perayaan terakhir itulah yang paling mengesan bagi dirinya.

Mencoba meneliti, latar belakang perayaan paskah yang 'mengesan' bagi anggota umat senior itu, ada beberapa hal bisa dicatat:
1. Persiapan. Jauh-jauh hari perayaan disiapkan. Dirapatkan, dikerjabaktikan, di studikan.
2. Seorang aktifis-intelektual, meminjam sebuah buku tuntunan perayaan Paskah, yang diterbitkan oleh Dok-pen KWI, berupa kumpulan dokumen Gereja 'Spektrum', Volume 8.
Dipelajarinya pedoman itu, disampaikannya pada rekan-rekan petugas liturgi yang lain. Maka jadilah perayaan Paskah yang runtut, sebagaimana dipedomankan oleh Gereja.resmi. 
4. Dilatihkannya, sampai pada tahap jendral repetisi, apa yang sudah dipelajarinya. 

5. Dan lalu, bagi para umat, yang tak terlibat sebagai petugas, terasa bahwa perayaannya menjadi 'mengesan'.

Kesan yang tertangkap adalah kesan baik, indah, kusuk. Dan itu semua bisa didapat tidak sekali jadi. Melainkan berproses. Melewati proses, dari yang belum tertata, menjadi semakin tertata. Dari tahun ke tahun, dari waktu ke waktu.

Beriman, adalah juga sebuah proses. Tidak proses statis, namun dinamis. Makin lama, makin dekat dengan Sang Pusat Liturgi. Yakni Yesus Kristus sendiri, Sang Putra Sulung Kebangkitan.

Selamat beri-iman, selamat ber-proses.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-