Senin, Mei 31, 2010

Pak Gatot

 
Bulan Mei, resmi dicanangkan sebagai awal tahun pertanian. Sebuah ekaristi, dan seminar tentang pertanian & hidup sehat diselenggarakan di Paroki Purbalingga. Musik, yang ditampilkan baik di acara liturgis maupun acara seminar, adalah musik gejog, dari lesung. 

1. Minggu jam sepuluhan, kijang-hijau-dinas menyusul rombongan umat Stasi Wangon, yang jadi utusan Paroki Katedral, ke Purbalingga. Menghadiri pencanangan 'Tahun Pertanian' dekenat tengah. Meski tak kebagian sesi ekaristi, namun sempat ikut seminarnya. Ada beberapa pembicara, dalam acara itu. Pihak Gereja, pihak pemerintah, dan pihak pelaku pertanian sehat. Pak Gatot, yang rumahnya dekat dekat bandar udara, sebagai pelaku pertanian sehat, memberikan orasinya.


2. Orasi Pak Gatot, relevan, karena cocog, dan berdasarkan fakta, berdasarkan pengalaman. Butir yang antara lain dikemukakan olehnya, adalah bahwa manusia jaman kini, sebenarnya setiap kali meracuni diri. Makanan-makanan yang dikonsumsi, termasuk beras, juga sudah mengandung racun sejak di sawah. Itu terjadi, karena terlalu banyaknya, zat kimiawi yang dipakai. Pupuknya, banyak pakai pupuk kimiawi. Obat pengusir hama, sudah selalu pakai insektisida. Dan disadarkan bahwa bagaimanapun insektisida, adalah racun. Racun insektisida yang disemprotkan  ke tanaman, akhirnya terbawa terus. Dan jika dimakan, racun itu masuk dalam tubuh. Maka munculah penyakit-penyakit masa kini, kolesterol, kanker, darah-tinggi,( termasuk tumor, gangguan lever & ginjal. ). Untuk mengurangi proses peracunan ini, tepatlah manusia kembali ke alam. Makanan & pertanian organik, adalah solusinya.


3. Ada banyak potensi alam yang alamiah, bisa digalakkan kembali. Rebung, mujarab untuk menetralkan lemak. Pohon pisang kluthuk, efektif untuk mengurangi kolesterol. Sebagai contoh, jika daging ayam lehor, digodhog dengan pelepah pisang kluthuk, daging itu akan amat menyusut. Penyusutan itu disebabkan kadar lemaknya, yang dinetralkan oleh tumbuhan pisang kluthuk.


4. Selesai seminar, dilanjutkan makan siang. Semuanya organik. Sebagai tindakan nyata peduli pangan, maka semua peserta, makan nasinya sampai habis, bis. Tak ada sebutir nasipun yang tersisa. Sebagai maksud menghargai pangan, dan si penanam tanaman-pangan. Rombongan Wangon pulang membawa bibit tanaman-bermanfaat gratis. Juga diberi lele-lele, juga gratis.


4.a. Sebagai tindak lanjut gerakan pertanian sehat, Malem Slasa Kliwonan, umat Genthawangi memulainya dengan sarasehan rutin. Sarasehan, kali ini diiisi dengan membaca bersama 'Surat Gembala Uskup Purwokerto' tentang tahun pertanian. Surat itu difotokopi, lalu dibaca bergantian per alinea. Yang baca anak-anak remaja. Yang dengarkan orang-orang tua.

4.b. Sesudahnya, diutarakan cerita-cerita dari umat seputar pengalaman tentang kearifan-lokal, manfaat-manfaat alam. Seorang umat cerita, anaknya belum lama sakit tipus. Panas badan tinggi, tak turun-turun. Lalu dicarikanlah cacing tanah. Sesudah didapat, cacing itu dimakan mentah-mentah. Tak lama kemudian, panasnya turun drastis.
4.c. Umat lain cerita, saudaranya juga kena tipus. Lalu dicarikan cacing pula, digoreng. Lalu dimakan. Berangsur-angsur tipusnya sembuh. Yang lain menyambung, ada pula yang mengobatinya dengan meminum kunir. Kunir yang digerus tiap hari, diminum, jadi obat sakit tipus.

Sedikit, dua dikit isu gerakan tahun pertanian di-sosialisasi-kan, dalam berbagai kesempatan. Buahnya, kearifan-kearifan lokal-pun lalu bermunculan. Namun yang lebih penting adalah munculnya kesadaran, bahwa kerapkali, posisi kaum tani hanyalah sebagai obyek produk. Bukan sebagai subyek. Bukankah mereka sendiri yang mestinya, menentukan jenis bibit, harga bahan pangan, pemasaran. Gerakan tahun pertanian, menghantar orang, terutama kaum tani, agar punya posisi subyek. Bukan sebagai obyek melulu, dari pihak yang cari keuntungan.


Mari meng-gelut-i kearifan lokal. Pola makanan sehat. Yang berasal dari pertanian sehat.

Selamat meng-usaha-kan sehat.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pyp

Minggu, Mei 30, 2010

Pengajian

 Sabtu, Minggu lalu, Kijang-Hijau-dinas meluncur ke Sokaraja. Tidak untuk beli gethuk-goreng, atau beli soto-kecik, melainkan untuk mendatangi undangan. Yang mengundang kelompok keagamaan NU, dibawah binaan Kyai Abah. Diadakan sebuah dialog antar agama. Tempatnya gedung NU, belakang Soto-lama-Sokaraja. Yang hadir, tokoh-tokoh moslem, kristen-GKI, kristen-Jawa, kristen katolik. Perwakilan Khong Ho Chu, Budha, dan Hindu tidak kelihatan hadir. 

Dari Moslem, ada beberapa perwakilan. Ada dari NU sendiri, Muhamadiyah, LDII, PKS, dsb. Pak Camat, juga datang. Banyak ragam orang, jadi satu di tempat dialog yang berupa sebuah mesjid tradisionil itu. Posisinya, di tengah perkampungan. Di depannya, ada kolam ikan. Dan sebuah sungai kecil, mengalirkan air dengan derasnya. Air yang cukup melimpah, menjadikan banyak ikan juga ada di sungai itu. Sebuah ekosistem yang menyenangkan, dan menyejukkan.


Dalam sambutan pengantarnya, Kyai Abah mengatakan, 'Seorang santri, yang masih berpendapat bahwa Bani Israel itu kapir, harus mengaji kembali !.' Kalimat itu diucapkan dengan lantang, sebanyak tiga kali. Yang mau dimaksud, dengan kalimat itu, adalah bahwa dalam hidup beragama, orang mesti menghargai kelompok-kelompok lain, agama-agama lain. Juga Bangsa Israel. Ajakan, saling menghargai itulah, yang ditekankan. Diharap saling penghargaan satu sama lain, bisa terbangun dengan dialog-dialog.


Sesi pertama, pihak Kristen dipersilahkan memberikan makalahnya. Namun, terjadi sedikit bingung, karena yang datang, ada GKI, ada GKJ.  GKI sendiri ada dua. Ada GKI Gatotsubroto, ada GKI Sokaraja. Mana yang harus maju. Lalu diputuskan satu sama lain saling melengkapi, memperkenalkan diri, dan memberikan uraiannya. Ada yang mengangkat soal 'Sosiologi Agama'. Ada yang mengangkat soal pembabtisan dalam Alkitab.


Pihak Katolik, juga memberikan uraian singkatnya. Terakhir, pihak Muslim. Seorang Kyai dari kalangan intelektual membawakan makalahnya, bertemakan tentang nilai manfaat agama. Dikatakan, agama mesti membawa manfaat bagi pemeluk-pemeluknya. Juga bagi, yang bukan pemeluk sekalipun. Ada 4 hal yang dikemukakan.

1. Agama mesti membawa rahmat.
2. Agama mesti membawa tenang. Maksudnya, ketenangan, kedamaian.
3. Agama mesti membuahkan perbuatan baik.
4. Agama mesti sampai pada kasih sayang pada sesama.

Sesudah penampilan para pemrasaran, diadakan tanya jawab. Seorang muslim, bertanya tentang apa beda Kristen & Katolik. Tanya juga, Kristen, kok ada juga macem-macem. Penanya lain, bertanya tentang siapakah 'Kristen militan', atau 'Kristen Ekstrim'  itu.


Dalam butir butir penutup, ditegaskan lagi pentingnya agama, dan pentingnya dialog. Karena persoalan antar agama, kerap timbul akibat dari ketidakmengertian satu sama lain. Ditekankan lagi bahwa semua agama mesti mengarah pada perbuatan baik, perbuatan bermoral, tindakan membantu, menyayangi sesama.


Sesudah acara rampung, disuguh makan besar. Makan nasi, lauk gulai kambing dan gulai ayam. Enak sekali. Ketika para peserta sedang enak makan, seorang perempuan berpakaian agamis, turun ke kali. Tidak untuk mencari ikan, tetapi ..............weladalah, untuk BAB.  Jadilah siang itu, makan gulai disuguhi orang .........


Agama memang mesti bermuara pada perbuatan baik, bantu sesama. Apalagi yang menderita, yang kekurangan.

Orang perempuan, yang buang hajat di depan orang santap gulai, tentulah termasuk kategori kekurangan, atau tak punya. Yang jelas tak punya jamban di rumah.

Maka, tepat & betul-lah sebuah konggregasi biarawati yang berkarya di Stasi Wangon, tak berdialog tingkat konseptual, melainkan berdialog dengan 'Jamban-isasi'. Mengkondisikan agar orang yang berkekurangan bisa punya jamban. Agar sehat, dan normatif. Serta tentu saja, orang bisa makan gulai dengan enak.


Selamat, menikmati gulai-gulai kambing, ataupun ayam.  Selamat berdialog.

Wasalam:
-agt agung pypm- 

Selasa, Mei 25, 2010

Topi Saya Bundar

Ciri, dari orang-tua.

Apakah ciri dari kaum lansia...........? Ada sebuah lagu:
Topi saya bundar, Bundar topi saya,
Nenek sudah tua, Giginya, tinggal dua.
Tlek, dhung, tlek, dhung, tlek, dhung, tra, la, la
Tlek, dhung, tlek, dhung, tlek, dhung, tra, la, la
Tlek, dhung, tlek, dhung, tlek, dhung, tra, la, la
Topi saya, bundar.


Cirinya Lansia, adalah Giginya, tinggal dua....? Bukan.
Pipinya, sudah kempot,....? Bukan.
Jalannya, tertatih-tatih.....? Juga bukan.

Ciri khas, kaum lansia, adalah 'Tua-tua keladi.......!
Makin tua, makin menjadi.
Bahwa, jadi......... makin muda, tentu tidak.
Makin tua, makin menjadi. 

2. Masalahnya, makin menjadi apa.
Makin tua makin menjadi bersemangat. Itu bisa. Buktinya, yang tugas liturgi kali ini, ekaristi 30 Mei ini, adalah kaum lansia. Lanjut Usia.
Jadi, menjadi tua, menjadi lansia, bukanlah nestapa. Bukanlah, nasib yang terlunta-lunta.
Menjadi tua, adalah sebuah prestasi. Adalah sebuah pencapaian. Mencapai usia tua.  menjadi lansia, adalah sebuah kebanggaan. Apa yang bisa dipersembahkan pada Tuhan, saat masa tua-nya. Adalah mempersembahkan ketuaan.

Maka menjadi tua, pantas untuk disyukuri. Bukan untuk disesali. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali ingin awet muda. Ini fakta. Kita sudah tua. Maka harapan kita, adalah semoga 'Awet tua'. Bukan awet muda. Jika kita kini, ingin awet-muda, itu keliru.

3. Menjadi tua adalah sebuah prestasi, dan sebuah persembahan. Malah persembahan yang hidup.
Jika ditanya, apa yang bisa kita berikan pada Tuhan, sekarang. Jawabannya, adalah mempersembahkan  ketuaan. Jadi menjadi tua, adalah sebuah perjalanan. Sebuah keharusan, yang harus dijalani, diterima, dinikmati. Dan sekali lagi di syukuri.

4. Menjadi tua, secara kristiani, berbeda dengan tua pada umumnya. Menjadi tua kristiani, 'tua-tua keladi. Makin tua,  makin menjadi'. Menjadi semakin bersemangat. Bersemangat untuk kian dekat dengan Tuhan dan sesama.


5. Hari ini, adalah hari pentakosta. Perayaan datangnya Roh-Kudus. Siapakah roh kudus. Roh kudus, adalah roh yang menyemangatkan. Yang menjadikan orang tetap optimis. Punya harapan. Punya gairah. Roh kudus, bukan semangat yang bikin loyo. Yang bikin merana, nelangsa, frustasi, apes. Bukan.


Roh Kudus, adalah roh yang menyemangatkan. Memberanikan. Berani untuk menjadi tua. Para rasul, dulunya ketakutan. Ketika dia menerima karunia Roh Kudus, semangatnya menjadi berkobar-kobar. Berkobar, untuk mewartakan semangat Tuhan. Semangat kabar gembira. Semangat melayani, sesama.


Selamat, menjadi tua. Semoga awet tua. Itulah persembahan kita.


Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Mei 24, 2010

Nyata Tapi Aneh. Aneh, tapi Nyata.

I. Nyata, tapi aneh
 

1. Seorang umat, agak tua, ketika tanya, dan lalu cerita tentang sebuah stasi desa, bilang begini: 
'Wahhhh, saya tak mau lagi ke stasi itu. Kapok. WC-nya itu lho...! Njijiki....!. WC tempate umat sebelah gereja itu'.
 

2. Seorang rohaniwan-imam muda, berkelakar begini,
"Ngapa repot-repot pergi ke desa. Ndesa-e kok. Desa itu tak ada apa-apanya ?'.
 

4. Seorang rohaniwati, dalam sebuah kesempatan menumpang kendaraan tua, bilang begini: 'Ngapa naik mobil jelek kayak gini. Ndak mau, saya. Tak mau naik mobil jelek. Mbok ganti...!'

II. Keuskupan Purwokerto, dalam reksa pastoralnya, menekankan 'Pastoral Pedesaan'. Pastoral pedesaan, mengandung arti, 'Manjing, ajur, ajer, dengan umat pedesaan. Dengan persoalan-persoalan eko-lingkungan. Dengan ipoleksosbudhankam-pedesaan. Dengan maksud agar Kerajaan Allah, kuat berakar. Dan lalu Tuhan Allah dipuji, dan dimuliakan.

III. Dalam kesaksiannya kpd para Ibu-Ibu WK, dan LanSia, di acara kunjungan, 30 Mei kemarin, Suster-suster BKK di Wangon cerita:
Ketika datang, ketika membuka pintu gereja Wangon, yang tercium adalah bau kotoran manusia, yang keluar dari jumbleng-jumbleng, atau wc-sederhana orang-orang desa. Lingkungan tak sehat. Lingkungan tak nyaman. Lingkungan memprihatinkan.
Lalu keliling desa. Melihat, mengamati, mengobservasi, mensurvei. Lalu pendekatan dengan masyarakat, dengan Bu Lurah. Diajak sadar sehat. Dipelopori buat jamban, atau WC, atau toilet. Lalu dicarikan dana. Masing-masing KK, diberi bahan material untuk buat  WC: semen, batu, pasir, toilet keramic, pralon. Total senilai 650-ribu.  Diberi contoh, mereka diajak bikin sendiri itu WC. Dan, bisa. Sekarang, jika buka pintu gereja Wangon, bau kotoran manusia itu tidak ada  lagi. Lingkungan, juga jadi sehat. Suster BKK, kini dihormati di desa. Meski belum akan pindah, sudah diminta oleh orang-orang desa, jangan pindah.

IV. Suster-suster BKK, doakanlah kami, agar punya hati ke desa..........

Mari kita pergi ke desa. Selamat ber-pastoral-pedesaan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Mei 17, 2010

Melayat

1. Ada aliran agama-agama tertentu yang tak membolehkan penghormatan kepada orang mati. Bagi agama katolik, penghormatan dan doa-doa orang mati, amatlah indah dan lengkapnya. Pertimbangannya, yang mati itu adalah manusia. Bukan hewan. Bukan benda mati. Manusia  yang mati itu dulu pernah hidup. Dan yang mati adalah mahkluk ciptaan Allah, yang sejak semula diciptakan baiklah adanya.

2. Hampir dua bulan lalu Rm Loogman MSC, meninggal dipanggil Tuhan. Minggu lalu, Rm St. Darmawijaya pr, juga meninggal dipanggil Tuhan. Pada saat pemakamannya, banyak umat yang melayat. Melayat orang mati, adalah sebuah bentuk penghormatan bagi yang meninggal. Di sana yang hidup mendoakan, saudara yang sudah mati. Sebaliknya, diyakini yang mati, mendoakan juga sesama yang masih hidup. Sebuah dialektika timbal-balik.


3. Bagi peng-udud '76, melayat merupakan sebuah penghormatan bagi yang meninggal. Tak hanya itu, melayat juga kesempatan untuk mendoakan, dan juga untuk memohon restu, dari sesama yang dipanggil Tuhan. Lebih dari itu, melayat juga menjadi sebuah ekspresi iman. Menjadi bentuk ekspresi iman, karena di belakang peristiwa kematian, ada makna iman yang amat mendalam. Dalam doa ekaristi bagian prefasi untuk arwah, diungkapan iman katolik, bahwa hidup tidak dilenyapkan, melainkan hanyalah diubah. Bahwa suatu kediaman abadi sudah disediakan di sorga. Karena alasan itulah, umat diajak untuk memuliakan Allah. Tidak diajak untuk meratap senantiasa.


4. Dari kacamata teologi, iman adalah relasi. Relasi manusia dengan Allah. Juga relasi antar manusia. Tak hanya manusia yang masih hidup, melainkan termasuk juga yang sudah meninggal. Diyakini, suatu saat akan disatukan kembali. Maka mendoakan orang mati, memohon restu dari orang mati, adalah penghayatan akan masih adanya relasi itu. Relasi iman, tak terputus oleh kematian. Dasarnya, Yesus sudah mengalahkan kuasa kematian, dengan kebangkitannya.  Iman katolik, bukanlah iman akan orang mati, melainkan iman akan orang yang sudah bangkit. Iman akan kebangkitan.


a. Ketika pulang dari melayat Rm Loogman, ban Kijang hijau dinas belakang-kanan kebanan. Alias ban jadi gembos kena logam. Peristiwa ban gembos tidak ketika mobil jalan, namun diketahui sesudah istirahat, dan mau berangkat, di Pom bensin Karanganyar. Sebuah peristiwa keselamatan. Tak terjadi kecelakaan.

b. Ketika pulang dari melayat Rm Darmawijaya, ban mobil-belakang-kanan, juga kebanan. Alias ban jadi gembos kena logam. Peristiwa gembos juga tidak pas kendaraan jalan, namun diketahui sesudah istirahat, dan juga mau berangkat di sebelah calon kapel Prembun, yang diprotes provokator pembangunannya.
c. Ketika melayat Br Gabriel Fch., ketemu orang. Esok harinya, orang itu menilpon, untuk memberi sebuah Hp Nokia blackberry. Sebuah...........? Hp itu berkamera, sehingga bisa untuk representasi evaluasi tahun kemiskinan di Klampok Banjarnegara. Sebuah, peristiwa iman.

Dari kacamata manusia kematian adalah sebuah peristiwa kodrat. Dari kacamata iman, kematian adalah relasi manusia dengan Tuhan, yang tidak terputus. Juga relasi dengan sesama-sesama, juga dengan yang meninggal.


Selamat mendoakan, dan memohon restu dari orang yang sudah dipanggil Tuhan....


Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung ypm-

Sabtu, Mei 15, 2010

Cahaya Kristus



Di dalam Kitab-Suci, tidak ditemukan Tuhan Yesus minta didoakan. Juga tidak ditemukan permintaan darinya, agar kita mendoakan-Nya. Yang ada malah sebaliknya. Tuhan Yesus berdoa. Mendoakan manusia. Juga mengajari cara doa. Doa Bapa-kami, adalah sebuah doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri.

Hari ini penginjil Yohanes menampilkan kisah, Yesus yang berdoa. Lalu apa kepentingannya ?.  Dengan kisah ini, penginjil Yohanes mau menampilkan jati diri Yesus sebenarnya. Yesus yang amat dekat dengan Allah. Yesus sebenarnya adalah Allah sendiri, yang menjelmakan diri dalam sebuah sosok manusia.  Manusia Yesus, merawat, menjaga kedekatan itu, dengan doa-doa.  Doa, menjadi sebuah komunikasi yang efektif. Kedekatan, dalam bentuk doa  itu yang mau ditampilkan oleh penginjil Yohanes.

Yesus, adalah Firman Allah. Dalam Prolog, pembuka Injil Yohanes, hal itu digambarkan dengan jelasnya. Firman yang menjadi manusia. Orang beriman, adalah orang-orang yang terbuka atas firman itu, mempercayainya, lalu menghidupinya. Sebagai orang beriman, hidup harian diharapkan disemangati oleh firman-firman Allah itu. 

Ketaatan pada sepuluh perintah Allah, adalah bentuk kesetiaan pada firman. Juga kesetiaan pada kelima perintah gereja, adalah pendukung kesetiaan pada firman Allah.

Ajaran utama Yesus, cintailah Tuhan Allahmu, cintailah sesamamu, terjabarkan dalam pelaksanaan sepuluh perintah Allah.  Dikuatkan pelaksanaan ajaran itu dengan menjalani lima perintah gereja.  Dalam hidup real, pelaksanaan perintah itu, menjadi bentuk kesetiaan iman. 

Jika dilihat dari pesan Paskah, orang beriman diharap menjadi cahaya-Kristus. Hidup yang berdasarkan ajaran Tuhan,  berbentuk peng-amal-an firman Tuhan,  diharapkan bisa jadi cahaya bagi hidup di sekitarnya.

1.     Seorang muda bekerja di sebuah perusahaan asuransi, memilih keluar, daripada setiap kali harus menandatangani laporan-laporan fiktif, laporan yang dipalsukan. Dia menjadi cahaya Kristus.
2.      Seorang pegawai keamanan diisukan tersangkut gerakan. Padahal, tidak, dan hidupnya baik. Lalu dia dimundurkan tanpa dapat pension.  Sebuah cahaya Kristus.
3.      Saya pernah bawa minibus Colt-tua T-120, Mitsubishi. Sebuah sore serombongan ibu berjilbab, kesulitan kendaraan ketika mau pulang dari kondangan.  Minibus di stop, dan lalu berhenti. Rombongan itu naik. Di suatu tempat mereka mohon berhenti, turun. Ketika turun, salah seorang wakil menyodorkan uang, membayar  tumpangan. Saya tolak uang itu, sambil berkata: 'Tak usah bu…, terimakasih saja. Ini mobil gereja kok………….!’ Sebuah kegiatan jadi cahaya-Kristus, meski kadarnya kecil.
4.      Selamat, menjadi cahaya kristus, dengan cara anda masing-masing……….


Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Mei 12, 2010

Ngecap

Dalam hidup harian, sering terdengar kata-kata sbb:  'Jere, Jarene, katanya, kata-orang.'
Juga, kata-kata yang berkaitan dengan itu. Yang mengandung warna ketidak-percayaan: 'Gosip, ngecap, om-bes, ndobos, fitnah, ngrumpi, merekayasa.'

Di belakang kata-kata itu, ada satu hal yang berkaitan, yang menjadi dasar masalah, yakni kebenaran.  Orang nggosip, biasanya dipertanyakan kebenarannya. Ngecap, sama saja. Biasanya asal bicara, tapi kurang, atau tanpa fakta. Ndobos, sama juga. Dekat dengankata itu, kalimat, ‘omong doang’. Fitnah, dan rekayasa, lebih berat lagi kadar menjauhnya  dari kebenaran.Sebuah iklan rokok berbunyi begini: Talk less, Do more.Singkat kata, orang omong, tapi kian jauh dari kebenaran.

Bacaaan hari ini, bicara berkaitan dengan soal kebenaran. Yesus dalam Injil Yohanes, mengatakan: ‘…. Tetapi segala yang didengarnya, itulah yang akan dikatakanNya………….’ Jadi tidak ada lain. Yang tidak Ia dengar tidak ia katakan. Antara input dan outputnya, pas. Seimbang. Tak ada penambahan. Tak ada pengurangan. Jika sebuah informasi ditambah, atau dikurang, lalu disebarkan, ini namanya sudah direkayasa. Sudah mulai ada yang tidak imbang, tidak sesuai. Jadi tidak benar.

Yesus tidak menambah, atau mengurangi hal-hal tentang Bapa, yang mengutusnya. Dia katakan itu, dia beri kesaksian itu.  Tak memasukkan unsur kepentingan pribadi. Sehingga hal tentang Bapa, diubah olehnya. Yesus setia pada perutusan Bapanya. Misinya, adalah memperkenalkan siapa Bapa itu, lewat diriNya.

Beberapa filsuf bicara soal kebenaran. Antara lain, Heideger. Dia berpendapat, kebenaran adalah soal kesesuaian. Soal kecocokan. Sesuai antara yang seharusnya, yang semestinya, dengan realitanya.  Semestinya, kita orang katolik, wajib mencintai semua orang tanpa pandang bulu. Realitanya, bagaimana……………… Kita mengasihi orang lain masih pilih-pilih. 

Seharusnya, martabat orang Kristen adalah ‘Citra Allah’, yang mesti menjunjung tinggi hak asazi, menghargai nyawa manusia. Realitanya, bagaimana, masih banyak orang Kristen pada menggugurkan kandungan. Atau kurang menghargai hak-hak orang lain. Semena-mena.

Kita bergerak antara idealitas dan realitas macam itu. Hidup kita setiap kali menuju ideal.  Realnya, masih bopeng-bopeng. Untuk itulah, Yesus dalam Injil Yohanes mengatakan: ‘Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran’.
Kebenaran yang kita kejar, adalah kebenaran iman. Bukan kebenaran ilmiah, kebenaran hitung angka-angka. Kebenaran iman, isinya adalah bahwa “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya….”. Bapa punya apa. Bapa punya berita tentang ”hal-hal yang akan datang”. Kebenaran sejati, menghantar kita mendapatkan hidup yang tak bisa binasa, yakni hidup yang akan datang. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Selasa, Mei 11, 2010

Buah Iman

Di Pagi hari, ada sebuah acara ceramah agama di radio. Ada pertanyaan, ‘Orang katolik itu kapir atau bukan ? Juga orang yahudi, apakah mereka tergolong orang kapir ?. Sebaliknya, --bagi orang katolik-- , siapa yang dianggap kapir itu.

Jika bicara kapir-kapiran, akhirnya pembicaraan hanya sampai tuduh-menuduh. Tuduh-tuduhan. Tak ada output yang positif. Malah buahnya, kebencian belaka. Tidak mutu. Tak bisa mengabdi Tuhan, dengan hidup yang tidak mutu.

Bacaan hari ini, tak bicara soal itu, melainkan bicara soal buah-buah iman. Orang beriman, apalagi orang katolik, mesti berbuah. Selama kita jadi orang katolik sekian lama, baik jika sekali-kali mengkalkulasi, menghitung, buah apa dari iman saya. Ajeg saja, mundur saja, atau mekar ke-mana-mana. Yesus dalam Injil Yohanes bekata: ‘….Aku telah mengutus kamu, agar kamu pergi, dan menghasilkan buah. ...... '. Tentu saja buah kebaikan.

Tuhan Yesus, tidak mengutus murid-muridnya, untuk mengkapir-kapirkan. Juga tidak mengutus untuk mengucilkan, mem-benci-kan, mematikan. Dia mengutus, untuk mengasilkan buah. Yakni, buah-buah kemanusiaan, 

Selamat menghasilkan buah. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Mei 09, 2010

Solidaritas Pemulung

Dalam evaluasi DPP, Dekenat tengah, Rabu lalu, antara lain dievaluasi, sejauh mana nilai 'Solidaritas' sudah menjadi semangat hidup umat beriman. Ada berbagai ragam pengalaman disampaikan. Ada yang berupa gerakan 'semen'-nisasi rumah umat yang masih berlantai tanah. Ada bantuan modal usaha jok. Ada bantuan pemasangan listrik. Ada ini, ada itu, dsb-dsb.

Solidaritas, ada dalam dua tataran. Pertama tataran promosi. Kedua, tataran aksi. Yang aksi inilah, yang kerap tak mudah. Butuh energi, waktu, dan biaya. Namun nilai 'solidaritas' bagaimanapun dan di manapun mesti diupayakan realisasinya. Karena itulah aliran dari ajaran gereja. Allah, yang adalah kasih mesti mengalir dalam tindakan real.

Seorang tokoh masyarakat, dalam berbagai bicaranya, mempersepsi, bahwa tindakan amal kasih orang-orang kristen, adalah gerakan kristenisasi. Itu tak betul. Peng-udud '76 seorang katolik, selama jadi katolik tak pernah ber-pemahaman begitu. Seorang aktivis kemasyarakatan lain, cerita, dirinya ketika sedang makan siang, tak bisa menikmati nasi dan lauk yang disantapnya, ketika tetangga di sebelahnya, anak-anaknya menangis kurang makan. Maka dihampirinya, tetangga sebelah. Diajaknya makan. Sesudah itu, dia baru bisa makan siang, dengan sewajarnya. 

Tindakan amal kasih adalah tindakan hakiki antar manusia. Semua orang wajib hukumnya. Semua orang dari segala latar-belakang, mesti meng-usaha-kan nilai itu.

Seorang katolik, sudah pada hakekatnya berbuat amal-kasih, amal-solidaritas. Jika tidak demikian, maka malah dipertanyakan kekatolikannya. Jadi ada titik-temu antara katolik dengan bukan katolik. Titik temunya, dalam perbuatan amal-soleh.

1. Di genthawangi, remaja-remaja SMP, pada sukarela mempersiapkan peralatan ekaristi: Piala, roti, anggur, corporal, dsb-dsb. Juga membersihkan lantai. Tanpa disuruh. Sebuah kegiatan solidaritas.

2. Di Kebon-dalem, selatan Pasar Sari Mulyo, seorang cacat jadi gelandangan. Tidurnya di kuburan. Kakinya cacat, maka untuk jalanpun harus dengan tongkat teken, tertatih-tatih. Untuk urus dirinya sendiri sudah amat repot. Memang, bisanya hanya jadi pengemis, dengan meletakkan kaleng dikalungkan di dadanya. Yang menarik, celana, pakaian, dan sarung yang dia pakai, yang ngurusi adalah orang-orang pasar. Mereka menggantinya, jika sudah kumal. Mencucinya, dsb. Orang-orang pasar itu, adalah para pemulung, tukang sampah, bakoel wedang, tukang potong ayam. Sebuah tindakan solidaritas. 

Prinsip solidaritas, adalah, 'Yang kuat' membantu yang 'lemah'. Apakah ini kristenisasi ? Bukan, tentu saja.

Mari ber-solidaritas

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-

Jumat, Mei 07, 2010

Ricik-Ricik


RICIK-RICIK BANYUMASAN
Reff:

Ricik gumricik, wayah-e wis teka, sadhela maning,
Ramane wis tedhak, inyong kaget….!
Adhuh, Rika mbekta napa ?,
Ber...kah Gusti, niku sing tak jangka…….
1.  Rama, rama. Nyuwun roti, lawuhe uyah…
( Ora nana uyah ! )
Nyuwun roti, lawuhe uyah,
Dhateng mriki, nyong nyuwun berkah……….
( Yuk dha nyuwun berkah !)

2.  Rama, rama. Nyuwun roti, lawuh mendhoan…
( Ra nana mendhoan !)
Nyuwun roti lawuh mendhoan,
Yuk sing tenan, aja lomboan……..
( Sing bener, aja lomboan ! )

3.  Rama, rama.  Siki ayo padha dedonga…
( Ndonga kanggo sapa ! )
Siki, ayo pada ndonga,
Badhe Misa, umat sampun pada teka……
( Umat sampun pada teka ) 
  

Sudah tiga kali ini, karyawan-karyawan gereja dan para peminat, berlatih calung. Tentu saja dengan segala kekurangan dan kelebihannya. 


Ketika latihan berlangsung, kian lama kian enak didengar telinga, seorang tukang becak 'inguk-inguk' di pagar besi Paschalis-Hall. Dia bertanya, 'Wonten napa pak ?' 
- 'Ada latihan. Latihan chalung.'
+ 'Lho gereja nggih onten calung ta ?. Wah, sae nggih paak...!'
- 'Inggih, lha mangga, mangke menawi badhe tumut....!'


Pengertian 'Gereja-Katolik di Banyumas',
berbeda dengan
'Gereja-Katolik Banyumas'.
Kita, adalah orang-katolik Banyumas.

Maka, musti bersahabat. Bersahabat dengan kearifan lokal Banyumas. Bersahabat dengan tradisi rakyat Banyumas. Dengan kesenian asli Banyumas. 'Cha-lung'-an.


Selamat bersahabat. Selamat ber-chalung-ria.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-






Minggu, Mei 02, 2010

Pic - Nic

Pic-nic adalah plesir. Plesir, adalah darmawisata. Darmawisata, adalah pariwisata. Pariwisata, adalah rekreasi. Rekreasi, berasal dari kata re, dan kreatio. Re, artinya kembali. Kreatio, artinya penciptaan. Dengan rekreasi, diharap orang mendapatkan semangat untuk bisa ber-kreasi kembali. Menjadi insan-insan yang kreatif.

Minggu lalu unio dekenat tengah mengadakan rekreasi. Rekreasinya antar pulau. Menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Sebuah pulau tempat para napi. Sebuah pulau yang tak lama lagi akan menyatu dengan pulau Jawa, akibat dari sedimentasi. Dan akibat dari penyodetan Kali Citandui yang tidak jadi. Tak jadi, akibat dari provokasi. Provokasi yang dilandaasi kepentingan ekonomi.... Kepentingan seseorang yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat. Akibatnya, Cilacap bagian barat selalu mengalami banjir setiap kali.

Ke kawasan itulah, unio dekenat tengah, berekreasi dengan isi yang penuh arti. Rekreasi dibagi secara paket-paket temporal.

Paket Senin.
Jam 08.00 menyeberang ke Nusakambangan dengan naik kapal ferry, 'Pengayoman'. Dari dermaga Sodong, rombongan diringkas dalam satu mobil L-300. Berdesakan sebentar untuk kemudian dibagi. 6 orang turun di Lapas Batu. 6 orang lagi, menuju ke Lapas 'Maximum Security', Lapas Pasir Putih.

Di lapas Batu, diselenggarakan ekaristi bersama para Napi. Mereka terhukum, tapi tak terfonis hukuman mati.
Di lapas Pasir Putih, diselenggarakan pula ekaristi. Pesertanya, adalah para narapidana yang kebanyakan terfonis hukuman mati. Beberapa di antaranya, adalah orang-orang Nigeria, yang tersandung kasus Narkoba. Yang lain beberapa terfonis hukuman berat. Di antaranya, saudara Gs, yag terpidana karena pembunuhan direktur pt asaba.

Di bantu oleh pdt Yani, dan Pak Yose, serta Ibu Marcel, kegiatan per-napi-an ini bisa terselenggara. Mengharukan, men-trenyuh-kan, berjumpa dengan orang-orang yang sudah pasti akan kematiannya.

Paket Selasa.
Diisi dengan mengunjungi, silaturahmi ke Sts Ujungalang, Rmh Bu Tatik, Sts Ujunggagak. Seharian suntuk, perjalanan ditempuh. Menyusuri laut-laut dangkal yang kian jadi darat. Cilacap - Ujungalang naik perahu selama 90 menit. Ketemu umat, yang berciri khas. Ciri khasnya, jika air pasang, ekaristi sambil dibanjiri air. Jadi ekaristi di atas air. Lumayan, tempat ini tiap minggu ada kegiatan rohani.

Ujungalang - Ujung gagak, ditempuh dalam waktu 60 menit. Menuju rumah Pak Guru Peno yang ramah. Makan & cerita dilanjutkan ramah-tamah di gedung Paud. Lalu melihat kapel. Kapel sudah miring, karena ambles ke dalam lumpur. Kegiatan rohani, di sini sebulan dua kali. 

Dari ujung alang, dilanjutkan pulang kembali naik perahu. Menyusuri aliran endapan. Perahupun yang semula melaju, terhenti karena kandas. Menjelang petang, sampai dermaga Sleko Cilacap. Total jendral, di atas perahun, 6 jam. Duasetengah jam berangkat. Tigajaman, pulang. Setengah jam, kandas. 

Paket Rabu.
Paket Hari Rabu, menyusuri stasi-stasi pinggiran pantai selatan, melalui darat. Berangkat setengah delapan. Dua kendaraan dititipkan di Kapel Kawunganten. Dua kendaraan melaju, menuju kapel Solokdungun, Cisumur. Jalannya, ampun ya ampun, menurut Mbah Surip. Seperti sawah kering. Dan memang dulunya persawahan dari lumpur. Lalu dibuat jalan. Mampir warungnya Mbah Bibi, Sidaurip. Mampir pula sebelahan SMP Yos Sudarso. Ketemu Bu Endah, guru aktivis gereja, yang dua anaknya sekolah di SMA Van Lith. 

Sesudah Cisumur, rombongan menuju Kapel Bugel. Terusan dari Ujung gagak. Jalannya, jangan ditanya. Jarak 7 km, ditempuh 90 menit. L-300 melaju tanpa banyak sulit. Panther, agak repot, karena bodynya rendah. Sering nggadhuk-nggadhuk tanah bin batu. Stasi ini umatnya paling miskin di kawasan Cilacap.

Dari Bugel, diteruskan perjalanan ke Kawunganten. Ambil kendaraan sambil anjangsana dengan aktivis umat berumah sebelah. Disuguh kolak. Diceritai macem-macem. Terutama dua romo muda, yang belum lama hilang. Diangkat kepanjangan kata Kawunganten = 'tekane, suwung. Lungane, wonten'.

Perjalanan dilanjut ke Sts Sawangan. Sebuah paguyuban umat belum punya kapel, umatnya hampir limapuluhan. Jalannya, sami mawon. Seperti sungai kering. Harus pelan. Butuh energi ekstra untuk pelayanan ke sana. Hampir tidak ketemu, namun kemudian jadi semarak, banyak umat bermunculan, menyambut dengan hati gembira. Gembira karena ada kunjungan tak ternyana. 

Dari Sawangan, terus ke Wangon. Lihat bangunan kapel yang tengah dibangun. Say hello dengan Sr Koes BKK. Disuguh kopi, diceritai pengalaman. Pengalaman, jambanisasi masyarakat. Semula saban hari bau kotoran manusia. Juga tak sehat. Diceritakan bagaimana soal itu ditanggulangi. Juga diupayakan kini lele-nisasi. Bukan dumbo, tapi lokal. Lebih sehat, lebih gurih. Ibarat ayam kampung, vs broiler.

Sudah gelap, usai acara Wangon. Rombongan hendak pulang, hendak makan. Pengurus, pikir, bingung bagaimana makannya, karena........ Karena duit untuk makan malam sudah habis menurut hitungan............. Hitung lagi, hitung lagi.....  Akhirnya, jadi makan malam dengan penuh perhitungan.

Rekreasi, adalah relaks-sasi. Bikin relaks, bikin sehat. Rohani-jasmani. 
Buah relaks, adalah 're-kreatif' lagi. 

Apalagi, merasakan sendiri lahan pastoral yang .....naik perahu 6 jam.
Apalagi, mayoritas...........jalannya amat jelek.
Apalagi, dua anggota......... yang 'ka-wung-nga-nten'.
Apalagi, .................

Selamat segar lagi. Selamat kreatif lagi.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Sabtu, Mei 01, 2010

Jasa Tuhan Yesus

Di jalan menuju Wangon, dekat Rawalo, ada papan bertuliskan begini:  


‘Terima Jasa menagih !
........., dan rekan.’
Pertanyaan atas keterangan itu: ‘apa yang didapat orang, jika meminta tolong perusahaan jasa tersebut ? Yang diharap didapat, adalah bahwa piutangnya, dilunasi. Dekat dengan kalimat itu, adalah kata ‘Debt-collector’. Penagih utang.

Kitab Suci
Berkaitan dengan soal jasa, Jika melihat agama katolik, apa jasa Yesus Kristus ? Bagi umat manusia. Jasa para pahlawan, jelas, yakni kemerdekaan. Namun, Jika Yesus Kristus, apa jasanya………?
Untuk menjawabnya, tentu lihat Kitab-Suci.
Dalam Kitab-suci, Yesus menyebut-nyebut, dan lalu mengajarkan pada murid-muridnya, bahwa, ‘Allah adalah Bapa’. Jadi peran Yesus Kristus, adalah memperkenalkan pada manusia, bahwa Allah itu Bapa.
Ada makna yang khas, di balik sebutan Bapa, yang tak ada dalam sebutan lain. Di belakang sebutan Bapa, ada kedekatan, ada belas kasihan, ada pengampunan, ada kasih tanpa pamrih.  Ada perlindungan, ada ini, ada itu, ………… Ada macem-macem.  Bisa lihat kisah dua anak sulung dan bungsu. Yang sulung cemberut, ketika adiknya yang senengnya foya-foya, lalu bertobat, lalu disembelihkan sapi gemuk-gemuk.
Bagi seorang ‘Bapa’, anak adalah segalanya. Segala yang dimilikinya, adalah demi anaknya.  Itulah gambaran Bapa. Apapun dilakukan, demi anaknya.

Hanya agama kristiani katolik, yang menyebut Tuhan-Allahnya sebagai Bapa. Allah yang kebapaan. Allah demikian yang disodorkan, dan lalu di-imani banyak orang. Gambaran Allah yang demikian, demikian unggulnya. Dia bukan seorang penghukum. Dia bukan sebagai pengetok palu, menetapkan hukum karma.   Dia bukan seorang yang senang menghakimi.

Tekanan allah sebagai Bapa, adalah kemurahan. Maha pengasih, Maha pelindung. Dia tak terlalu banyak berhitung pada manusia, kita-kita ini, juga dalam hal dosa-dosa . Tangan-Nya terbuka lebar-lebar, menanti anak-anaknya untuk kembali padanya. Dalam sebuah kata, pertobatan.
  
Ternyata, bukan rumit-rumit yang diminta Bapa pada kita, cukup satu kata, pertobatan.  Kita tahu, apa arti di balik kata itu.

Injil hari ini, mengkisahkan tentang perjamuan terakhir. Dalam perjamuan itu, ada pesan-pesan penting yang Dia berikan. Pesan penting itulah yang menjadi wasiat bagi kita para ahliwarisnya. Sederhana sebenarnya pesan wasiat itu. Kalimatnya berbunyi sbb:’ ….Aku memberikan perintah baru kepadamu, yakni supaya kamu saling mengasihi……’

Jasa besar Tuhan Yesus Kristus.
Jasa besar Yesus bagi kita, adalah memperkenalkan Allah sebagai Bapa. Bukan sebagai penghukum.
Jasa kedua, adalah memberikan perintah baru, ‘….. Yakni supaya kita saling mengasihi……
Jasa ketiga,  adalah memberikan indikator, atau ukuran, siapa yang bisa disebut murid-Tuhan itu: ‘……..semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, Yaitu, jikalau kamu saling mengasihi. '

Catatan tebal yang dia berikan juga, adalah soal cara mengasihi. Dalam bagian kitab-suci lain, Dia beri warning, atau peringatan rambu-rambu: ‘…… Jika kamu mengasihi orang yang kamu sukai, apakah jasamu…….? Orang berdosapun berbuat demikian.' Dus, Yesus ngajak kita mengasihi, bermodel baru. Bukan model lama. Model lama, yang dikasihi, yang disenangi saja. Model Yesus, yang dikasihi, malah orang-orang yang tak kita sukai. Bahkan musuh sekalipun.  

Selamat menikmati jasa Yesus. Selamat mengasihi model Yesus. Selamat mengamalkan pesan wasiatnya, ketika  perjamuan terakhir.

Wasalam:
-agung pypm-