Rabu, Oktober 05, 2011

Hujan Buatan (yang) Haram

Orang memasuki usia tua, bisa memunculkan efek yang beraneka warna. Bisa positif, bisa negatif. Sudah banyak terjadi penurunan daya. Termasuk di antaranya daya pendengaran.

Dalam sebuah makan bersama, di acara silaturahmi dengan umat-umat, diangkat tema-tema kehidupan, dari soal wedus, tanaman padi, dan hujan yang tidak segera turun. Alias musim kering yang  berkepanjangan. Memang tiga hari sebelumnya, sempat hujan deras. Namun habis itu, tak ada hujan lagi.

Berkaitan dengan hal hujan, seorang umat, usia delapan puluhantahun, bercerita, dengan nada konfirmasi. Dia mengkonfirmasikan, bahwa 'hujan buatan itu haram.....?!' Peng-oedoed '76 jadi tertawa terbahak-bahak. Ketika ditanyai, sumber keterangan bahwa hujan buatan itu haram, dari mana, dia mengatakan melihat di Televisi.

'O, o, o, begitu, ha, ha, ha.'  Memang, berita-berita hari-hari itu di TV mengabarkan bahwa sedang diupayakan hujan buatan di Pulau Sumatra & Kalimantan. Dan sumber berita juga mengabarkan bahwa hujan buatan itu, dibuat dengan bantuan pesawat terbang. Dari ketinggian tertentu unsur garam ditaburkan, agar terbentuklah kumpulan awan buatan. Diharap, awan itu, lalu menjadi hujan. Jadilah hujan buatan, yang diusahakan dengan taburan garam. Namun, bagi seorang berusia delapanpuluhan, telinganya mendengar dan lalu menangkap dalam pikirannya, bahwa 'Hujan Buatan itu  haram !!!??'.

Jika pengertian Bapak Tua, itu diberitahukan pada cicitnya yang masih murni, bisa jadi si cicit, akan mempercayai, bahwa 'hujan buatan itu memang haram'. Jika si cicit punya cicit lagi, dan beri pengertian padanya, Cicit generasi ketiga, juga akan memahami, bahkan meyakini bahwa 'Hujan Buatan itu haram...' Dus, jika tak hati-hati dan tak cermat, akan muncul sebuah dogma, bahwa 'Hujan buatan itu haram..' Apalagi, jika tak ada Magisterium, dan Hirarki yang memberi pencerahan.

So,  bagaimanapun sebuah dogma, baik jika memahaminya, dengan memperhatikan konteks, dan asal-usulnya. Apalagi dogma sebuah agama. Karena, jika tidak,  orang beragama bisa membabi-buta dalam berpijak pada sebuah ajaran dogma. 


Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-