Jumat, Maret 18, 2011

Allah Orang Katolik Punya anak......?!

Stasi Kuripan, bagian dari Paroki Batang. Jalan ke arah sana, medan-nya bergunung-gunung. Meng-ingat-kan pada sebuah tempat, bernama 'Jurang Bahas', bagian dari Banyumas, yang kontur tanahnya juga bergunung-gunung.

Suatu siang, di desa tersebut, seorang gadis SD, klas 5, pulang sekolah. Tak langsung makan siang. Namun malah langsung menangis. Dan esok harinya, tak mau berangkat sekolah.


Orang-tuanya prihatian atas situasi terkini anak gadisnya. Ditelusurinya dengan pertanyaan-pertanyaan ke-orang-tua-an, kenapa anak kesayangan-nya tak mau berangkat sekolah.

Lewat dialog orang-tua - anak yang intens, terketahuilah kenapa, alasan, sebab anak tak mau sekolah. Ternyata, ketika di sekolah, anak gadis itu diolok-olok oleh beberapa kawannya. Olok-olok itu berupa pertanyaan setengah menggugat: 'Ye Gusti-Allahmu ora bener. Gusti Allah kok duwe anak. Lha terus, sapa mamake.   Sapa ibune ...?!".

Anak gadis klasl 5 SD itu, beriman katolik. Karena usianya, dan karena keterbatasannya pengertian tentang agama yang masih minim, lalu tak mampu jawab. Bisanya, hanya nangis. Lalu esok hari ngambeg, tak berangkat sekolah.

Pertanyaan reflektif, 'Benarkah Allah orang katolik ber-anak, atau punya anak..?' Jawaban dari orang-katolik tentu 'Tidakkkkk'.  Jika ada orang mengatakan demikian, tentulah bertaraf 'tidak dong, tidak mudeng'. Atau belum tahu, namun --maaf-- merasa tahu.

1. Untuk mengerti sebutan anak Allah, yang biasa diucapkan oleh orang katolik, perlulah melihat kebudayaan Ibrani*. Budaya yang ada ketika yesus hidup di muka bumi. Yesus adalah bagian dari suasana masyarakat berbudaya Ibrani tsb. Saat itu, huruf-tulisan, pakai huruf Ibrani. Bahasa pergaulan, Ibrani. Cara pikir, gaya Ibrani. Seni-sastra, tradisi, juga Ibrani. Pendek kata, Budaya Ibrani, jadi konteks sosial ketika Yesus hidup di dunia ini.

2. Istilah Anak-Allah, adalah cara bahasa orang Ibrani untuk mengungkapkan suatu makna. Yang mau diungkapkan dengan istilah Anak-Allah, adalah kedekatan. Kedekatan antara dua pihak. Pihak pertama, Allah Bapa. Pihak Kedua, adalah Yesus, yang adalah manusia, jelmaanNya. Tidak ada rumusan kata yang lebih tepat, yang lebih pas, untuk mengungkapkan situasi amat-dekat tsb.

Kata yang bermakna sejajar dengan anak Allah, adalah Bapa-Putera. Sekali lagi yang mau dimaksudkan adalah kedekatan. Dan kedekatan itu sudah ada sejak awal jaman. Syahadat Iman Katolik, menyebutkan hal tersebut. 

Dipakai gambaran Anak Allah, Bapa putera, karena itulah yang bisa mewakili makna di dalamnya. Istilah suami-istri, tak sebobot istilah Bapa-putera. Karena, relasi suami-istri baru terjalin ketika mereka berdua masuk dalam dunia perkawinan. Dinyatakan resmi ketika mereka menikah. Status, putera, anak, sudah melekat ketika person itu ada.

3. sebutan Anak-Alah , Bapa-Putera, yang biasa diucapkan orang kristen, katolik, tidak dimaksudkan anak dalam arti biologis, dalam arti fisik, badan-wadag. Yang mau diungkap, adalah adanya kedekatan. Kedekatan pribadi, yang adalah sehakekat. Yaitu hakekat Allah. Allah yang melaksanakan karya penyelamatan umat manusia. Jadi artinya, lebih bersifat rohani, bukan arti jasmaniah.

4. Oleh karena itu, adalah jadi keliru, jika mau mengartikan sebutan anak Allah, dengan kacamata budaya-Banyumas, misalnya. Atau budaya-Pantura, misalnya. Karena kedua budaya itu mengartikan anak, dalam arti anak biologis. Anak fisik. Seperti bayi, yang lahir 'ceprot'. Lalu berstatus anak yang dilahirkan.

5. Dari ilmu teologi, Allah mewahyukan diri, memperkenalkan diriNya, lewat sejarah manusia. Dan itu berarti lewat budaya-manusia. Sebagai catatan, bahasa, budaya manusia itu terbatas sifatnya. Tak mampu mengungkapkan siapa Allah secara 100%. Maka Allah yang dekat dengan Manusia Yesus, diungkapkan dengan sebutan 'Anak Manusia,
Putera-Allah. Bapa-Putera'. Inilah keterbatasan huruf, kata, dan bahasa. Ibrani, Yahudi, Yunani, adalah budaya-budaya dunia. Kita mengenal Yesus, dibantu dengan mempelajari budaya-budaya itu. Yang berlaku ketika itu.

Mari men-dalam-i agama, dengan perhatikan budaya.
Syalom. Willujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-