Jumat, Agustus 26, 2011

Komandan OMK

Pada bulan Romadon, di sekolah-sekolah negeri,diselenggarakan kegiatan Pesantren Kilat. Siswa-siswi non muslim, dalam hal kegiatan rohani, diserahkan kepada guru agama masing-masing. Untuk itulah  OMK se Paroki Batang, Rabu lalu mengadakan rekoleksi. Bertempat di kapel Subah. Peserta yang hadir 50 orang. Tema yang disodorkan oleh mereka, adalah "Hidup sebagai minoritas, di tengah-tengah mayoritas".  Diminta pastor Stasi Batang Timur untuk memberi materinya.

Pertemuan dengan orang-orang muda, kerap tidak mudah. Tidak mudahnya, a.l., karena ketika acara berlangsung, banyak yang omong sendiri, main hp-nan, SMS-an, atau tustel-tustelan. Guna meng-atasi hal-hal tersebut, maka di awal acara dibuatlah kesepakatan:
1. Semua HP, tustel harus wajib dikumpulkan pada panitia.
2. Ketika Narasumber bicara, peserta tidak diperbolehkan bicara.
3. Posisi 'Nara Sumber', sebagai pengisi materi, adalah  komandan. Punya hak menentukan, mengkomandani, agar suasana kondusif.

Di tahap awal, diinfentarisir beberapa tantangan hidup sebagai minoritas. Beberapa tantangan, a.l.: situasi dinomor-duakan, disulit-sulitkan. Ada juga yang oleh pacarnya diajak pindah agama. Demi 'cinta', katanya.  Bagaimana hal-hal demikian harus disikapi.

Rekoleksi mengajak peserta memahami inti ajaran Katolik. Tanpa pengertian dan pemahaman yang mendalam,orang mudah hanyut oleh tawaran-tawaran, rayuan kemudahan & kenikmatan.  Inti ajaran Katolik adalah, misteri peristiwa Tuhan Yesus Kristus. Disebut juga misteri iman. Isi misteri itu adalah, bahwa Tuhan Yesus sengsara, wafat disalib, dan lalu bangkit.

Orang katolik mesti mengimani misteri itu. Dari mana asal-muasal iman seperti itu. Tentu dari kesaksian para rasul. Karena itulah iman orang katolik disebut rasuli.

I. Rasul Petrus berkotbah tentang iman dan kesaksiannya: "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah,dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kaum salibakitu menjadi Tuhan dan Kristus "(Kis 2:32.36)

II. St. Paulus menegaskan dalam suratnya: "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah juga kepercayaanmu"(I Kor 16:19 ).

III. Dus, iman akan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus merupakan pokok pewartaan para tasul. Kepada orang yahudi dan Yunani, mereka mewartakan bahwa Yesus, Gurunya yang telah disalibkan itu telah bangkit, hidup dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa(Mrk 16:19)

Iman para OMK, asalnya dan sumbernya, juga dari sana. Yaitu bersumberkan kesaksian para rasul. 
Ketika pulang para OMK melipat fotokopinan pemberian dari Nara Sumber. Dan memasukkannya kedalam tas, atau saku, untuk dibawa pulang. Isi dari fotokopian itu, adalah pokok iman para rasul. Yang adalah kesaksian para rasul. Yang adalah inti ajaran para rasul, bahwa Yesuslah Sang Mesias. Yang telah sengsara, wafat, dan kemudian bangkit. .

Bravo OMK...!
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-


Selasa, Agustus 23, 2011

Kuburan Yang Lucu

Minggu lalu, Pak Carik, yang juga Pro-diakon meninggal dunia, dipanggil Tuhan. Waktunya, teramat singkat. Minggu masih makan bersama, dalam acara kunjungan, Jumat masuk Rumah-sakit, dan sabtu malam, langsung tiada. Mengagetkan & dan menrenyuhkan. Dialah yang dulu terceritakan sebagai tokoh,  dalam kisah Senjata makan tuan. Ketika sedang pimpin ibadat, Hp-nya berbunyi di sakunya, padahal alba terkunci dengan singel.

Sayang, orang rajin dan saleh, cepat tiada. Yah itulah hidup, salah satunya  harus menghadap Bapa dalam peristiwa  kematian. Jazadnya tentu dimakamkan di pemakaman, atau disebut juga kuburan.

Berbicara tentang kuburan, di kawasan Subah-Weleri, ada yang lucu-lucu. Lucunya, beberapa kuburan, diwarnai dengan warna-warna cat, yang biasa dipakai partai politik. Apakah para  saudara yang dikubur itu masih berpolitik, tentu tidak. Warna yang dipakai untuk mengecat batu nisan, adalah hijau, atau biru muda.

Sudah menjadi  rahasia umum, warna hijau, menjadi kekhasan  aliran NU. Dan warna  biru, merupakan kekhasan aliran Muhamadiyah. Dari cat yang dikenakan pada batu nisan, menunjukkan dia beragama aliran apa. Atau mungkin, ahli warisnya, yang menganut aliran agama itu. 
Jika dilihat dan direnungkan, rasanya kuburan itu terasa jadi lucu. Orang mati masih berkotak-kotak, atau dikotak-kotakkan dalam aliran-aliran agama tertentu. 

Orang hidup, terkotak-kotak dalam agama-agama, aliran-aliran, atau partai-partai. Ketika sudah di liang kuburpun masih juga dikotak-kotakkan. Dibeda-bedakan, a.l. dengan warna-warna. Dan itu semua yang melakukan adalah manusia. Apakah di sorga sana, juga akan dikotak-kotakkan ? Siapa yang akan meng-kotak-kan. Manusia, kadang-kadang berperilaku melebihi  Tuhan. Juga ketika sudah di alam kubur.

Sebaiknya, memang manusia tak usah melebihi wewenang Tuhan. 
Mari beragama, tanpa memaksa, atau melibihi wewenang Tuhan.

Syalom.  WIlujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm_

Sahabat Pelajar

Di jalan lintas selatan, kawasan Gombong, pernah terbaca di sebuah Mikro bus, tulisan "Sahabat Pelajar". Di Kawasan Batang Timurpun, tulisan itu ditemukan. Juga tertulis di sebuah Mikro Bus, "Sahabat Pelajar'. Memang penumpangnya para pelajar-pelajar.

Jumat,  Minggu lalu, diadakan Ekaristi Pelajar di Kapel Subah. Yang ikut, para pelajar se kawasan Stasi-stasi Batang timur. Sayang salah satu stasi besar, Kedawung tak ada yang bisa datang. Maklum memang, karena jarak dan transport yang tak mudah.

Peserta Ekaristi, ada 35 siswa-siswi. Terdiri dari jenjang SD, SMP & SMA. Dari berbagai sekolah. Suasana, terasa semarak, dengan nuansa remaja semi anak-anak.  Untuk selanjutnya, akan dirutinkan acara ini, tiap bulan sekali. Beberapa guru dan moderator mendampingi mereka. Salah satu, mengiringi lagu-lagu sebagai organis.

Pengudud '76 melayani Misa pelajar ini. Biasanya, misa kaum muda, bahkan dewasa kerap sepi jawaban aklamasi. Seolah-olah perayaan liturgi, hanya semacam pertunjukan belaka. Untuk itu, diantisipasilah keadaan. Dibagikan kepada mereka, Buku TPE-umat merah kecil. Sebanyak empatpuluhlima eksemplar. Tiap siswa pegang satu. Dan ketika ekaristi, setiap kali diajak untuk membuka, halaman-halaman yang bersangkutan dengan tahap-tahap upacara. Buahnya terasa, jawaban-jawaban aklamasi, terdengar jelas. Dan menggairahkan. Untung, pengudud '76 baru saja beli buku merah kecil itu dari Kanisius, sebanyak seratus eksemplar. Dan maaf, belinya pakai uang stipendium.

Yang tak ter-anstisipasikan, buku-buku lagu. Di Kapel Subah, hanya tersedia 7 buku Puji Syukur. Semula, ada sepuluh. Dengan minimnya buku-buku lagu itu, siswa-siswi tak bisa ikut nyanyi.  Sehingga seperti nonton pertunjukan koor.  Betapa semaraknya, jika buku-buku lagu itu juga tersedia. 

Di masa datang, pengudud '76 usahakan buku-buku Madah Bakti dan Kidung Adi, agar liturgi semakin menggairahkan. Di kedua buku tersebut, bagian penuntun Ekaristi, ade. Dan bagian lagu-lagu, juga ade. Menurut bahasa Malaisya.

Liturgi, agar menggairahkan, memang harus disiapkan. Antara lain dengan sarana-sarana, termasuk buku-buku umat.

Selamat berdoa, dengan Liturgi yang semarak dan menggairahkan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Agustus 10, 2011

Pantura Undercover

Banyak orang bangga hati dengan julukan Indonesia sebagai bangsa yang agamis. Tempat-tempat ibadat bertebaran di mana-mana. Suara-suara doa menggema setiap kali, lewat pengeras-pengeras suara. Namun betulkah demikian hidup realnya. Nampaknya, hanya sedikit prosen yang selaras dengan penampakkan simbolisnya.

1. Di sebuah kampung, dekat stasiun kereta api Batang, beberapa bulan yang lalu terpasang di atas sebuah jalan, spanduk besar. Tulisannya kuranglebih demikian: "Lokalisasi ini ditutup ! ttd: Rt ...... Kalurahan ....... Kecamatan ......." Keadaan di sekitar tempat itu sepi. Ternyata memang, beberapa orang setempat di situ bilang, baru saja ada penggerebegan oleh masyarakat kampung. Tempat itu tadinya ramai, tempat para wanita pramunikmat menjajakan diri. Kini bubar. Termasuk para ibu-asramanya.

2. Hari-hari ini, adalah bulan puasa. Banyak orang di mana-mana berpuasa dan berdoa. Akhir dari masa itu disebut Lebaran, atau Iedul fitri. Diharap, output dari kegiatan keagamaan ini, orang menjadi suci hidupnya. Soleh perilakunya.

3. Di kawasan Batang, Alas Roban, Weleri, Pekalongan, banyak warung-warung kopi. Baik di tepi jalan, di tepi sawah, maupun di tepi hutan.  Suatu siang, dua orang perempuan minum teh panas dengan saling cerita. Cerita tambah ramai, dengan umpan balik sang penjual minuman yang sudah tua umurnya. Jadilah tiga orang bercerita tentang kisah-kisah hidupnya. Dan juga program yang akan dilakukannya. Cerita awal bermula, ketika salah seorang wanita, setengah baya, mengeluh  tentang ekonominya. Dia terkena imbas dari tulisan yang terpampang di spanduk di atas sebuah jalan di dekat stasiun kereta. Ternyata ibu itu, semula berprofesi sebagai Ibu Asrama. Dengan adanya serbuan masa, larilah dia. Dan bangkrut usahanya. Demikian juga anak-anak asuhnya. Bubar semuanya.

Siang itu, dalam rangka pelarian, ia ketemu bekas anak asuhnya, yang sudah lama pindah. Namun kegiatannya tetap sama, sebagai pramunikmat para pria, di lokasi lain. Menghadapi bekas ibu-asramanya, dia memberi tips,  resep usaha. Resepnya, adalah niteni waktu. Waktu banyak tamu, alias pria hidung belang berdatangan, adalah seminggu sebelum Hari-Raya-agama, dan seminggu sesudahnya. Saat-saati itu banyak pemudik pada pulang, dengan membawa uang. Banyak pula orang-orang yang sedang mendapatkan uang THR.

Mendengar kisah & program mereka, pengudud '76 mengisap rokok dalam-dalam berulang kali, sambil ber-ujar dalam hati: "Saat hari-raya-agama, sehabis orang berpuasa & intensif berdoa, tak bikin laku tobat, malah bikin dosa...." Jika demikian, apa artinya, berbangga diri, sebagai bangsa-agamis, namun hidup real demikian, demikian, demikian..........  Mendingan jadi negara sekuler saja.

Selamat menyambut Hari-Raya-Agama.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Agustus 01, 2011

Imam Yang (tidak) menakutkan

Stasi Kuripan, adalah bagian dari Paroki Batang. Posisi di dekat pantai utara, Di balik bukit, dan di seberang hutan-hutan jati. Untuk ke sana, mesti lewat jalan menurun amat tajam. Juga demikian menanjakknya, jika hendak pulang. Leluhur stasi ini, adalah umat yang dulu pegawai perkebunan, kelahiran Jelog. Dia jadi katekumen, dan lalu dipermandikan, karena tertarik pada kepribadian seorang kepala perkebunan, asal Manado, yang betul saleh hidupnya.

Ciri khas stasi ini, adalah, jika ekaristi, anak-anak & remaja, cukup banyak yang ikut. Tentu saja dengan komposisi jumlah umat setempat. Lagu-lagu liturgi cukup bergairah dinyanyikan. Kadang-kadang kerap salah. Dan salahnya juga berjamaah. Jadi tak kelihatan jika salah. Malah seperti lagu aransemen baru.

Jika ke sana, mobil yang kuat powernya yang mesti dipakai, agar tak mogok di tanjakan. Beberapa kali peng-udud ke stasi ini,  mengendarai Minibus Colt-Mitsubishi. Tak pernah mogok, karena mobil ini terkenal kehandalannya di jalan-jalan curam.  

Suatu hari seorang tokoh umat mampir pastoran, untuk sekedar say hello. Dia juga senang baca buku-buku. Maka lalu pinjam dua buku. Satu, tentang rohani. Satunya, tentang asal-muasal Kitab-suci. Sambil bicara tentang buku, dan minum kopi, dia mengatakan:
+ Romo, kami kagum sama romo.....
- lho apanya yang dikagumi, tak ada yang istimewa.
+ Kami, umat kagum karena baru pertama kali ini, melihat ada romo yang naik mobil tua,  dan tidak bagus lagi....!
- O, tak masalah. Bagi saya, untuk sebuah kendaraan, yang penting bisa menghantar orang ke tempat tujuannya. Bisa untuk pelayanan. Bisa untuk bantu ini, bantu itu. Tak penting apa mereknya, tak soal pula keluaran tahun berapa.
+ O, begitu. Tapi ada yang lebih penting lagi, dengan romo naik mobil seperti itu, kami, umat itu menjadi tidak takut lho. Sama romo...........'
- hal..ha...ha.....,

Ternyata, ada umat yang tidak ditakut-takuti saja, sudah takut sama romonya....

Dalam film Tele-Tubes, ditampilkan sosok Singa. Singa itu bersuara keras menggema, dengan berkata, "Aku Singa menakutkan............. Aku Raja hutan menakutkan............ Aku Singa menakutkan. Aku Raja hutan menakutan...............!" Kalimat itu diucapkan beru-ulang-ulang.

Romo, adalah imam. Dan imam, adalah rohaniwan. Dan tidak untuk menakutkan......
Ha, ha,ha......Mari tidak menakutkan.

Syalom. WIlujeng. Rahay
u.