Kamis, April 22, 2010

Misdinar

Tanggal 21 April adalah Hari Kartini. Pas hari kartini, enam orang remaja es-em-pe, anggota misdinar Gereja Katedral Purwokerto, diajak keliling stasi-stasi. Ada empat stasi dan dua kepala stasi yang dikunjungi. 

Kepergian mereka harus memakai helm-helm. Harus demikian karena mereka naik pick-up, bak terbuka. Ber-enam mereka naik pick-up Chevrolet. Menurut aturan lalu-lintas, memanglah harus demikian. Tertib hukum, pakai helm. Dan karena taat hukum, dengan pakai helm, maka ketika dua mobil patroli menyalib, mereka menghormati, dengan tidak menghentikannya. Pendek kata, tidak mempersoalkannya.

Perjalanan dimulai, jam delapan pagi. Karena dua orang misdinar langsung dari ikut misa pagi, mereka jadi belum sarapan.  Untuk itu, bertujuh dengan sopir, mereka ambil makan sarapan di warung makan, dekat Karang-lewas. Warung makan biasa, tempat para sales dan karyawan-tukang pada makan. 

Ciri khas remaja seusia misdinar, terkadang unik. Jika salah satu kawan ambil lauk tahu-goreng, semua kawan yang lain ikut lauk tahu-goreng. Ketika salah seorang pilih es-teh, semua mereka pilih es-teh.

Ketika makan, para misdinar sambil berbincang dan berkelakar. Suasana jadi meriah. Ketika itu berlangsung, seorang pekerja truk kayu, yang sedang makan di sebelah meja, menyapa, 'Niki kelompok napa pak....?  Kok katone akrab temen.....!'.

Di sebelah lain seorang pekerja bangunan, yang juga sedang makan, memberi komentarnya atas ulah para misdinar-misdinar, 'Waahh, nyeneng-i ya pak...!'

Habis sarapan, rombongan mengunjungi Kapel Ajibarang. Kebetulan Rm Surya SJ, sedang di halaman. Lalu para misdinar dipandu oleh beliau melihat-lihat bagian-bagian kapel dan pastoran.

Dari sini, perjalanan diteruskan ke Ketua Stasi Wangon. Posisi rumah di Cikakak. Dekat dengan industri ciu rumahan. Ciu Cikakak. Langsung berikutnya menuju Gua Maria mBah Beji, di belakang Kapel Wangon. Selanjutnya melihat pembangunan kapel baru yang sedang dikerjakan. 

Dari Wangon, perjalanan melewati Tinggar-Jaya. Di kawasan itu terdapat seorang muda sedang membuat chasis truk. Berhentilah rombongan misdinar, melihat-lihat orang muda yang sudah pintar bikin chasis truk, yang harganya sembilan juta, siap pakai.

Kapel Stasi Genthawangi, adalah berikutnya. Mampir ke ketua stasi, disuguh warna-warni. Wes-e-es, e-wes, cepet entek suguhane. Sambil mengembalikan rantang yang semula untuk caos dhaharan, diambil dudukan pengeras suara, untuk diukur tempat mana yang cocok di bagian kapel. Maka masuklah ke Kapel Genthawangi. Melihat, mengukur, berdoa singkat, bertegur sapa dengan dua orang umat. Para misdinar melakukan itu semua. Dan selalu dengan jabat tangan. 

Habis itu pulang. Di perjalanan, waktu sudah menunjuk jam satu siang. Waktunya makan. Maka mampirlah ke rumah makan Pak Lurah di Sidaboa. Agar mereka tak merasa harus lauk seragam, diberitahulah oleh sopir pick-up keterangan, 'Silahkan makan, lauknya ambil bebas. Tidak harus sama. Juga minumnya...!'. Setelah ada keterangan demikian, mereka ambil dengan semangat masing-masing. Ada yang lauk telur dadar. Ada yang ikan kali lembutan. Ada yang iwak pitik. Ada yang telur godhog, masih ditambah jerohan ati-rempela. Namun, masih ada misdinar yang polos sederhana. Dia ambil lauk, tempe model criping. 

Ketika makan siang, suasana tetap meriah. Mereka berceloteh sana-sini. Dari soal sepur, sampai soal bola. Habis makan, lalu pada photo-photanan di atas bak pick-up dengan memakai helm-helm. Melihat perilaku-perilaku mereka, anak dari Bapak Lurah yang sejak awal mengamati dan melayani piring-piring bertanya, 'Mau diajak ke mana omm.....?! Mereka itu.'

Misdinar, adalah putra-putri altar. Tugas pokoknya, melayani ekaristi di altar.
Kegiatan misdinar, bisa meng-akrab-kan, 
Kegiatan misdinar, bisa juga me-nyenangkan, bagi mereka sendiri, maupun bagi orang tua yang menyaksikan.
Tetapi anak Pak Lurah bertanya, 'Mau diajak ke mana ommm.....?! Mereka !'.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Selamat meng-asuh misdinar-misdinar........

Wasalam:
-agt agung pypm-

Selasa, April 20, 2010

Senang Lele, Senang Iman

Senin lalu, Kijang Hijau Dinas, ber-tukar-an dengan Mitsubishi-L-3000 Keuskupan. Ditukarkan, dengan maksud agar orang-orang yang berminat & mendaftar bisa ter-angkut. Ada sebelas orang mendaftar untuk mencari kemungkinan, supaya hidup menjadi maju, terutama dalam hal ekonomi. Mereka adalah, dua orang Suster, empat umat katolik, dan enam warga moslem. Satu diantaranya, istri lurah dan bergelar haji.

Keinginan maju, direalisasikan dengan belajar bersama. Tidak belajar mata pelajaran ilmu-bumi, melainkan belajar beternak lele. Bukan lele-dumbo yang sudah biasa,melainkan Lele-lokal yang rasanya istimewa. Gurih, nikmat, sehat.

Jam 06.00 pagi minibus L-300 berangkat, via Kaliwedi, Wangon, menuju Winduaji-Bumiayu. Di Bumiayu, kecuali ngampiri satu pemuda pengembang tanaman jamur, sekaligus melihat gudang pengembangan jamur. Sudah lumayan, meski belum balik modal, namun sudah bisa jual. Harga rata-rata 1 kg Jamur tiram, duabelasaribu.

Dari Winduaji, langsung menuju Pekalongan. Di Pekalongan, begitu datang, sudah disambut oleh orang yang akan men-cerita-i pengalamannya, beternak Lele-lokal. Dipersilahkan rombongan,untuk makan siang dulu. Sesudah itu, duduk bersama, seperti klompencapir, model melingkar. Nara sumber cerita, lalu disambung tanya jawab. Kemudian, praktek langsung melihat lele-lele.

Lele adalah hewan jenis ikan. Jika dikelola, bisa cepat jadi duit. Bisa untuk nopang ekonomi. Ekonomi rumahtangga. Banyak orang sudah berusaha mencobanya. Ada yang berhasil. Ada yang tak berhasil, lalu putus asa, tak ingin lagi usaha ternak ikan-lele. Seneng makannya, tak seneng meliharanya.

Nara sumber, punya pengalaman banyak tentang per-lele-an. Duit, yang dicari banyak orang, mengalir dengan mudah karena jam-terbang pengalamannya yang cukup lama, dalam per-lele-an. Pengalaman itulah yang ditularkan kepada rombongan dari Purwokerto, yang ingin maju hidupnya.

Beberapa nasehat yang disharingkannya a.l. adalah sbb, untuk sukses jadi peternak lele, pertama-tama orang harus senang dulu. Senang dengan lele. Ini kunci utama. Senang melihat lele. Senang merawat lele. Senang makan ikan lele. Senang dapat uang dari lele. Tanpa rasa 'Senang' ini, jangan harap usaha lele bisa berhasil. Rasa senang inilah yang tiap kali memberi semangat. Juga bahkan ketika gagal. Mendengar pengalaman yang berhikmah ini, anggota-anggota rombongan manthuk-manthuk.

Kebetulan, bacaan Kitab-Suci, hari sebelumnya tentang para murid yang, sesudah kebangkitan Yesus, kembali ke profesi semula, jadi nelayan lagi. Mengapa mereka jadi nelayan lagi, menangkap ikan lagi. Nampaknya, karena itulah bidang yang mereka kuasai. Mau tak mau. Gelem ra gelem. Bidang perikanan inilah yang menghidupi para murid, dan lalu juga mereka hidupi. Nampaknya, mereka menyenangi profesi ini. Diluar alasan lain, yang barangkali itulah satu-satunya yang bisa mereka kerjakan.

Bacaan pertama, tentang Stefanus. Karena ajaran Yesus yang dia setiai, Stefanus rela mengalami penganiayaan. Bahkan sampai meregang nyawa. Ini tak mungkin terjadi jika dia tak dihidupi ajaran Yesus, sekaligus juga jika tidak menghidupi ajaran itu. Pendek kata, ajaran Yesus bagi stefanus adalah soal hidup atau mati. Dan, Stefanus memilih mati, demi ajaran itu. Pilihan ini tentu dijatuhkan, karena Stefanus merasakan daya ajaran Yesus. Dan dia menyenangi ajaran Yesus itu. Ajaran yang menguatkan, dan menghidupkan.

Orang beriman-pun rasanya musti senang. Senang punya iman. Senang jadi orang beriman. Bukan sembarang iman. Melainkan iman-katolik.

Tanpa rasa senang, juga dalam beriman, hidup beragama serasa sebagai beban.

Selamat 'Senang', dalam beriman.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

NB: Terimakasih untuk 'Nara Sumber' per-lele-an, Rm Mardi Usmanto.

Sabtu, April 17, 2010

Keramat


KERAMAT

1.      Hampir setiap malem Selasa Kliwon, Kijang-dinas-hijau pergi ke Stasi Genthawangi. Untuk pelajaran agama. Juga sarasehan. Juga studi bersama ttg kebudayaan, bareng umat.  Pada sebuah malem Slasa Kliwon, ketika pulang roda kijang terperosok ke dalam lumpur. Diangkat sampai 10 orang, tidak kuat. Malem Selasa Kliwon berikutnya, ketika pulang, ban belakang kena paku besar. Bocor. Padahal ban-nya masih baru.
2.      Ada orang yang bilang, jangan sembarangan berkegiatan di malem Selasa kliwon. Itu saat-saat keramat. Demikian juga dengan Jumat-kliwon. Itu malem keramat.  Demikian juga, bulan suro, malem satu suro. Itu waktu-waktu keramat. Jika aneh-aneh,bisa dapet musibah.  Demikian juga dengan angka 13. Harus dihindari. Itu angka keramat. Bisa bawa sial. Benarkah demikian ...?      Kena percaya-kena ora !.

4.      Kata keramat, menunjuk sesuatu yang punya daya di belakangnya. Ada kuasa yang bisa berperan di belakangnya.   Dan kuasa  itu bisa menentukan nasib orang. Nasib jadi baik, atau malah sebaliknya,naas, dapat musibah.
5.      Sebuah benda, contohnya ‘Jimat’, kerap dipandang sebagai barang keramat. Itu maksudnya, ada daya di belakang benda itu. Dan daya-kuasa itu dipandang bisa memainkan nasib orang.  Maka tak heran, jika ada orang yang mohon sukses pada sebuah benda keramat. Mohon, jodoh, pada sebuah benda keramat. Mohon kebal godaan, pada sebuah aji-aji yang di anggap keramat. Mohon lancar rezeki, pada sebuah benda keramat.
6.      Jika dipikir secara teliti, sebenarnya bukan bendanya yang diyakini bisa bikin si pemohon sukses. Namun kuasa-daya dibalik benda itu yang berperanan, yang menentukan.

Yang dikeramatkan orang, ternyata tidak hanya waktu. Benda  juga dikeramatkan.  Jika waktu, dianggap keramat,  lalu apa maksudnya. Tentu saja, maksudnya adalah, bahwa di belakang waktu, ada sebuah kuasa besar, yang bisa menentukan nasib orang. Maka lalu ada waktu yang dihindari. Ada waktu yang dipilih, sebagai hari baik. Contoh, untuk pindah rumah, untuk pernikahan, untuk ini, untuk itu, dsb.

Kitab-Suci
Dalam dunia Kitab Suci, ternyata ada pula saat-saat keramat. Dalam bacaan injil, dikisahkan bagaimana para murid, yang kembali ke profesi semula, menjadi nelayan lagi, sebagai penangkap ikan lagi. Pada suatu saat tertegun ketika melihat Yesus. Sesudah sekian lama Yesus bangkit, mereka memang tak ketemu lagi secara fisik.  Tiba-tiba Tuhan Yesus muncul mendadak. Malah minta ikan. 

Dalam peristiwa ini, ada hal-hal menarik yang terjadi dalam diri para murid. 1. Mereka tertegun, 2. Mereka diam, 3. Mereka hening, 4. Mereka heran, 5. Mereka bertanya-tanya dalam hati, tapi tak berani menyapa. 5. Mereka takjub, kagum, sekaligus takut.  Lalu hormat. 

Mengapa bisa demikian. Karena dihadapan mereka ada kuasa. Kuasa itu adalah Tuhan Yesus yang sudah mati, namun bangkit dan menjumpai mereka lagi. Lalu, apa yang mau dikatakan. Tak bisa omong. Diam. Itulah jika orang berhadapan dengan kuasa, apalagi yang tak Nampak. Saat-saat yang mencekam, penuh dengan tanda-tanya, sekaligus menakutkan, itulah yang disebut saat sacral. Saat keramat. Jadi keramat, artinya di belakang sesuatu ada kuasa yang hadir, dan berperan menentukan nasib manusia.

Ekarisiti, juga adalah saat keramat. Saat sacral. Karena dalam ekaristi kita berhadapan dengan kuasa. Kuasa Tuhan yang tak kelihatan, namun menentukan.  Dalam ekaristi, kita bertemu dengan Tuhan. Maka dalam arti ini, saat-saat ekaristi adalah saat keramat.  Maka sikap kitapun, seyogyanya seperti para rasul: Hening, tertegun, bertanya-tanya dalam hati, kagum,  sekaligus hormat. Alasannya, Tuhan hadir menjumpai kita. Karena itu, kehadiran Tuhan tidak tepat jika kita tinggalkan dengan kesibukan kita.  Entah bicara sendiri, entah facebookan, entah ini, entah itu……….

Sesuatu dianggap keramat, karena ada kuasa di baliknya. Kuasa itu adalah Tuhan yang menyelamatkan. Lewat peristiwa paskah.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-

NB: Homili dalam ekaristi 17/4/2010

Jumat, April 16, 2010

Kematian-kematian


Hari Sabtu, minggu lalu, Mbokdhe, --atau kakaknya ibu-- meninggal. Kediaman terakhir di desa sebelah barat Pabrik Gula Madukismo. Usianya, 105 tahun. Cukup panjang, jika diukur dari umur rata-rata orang sekarang, yang berkisar 70 tahunan.

Pola dan model hidupnya unik. Barangkali model hidup ini yang jadikan usia jadi panjang. Tiap hari dia nginang. Materialnya, biasa, daun sirih, tembakau, injet, dsb. Kemana-mana dia pergi, jalan tanpa alas kaki. Tak pernah pakai sandal, apalagi sepatu. Jika mandi, sama sekali, tak pernah pakai air hangat. Bahkan jika terpaksa mandi malam-pun. Atau pagi-pagi sekalipun. 
Karena lama, tak ketemu, peng-udud '76 menyempatkan diri sampai pemakaman di kuburan. Sampai jazad ditutup tanah, dan kayu nisan dipasang.


Dalam perjalanan pulang, di suasana gelap malam, sambil udud 76 pikiran melayang-layang, berefleksi, mencari arti.  Orang hidup berakhirnya, sampai di situ-situ saja. Masuk kuburan, habis. Padahal dulunya, ketika hidup, beraktifitas sungguhan. Cari nafkah setengah mati. Besarkan anak setengah mati. Bikin rumah, setengah mati. Bina keluarga setengah mati. Berdoa, kemana-mana, setengah mati.

Dari kacamata manusia, hidup kelihatannya, ya seperti-seperti itu saja. Habis itu, manusia ke mana. Raganya, jelas jadi tanah. Lalu jiwanya, hatinya, cintanya. Dsb.

Paskah.
Kebeteluan minggu lalu, Perayaan Paskah. Paskah adalah inti hidup orang kristiani. Saya coba gali apa itu misteri paskah. Mengingat misteri paskah, saya jadi ingat Anamnesis, yang tiap kali diucapkan umat dalam ekaristi. Anamnesis, dalam buku misa-merah-kecil halaman 52, dituliskan, "Marilah kita menyatakan misteri iman kita: Wafat kristus, kita maklumkan. Kebangkitannya, kita muliakan. Kedatangannya, kita rindukan. Amin."
Anamnesis -2, lebih jelas lagi: Kristus telah wafat. Kristus, telah bangkit. Kristus, akan kembali.(Harapan iman kita ).
Anamnesis-3, lebih jelasi lagi:  "Yesus, Tuhan kami, dengan wafat, Engkau menghancurkan kematian. Dengan bangkit, Engkau memulihkan kehidupan. Datanglah dalam kemuliaan. (Misteri iman kita).

Dari ukuran manusia, hidup seperti budhe saya. Dibungkus pakai kain kafan. Ditimbun tanah. Selesailah sudah. Namun dari ukuran iman. Misteri iman, yang setiap kali kita rayakan, dalam Ekaristi, menjadi jawaban. Orang beriman akan Yesus, akan mengalami hidupnya, seperti DIa. Seperti yang terkatakan dalam Misteri iman Orang katolik: Lebih-lebih dalam anamnesis-3. …. Dengan wafat, engkau menghancurkan kematian. Dengan bangkit, engkau memulihkan kehidupan.  Datanglah, dalam kemuliaan.

Bacaan hari ini, mengisahkan unsur-unsur hidup mulia itu seperti apa. Tanda-tanda orang mulia, dapat kita lihat dari Yesus, yang bisa muncul dalam ruangan para rasul berkumpul, ketika semua pintu dikunci. Tubuh mulia, tak dibatasi oleh ruang. Dan tak dibatasi oleh waktu. Tubuh mulia, mengerti  isi pikiran orang. Ketika Thomas, ragu-ragu pikirannya, terhadap peristiwa Yesus. Tubuh mulia, akhirnya, tak dikuasai belenggu kuburan lagi. Tak terkena maut lagi.  

Kemuliaan, dialami orang, sesudah kebangkitan.  Iman kita, adalah iman akan kebangkitan. Iman akan Allah yang menghidupkan.    Bukan iman akan kematian. Kematian, sudah tak berkuasa lagi. Sudah dikalahkan oleh kebangkitan Tuhan.

Jika orang pergi ke pantai, akan melihat di sana, langit dengan permukaan air, seolah-olah bersatu menjadi satu garis. Garis pertemuan itu disebut garis cakrawala, atau garis-horison. Kita memandang  ke sana. Dan ingin pergi ke sana. Kebangkitan, posisinya, kuranglebih seperti cakrawala. Hidup kita dicakrawali oleh kebangkitan. Kita melihat ke sana. Kita menuju ke sana. Selamat menjalani hidup, dengan dicakrawali oleh semangat kebangkitan. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam: 
agung pralebda ypm

Kamis, April 15, 2010

Hp-nan dengan Tuhan


Terimakasih atas tukar pengalamannya, perihal main Hp, di perayaan liturgis gereja.

1. Pada sebuah acara kursus perkawinan, di Purwokerto, jalannya terasa berat. Beberapa peserta ternyata tidak perhatikan serius. Beberapa, pada hp-nan. Saya yang jadi pengisi materi, lalu mengajak sepakat, agar dalam acara resmi itu, semua hp agar dimatikan. Saya katakan, 'Transaksi milyaran agar ditunda sesudah kursus perkawinan sesi ini. Kita ingat, transaksi dengan Tuhan, tak bisa lewat hp.'

Sesudah tangan tidak pada pegang hp, konsentrasi terbangun. Acara jadi terasa ringan.

2. Jika kursus pastoral di Pusat Pastoral Yogyakarta, Kotabaru. Siapapun pesertanya, semua harus mematikan hp. Dan suasana, jadi kondusif.

3. Ketika kursus liturgi di Lembaga Sang Kristus Bandung, seorang rohaniwati, menerima tilpon hp, ketika narasumber sedang presentasi. Sampai seluruh peserta tergganggu. Seorang peserta lain, dari Purwokerto sampai protes.

St Ignasius dalam buah-buah rohaninya, mempesankan, bahwa semua ciptaan di atas bumi ini, tujuannya untuk memuji Allah.  Apakah hp-nan dalam liturgi, juga dalam rangka memuji Allah. Sekali lagi, transaksi dengan Allah tidak lewat hp.

Wasalam:
agung pypm

Kamis, April 08, 2010

Penganten Baru

File:1984-1985 Holden KB Rodeo (KB28) 2-door utility LWB 02.jpg'Penganten Baru di Malam Paskah'. Rasanya, tak biasa  membaca atau mendengar ungkapan tersebut. Betulkah itu terjadi. Jika terjadi lalu di mana.

Tak tahu persis detail latar-belakangnya, yang jelas Minggu Paskah lalu, di Gereja Kristus Raja, ada upacara penerimaan sebuah sakramen perkawinan. Suasananya memang masih amat suasana paskah. Siang jam 9.00 baru saja diselenggarakan perayaan Paskah anak-anak.

Sabtu, malam Paskah, di banyak stasi diadakan perayaan-perayaan paskah. Salah satunya,  Stasi Kaliwedi, yang berposisi di lereng sebuah bukit. Perayaan dimulai pukul setengahtujuh-malam. Kendaraan dinas paroki semua terpakai, maka digunakanlah Chevrolet Luv, untuk ke sana. Di jalan, sekitar Kalisalak, beberapa umat mesti diampiri, karena tak mudahnya kendaraan. Sepasang bapak-ibu tua, dan seorang ibu lebih tua, ikut serta. Dengan setengah memaksa diri, sebenarnya, empat orang penumpang di dalam kabin, sebenarnya cukup. Namun, demi kelegaan, sepasang bapak-ibu-tua, memilih naik di bak belakang. Untuk duduk, dibawalah kursi penjalin, yang ketika itu ada di beranda rumah.

Perayaan ekaristi Paskah, berlangsung sekitar satu setengah jam. Habis acara inti, di lanjutkan dengan makan-makan. Nasi sayur dan iwak pitik. Omong-omong sebentar-dua bentar, habis itu pada salam-salaman pulang. Untuk pulang, bapak-ibu tua, naik lagi di bak belakang. Ketika mulai duduk di atas kursi, di atas bak, dengan berpegangan besi penyangga muatan, disaksikan beberapa umat setempat. Ketika mesin dinyalakan, dan pick-up mulai bergerak, seorang umat yang menyaksikan meledek sambil ketawa, 'Wah...... kayak penganten anyar bae......! Diarak tengah wengi, mubeng desa......... Ha. ha. ha.....'.

Paskah yang berwarna-warni.
Wilujeng Paskah.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, April 03, 2010

Menang

1948 
Ford F-1 truck1. Paroki Katedral punya dua mobil dinas. Kijang & Panther. Romonya, tiga. Romo asistensi, banyak. Jika paska gini, Kendaraane, kurang. Apa maning dienggo maring stasi sing adoh-adoh. Terus piye.... Dibagi tooo... Ora bisa, Montor, ta, ora bisa dicuwil-cuwil. Kayak roti. 

Untunge, para romo ing paroki katedral kiyi, ora pada golek menange. Nanging golek apike. Mula ta, siji lan sijine pada nduwe semangat nggolek kalah. Pada ngalah. Nalika kendaraan kurang, sawijine romo, bilang begini: 'Wis silahkan, kendaraan dipakai. Tak usah pikir saya. Saya, ta, gampang. Apa-apa bisa. Sepedamotor, bisa. Yen udan, mengko nunggang pik-up bodol, ya bisa. Wis, ora papa. No problem. Digawe penak bae. Digawe luwes bae. Sing penting, pelayanan jalan.'. 

2. Para sedulur, kuwi mau ana perkara. Kanggo ngatasi perkara, angger siji-lan-sijine, nggoleti menange, biasane, ora bisa rampung. Ora bisa butul. Macet. Lha, bab kayak kiye, rasane kelakon ana ing endi-endi. Ya ana ing urip keluarga, ana urip masyarakat. Ya, ana urip ing pemerintahan.  

Kosok-baline, perkara hidup bersama, kerep bisa diudari, bisa diselesaikan, kanthi ana uwong sing gelem ngalah. Syarate, uwong bisa Ngalah, adalah lembah-manah. Rendah-hati. Sing marahi uwong gelem ngalah, uga semangat gelem berkorban. Gelem ngorbanake kepentingane dhewek. Kanggo urip bebarengan. Ora malah ngorbanake uwong liya. Orang lain. Nyong-nyong, ko,ko. Lu-lu, gue-gue.  Mana ada urus. Cuek. lsp. 

3. Berita mas-media, siki lagi rame bab penggelapan pajak, 25 milyar. Perkarane, dadi dawa, panjang, rasane, amarga saben uwong, pada nggoleti benere dhewek.  Ora gelem ngakoni kesalahene dhewek. Coba, angger kabeh uwong sing terlibat, terus ngaku, kanthi ngomong: "Ya, saya salah. Saya mengakui telah menyalah gunakan wewenang. Ya, saya salah, saya sudah menggelapkan uang negara. Ya, saya bersedia dihukum, lsp. Upama mengkono, perkarane bisa cepet diudari. Ora kedawa-dawa, tansaya ruwet-bundhet. 

4. Kanthi conto dua kasus kuwi mau, kayane makna Paskah kiye dadi relevan. Utawa, cocog. Maen banget. Maknane paskah, sekang gusti Yesus, sing bisa kita gali yakuwi semangat berkorban. Gusti Yesus, nalika semana ya ngadhepi problem. Coba, upama biyen Gusti Yesus ora gelem berkorban. Utawa malah nggolek menange dhewek, tak kira Gusti Yesus mesthi regejegan terus. Perang terus. Kekeraasan terus. Terus awake dewek, ya dadi seneng perang. Amarga arep nggolek menang. Dadi menang-menangan. 

Gusti Yesus, anggone merampungkan problem keselamatan manusia, kanthi milih, gelem berkorban. Ora nggolek menang. Nanging nggolek kalah. Gelem ngalah. Nganti pol, anggone ngalah, mulane nganti seda disalib. Kiye, pengorbanan sing gedhe dewek. Ora ana pengorbanan, sing luwih gedhe daripada korban salib. 

5. Lalu apa buahnya. Buah mau menang sendiri, yaitu perang. Regejegan. Konflik. Sakwalike, buah sekang ngalah, gelem berkorban, awujud kebangkitan. Manusia diselamatkan. Kebangkitan, artinya, urip sing menang. Menang sekang kuasa dosa. Sekang kuasa maut. Lalu jadi hidup mulia. 

Kemulliaan, kebangkitan, didapat oleh Yesus, melewati proses. Yakuwi, proses disalib. Sengsara. 
Kiye, ciri khase Yesus Kristus, sing ora ditemukan dalam tokoh lainnya. mendapatkan kemenangan, karena mengorbankan dirinya sendiri. Piyambake ora nggoleti menang, nanging nggoleti kalah. Gelem kalah. Bentuke, berkorban. Kanthi mengkono, malah, problem manusia dikuasai dosa, bisa diselesaikan. 

6. Ayo, pada niru semangat Gusti Yesus, dengan cara: memeperbesar semangat pengorbanan. Gelem nggolek kalah. Ora nggolek menang. Sugeng paskah.

Syalom. Wilujeng. Rahayu. 
Wasalam: Agung Pralebda. 

Kamis, April 01, 2010

Jemuah Adi

Jemuah-adi, adalah sebutan lain dari hari Jum-at-Adi. Dalam Bhs Indonesia, maksudnya Hari-Jumat-Suci. Jumat-Suci, merupakan rangkaian dari Tri-hari-Suci: Kamis-Putih, Jum'at-Suci, dan Malam Paskah. 

Jumat-adi, sangatlah penting karena merupakan lambang dari titik kodrat manusia yang paling bawah seorang manusia. Kodrat paling bawah itu, adalah kematian.  Dekat dengan kematian adalah maut. Maut, bergambaran menakutkan, mengerikan. 

Malam-paskah, tak kalah pentingnya, karena merupakan peringatan, juga penghadiran, titik-kodrat yang tak terjangkau oleh manusia. Yakni, kebangkitan. Kodrat manusia, berakhir dengan kematian. Tempatnya, di kuburan. Selesailah sudah hidup manusia. 

Jika hanya, sampai tahap kuburan, sia-sialah hidup manusia. Nampaknya percuma saja hidup ini. Semua to, akan bermuara di kuburan. Tak perlu payah-payah hidup baik. Untuk apa. 

Paskah, adalah kebangkitan. Orang beriman, orang terbabtis, dibangkitkan dari alam kubur, karena imannya. Dengan adanya kebangkitan, menjadi tidak sia-sialah hidup ini. Tidak percuma. Karena, kabangkitan, artinya adalah manusia kembali kepada Bapanya. Dalam  pengembalian itu, diserahkanlah persembahan kehidupan. Tentu yang disembahkan macem-macem. Ada perbuatan, baik. Ada perbuatan buruk. Mana yang diterima oleh Allah Bapa. Menurut Kitab-Suci, yang diterima oleh Bapa, adalah perbuatan yang baik. Yang buruk bagaimana, tentu tak diterima, kecuali ada pertobatan. Itu, jika tidak telat

Buah dari kebangkitan, adalah manusia kembali pada Bapa, diterima Bapa, disatukan dengan hidup abadi Bapa di sorga. Siapa yang bisa melaksanakan proyek masuk sorga ini. Proyek kebangkitan ini. Tak ada satu manusiapun mampu. 

Yang mampu, hanyalah satu manusia. Yaitu Yesus Kristus. Dia mampu, karena martabatnya yang ganda. Dia adalah ilahi, namun mengambil pula martabat manusiawi. Dialah, manusia jelmaan dari Allah. Dialah, manusia inkarnatoris.  In = masuk ke dalam. Carnum = daging. Inkarnasi = artinya, masuk ke dalam daging. Bukan daging-dagingan, melainkan daging sungguhan. 

Peristiwa, Jumat-adi, adalah peristiwa kesadaran. Sadar bahwa manusia itu daging. Dan daging punya kelemahan: bisa mati. Bisa busuk. Bisa rusak. Inilah kelemahan daging. 

Marilah kita, menyadari sisi kelemahan daging ini. Untuk lalu, menyandarkan diri kita kepada Allah. Mempersembahkan mutu daging yang baik, terawat, dan layak sebagai persembahan kepadaNya. 

Selamat memperingati kematian Yesus-Tuhan. Di hari Jemuah-Adi.
Wasalam:
agung pypm