Rabu, Maret 31, 2010

Ada setan


Pernah ada sebuah lagu terkenal, ber-aliran rock, di era dekade yang lalu. Judulnya, 'Tangan-tangan Setan'. Dinyanyikan oleh Nicky Astrea.
Orang Banyumas, kadang iseng, menerjemahkan istilah setan, menjadi, 'dibeset isine ketan'. Maksudnya, lemper.Yang enak dimakan.
Mah Surip, juga punya lagu unik, judulnya, Tukang Nasi Goreng. Diceritakan, seorang tukang nasi goreng, hilang di suatu malam. Sampai kini belum pulang. Dipertanyakan olehnya, ke mana perginya. Apakah digondhol setan, ataukah sebuah peristiwa metafisika. Kata Mbah Surip, almarhum.

Siapa Setan
Dalam hidup berke-agama-an, kerap diucapkan kata 'Setan'. Siapakah setan sebenarnya.. Figur setan, menarik untuk dicermati, karena sifatnya yang misteri. Bahkan terkesan menakutkan. Siapakah pernah melihat setan.
Oknum setan, kerap pula dijadikan kambing-hitam. Jika seseorang jatuh dalam dosa, lalu yang disalah kan 'setan'. Setan oh, setan. Kerap diucap, tak pernah terlihat. Apakah dia mahkluk yang amat lihai.  Barangkali, iya. Ataukah figur jadi-jadian, yang diciptakan dalam bayang-bayang, untuk jadi alasan pembenaran. Pembenaran manusia atas sebuah kesalahan. Tidak tahu juga.

Kitab Suci
Yang jelas, dalam perikop-perikop Kitab Suci, digambarkan tentang adanya dua kuasa yang selalu mencoba mempengaruhi, atau selalu menggoda manusia di atas bumi ini. Kuasa pertama, adalah Roh-Baik. Kuasa kedua, roh-kegelapan.
Roh baik, difahami sebagai Roh-Kudus. Roh-kegelapan difahami sebagai setan. Keduanya, tak kasat mata. Atau tak kelihatan. Namun bisa dirasakan efek-efeknya. Efek negatif, atau efek positif. Istilah rohani, memakai kata 'buah-buah roh'.

'Ana setane......!'
Suatu siang tiga orang umat bertemu di bawah pohon rindang, di sebuah acara gerejawi. Umat pertama, senior. Kedua, umat medior. Ketiga, masih yunior. Bertiga mereka saling omong-omong. Diawali dari kisah umat senior. Dia mengutarakan keluh-kesahnya, sebagai umat senior.
Berangkat dari senioritas, suatu hari dia didatangi seseorang. Kedatangannya, untuk mengajak menjadi pengurus sebuah lembaga. Ajak-an itu disertai catatan, bahwa aktifitas itu sifatnya 'kerja-bakti', alias tanpa honor. Umat senior-pun, menjawab 'Ok'. Berangkat dari rasa ke-iman-an-nya, dan kesosialannya.
Pada kesempatan tindak-lanjut, diadakan pertemuan resmi. Dalam pertemuan resmi terdengar dari pihak lain, bahwa ke-aktifan umat senior, landasannya,  motif 'cari keuntungan'. Melihat, mendengar suara seperti itu, umat senior jadi 'kelara-lara'.
Keluh-kesah 'ke-lara-an hati'-nya, diungkapkan di bawah sebuah pohon rindang: 'Nyong tenanan le arep mbantu. Ora golek apa-apa, malah diarani cari untung.! Payahhhh...'.
Menanggapi, keluhan umat senior, Si umat medior berkata: 'Kuwi mesthi ana setane.....  Coba deleng bae mengko. Embuh, setane sapa. Ning mesti ana setane. Setan biasane ta, gawe kisruhhhh.....!.

Selamat, tidak menjadi 'setan...'.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam: agung pralebda

Sabtu, Maret 27, 2010

Minggu Palma. Sebuah peristiwa politik-kah ?


Orang katolik, tiap kali memperingati, merayakan  peristiwa Minggu Palma.  Jika ditelaah lebih jauh dengan ilmu-illmu, sebenarnya Yesus diarak masa, dielu-elukan dengan daun palma itu, peristiwa politik, ataukah peristiwa iman.
 

1.      Kitab Suci.
Untuk menjawabnya, perlu pakai ilmu hermeneutik.  Dalam ilmu itu, dilihat konteks, waktu, jaman, suasana ketika peristiwa itu terjadi. Jaman Yesus diarak dengan daun palma, situasi rakyat ketika itu, sedang mengharapkan tokoh pembebas. Tokoh yang bisa melepaskan mereka dari belenggu penjajahan kekaisaran romawi. Atau semacam pahlawan-lah.
Kemunculan Yesus di hadapan public, yang kontroversial, mengagumkan, menjadikan dia dijadikan idola oleh rakyat. Mereka berharap, Yesus bisa membebaskan mereka. Harapan itu disebut harapan akan mesias. Sang penyelamat. Dari segi ini, peristiwa Yesus diarak dengan daun-daun palma, bisa disebut peristiwa politik.
 
Jika Kitab-suci dilihat dengan detail, ternyata peristiwa politik itu, digeser oleh Yesus, menjadi peristiwa iman.  Disebut peristiwa iman, karena arak-arakan, yesus dielu-elukan, lalu diadili, lalu disalib, adalah dalam rangka melaksanakan kehendak Allah Bapa. Allah Bapa yang mau menyelamatkan umatnya dari belenggu dosa.  Jadi motif pokok, dari peristiwa yang kita peringati ini, adalah kasih. Allah yang karena kasihnya, menyapa manusia dengan peristiwa Yesus Kristus.


2.      Makna.

      Peristiwa Yesus diarak ini, nampaknya relevan kembali di masa kini. Cocok lagi. Jaman sekarang banyak orang ingin menjadi tokoh. Seseorang yang  jadi tokoh, biasa  dapat yang namanya, pangkat & drajat.  Dalam kepangkatan, kedrajatan, selalu ada penghormatan. Dan ada pula fasiitas penunjang.  Di sini pangkat, jadi penting. Drajat , jadi penting. Status, jadi penting. Dan lalu fasillitas, malah jadi yang memukau. Penghormatan, jadi utama. Malah-malah bahasa masyarakat, menyebut dengan kata keras 'gila hormat'.

Jika Yesus sebagai tokoh, apakah dia punya pangkat. Apakah dia punya drajat. Lalu statusnya, apa. Penghargaannya, apa. Itu-itu semua, tak ada.  Apalagi mahkota.

Dari kacamata iman, mahkotanya, adalah salib. Pangkat-nya adalah kasih. Statusnya,  jadi korban.  Dia, Allah yang mengorbankan diri, sampai mati disalib. Dan itu dilakukannya, karena motifasinya, kasih. Dia merendahkan diri, mengosongkan ke-allah-an-nya. Menjadi manusia biasa, namun,  martabatNya, tetap, ialah Allah.  Inilah keistimewaan Yesus.


3.      Orang katolik, setiap kali minggu palma, mau menimba semangat Yesus itu: Semangat mengorbankan diri. Demi terlaksanya kehendak Bapa pada umatnya. Kehendak Bapa, adalah supaya hidup kita dilandasi semangat kasih. Semangat rendah-hati. Semangat pelayanan.  Semangat berkorban. 

           Semangat korban, kini terasa penting, terasa relevan. Banyak kasus yang sekarang ruwet, akibat dari orang-orang, yang mementingkan diri, dengan mengorbankan orang lain.  Cari untung, cari selamat, cari nikmat, tapi orang lain yang dikambinghitamkan, dikorbankan.
          Mari, kita memperbesar semangat ber-korban. Mengurangi egoisme. Mengurangi menang sendiri. Mengurangi menyalahkan orang-lain. Mengurangi ngrumpi. Mengurangi ngrasani. Mengurangi nggosip. And mengurangi .........

S  Syalom. Wilujeng. Rahayu.
WWasalam: agung pralebda

Sabtu, Maret 20, 2010

Introspeksi

Ada orang yang berusaha meluruskan kiblat-kiblat doa. Kiblat, atau arah doa sekarang, banyak yang tak lurus. Efeknya, .... apakah jika tak lurus, orang yang doa tak masuk sorga.....? Tak tahu. Itu urusan pribadi orang.
Tiap agama, memang punya kiblat. Punya arah. Tiap orang-beragama, tentunya, juga punya kiblat. Kiblat kita ke mana ? Sebagai orang katolik.

Yesus, tiap kali datang ke Bait Allah. Dia di sana berdoa, dengarkan firman, dan habis itu ber-aktif-itas, mengajar. Dari sini kelihatan bahwa bagi Yesus, bait allah punya peran penting. Bait allah, semacam pusat, sentral, malah semacam kiblat dari kehidupannya. Mengapa demikian. Apa yang ada di Bait Allah.

Bait Allah, tempat berjumpa dengan Allah: perubahan orientasi.
Bait allah, punya peran penting, bahkan sentral, karena di sana dibacakan, dan lalu didengarkan sabda Allah. Di sana, dihaturkan persembahan korban. Di sana didaraskan doa-pujian dan doa-doa permohonan. Di Bait allah, umat menghadap, dan lalu berjumpa dengan Tuhan Allahnya. Kegiatan-kegiatan seperti ini disebut liturgi.
Salah satu pertemuan kita dengan Allah, adalah ketika firman dibacakan. Dan ketika kita mendengarkan. Mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, serius. Tidak dengan 'nyambi' ber-SMS-ria. Ada beberapa warna sabda Tuhan, jika diperhatikan. Kadang-kadang sabda tuhan, ajaran Yesus, bersifat meneguhkan, mencerahkan. Namun kadang-kadang, ajaran Tuhan terasa sebagai mengingatkan. Atau malah mengkritik gaya hidup kita. Tak soal, itulah peran firman Tuhan, peran Kitab Suci.

Kisah, Tuhan Yesus berhadapan dengan wanita, yang kedapatan berzinah, yang di skenario oleh orang-orang parisi, juga ada warna tersendiri. Ada pesan spesifik di dalamnya. Ada ajakan dari cerita itu. Yang nampak terasa, adalah sikap menonjol orang farisi. Mereka mau mencobai Yesus. Mau mengetes sikapnya terhadap Hukum taurat. Namun ternyata, tak-tik mereka kalah cerdas dibanding Yesus. Orang farisi, menunjuk fakta dengan mengangkat kelemahan orang lain. Mereka, menganggap diri benar, dengan menunjuk kesalahan orang lain, dosa orang lain. Orang lain yang salah itu harus dihukum.

Dalam hal ini, sikap Yesus lain. Dia membalik pola pikir orang-orang parisi tadi, sehingga mereka mati kutu, malu sendiri. Sikap Yesus yang cerdas itu berupa, pola pikir demikian: perbaikan situasi tidak harus dengan mengangkat kesalahan orang. Perbaikan diri mesti pertama-tama dilakukan dengan melihat diri sendiri dulu. Istilahnya, INTROSPEKSI.

Kecerdasan Yesus, dan ajakan untuk introspeksi itu, kelihatan dari yang dia buat, di hadapan wanita zinah, dan di hadapan orang farisi. Ketika orang farisi mengadu, Yesus diam, lalu menulis di tanah. Dan sesudah saat hening, dia berkata: "barang siapa tidak punya dosa, silahkan melempari wanita ini untuk yang pertama kali.....!'. Reaksinya menakjubkan. Mereka pergi, satu-demi satu, tanpa komando. Inilah pernyataan Yesus yang amat cerdas. Ajak orang untuk introspeksi dulu, dalam memperbaiki kehidupan.

Jadi ada perubahan, dalam pernyataan Yesus. Tak menyalahkan orang, atau mendosa-dosakan orang, melainkan melihat diri dulu. Bukan agresi, tapi Intropeksi. Kecenderungan manusia, adalah agresi. Jadi agresif. Tuduhan tak pertama pada diri, melainkan cenderung cepat nunjuk orang lain. Ada pepatah, jika jari telunjukmu mengarah kepada seseorang, jari yang empat menunjuk dirimu sendiri. Pepatah ini, nampaknya ada benarnya.

Ada kisah menarik, ketika pembangunan kapel Wangon macet. Ketika rapat, ada seseorang yang ksatria berkata, 'kemacetan ini, yang menyebabkan pertama-tama adalah saya. Maka saya bersedia jika disalahkan. Saya mau bertanggung-jawab. Saya minta maaf'. Bukan orang lain yang dia salahkan. Ini suatu langkah maju, introspeksi.

Pesan alkitab yang bisa kita ambil, sekali lagi adalah, mari kita memperbaiki diri, perbaiki situasi, perbaiki hidup dengan orientasi model Yesus. Tak agresi, melainkan introspeksi. Tak pertama-tama menyalahkan orang lain, melainkan memperbaiki diri. Selamat ber-introspeksi.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam: agt agung ypm

Jumat, Maret 19, 2010

Merpati Putih

http://janganbugildepankamera.wikidot.com/system:artikelPenyanyi Christien Panjaitan, pernah menyanyikan sebuah  lagu berjudul 'Merpati Putih'. Lagu itu berwarna syahdu, bahkan khusuk. Maka lalu dibuat versi rohaninya, menjadi sebuah lagu natal. 

Yang jelas, merpati adalah hewan jenis burung. Ada bermacam jenis burung.  Ada pula pengelompokan dunia burung. Pertama, burung sungguhan. Kedua, burung-burungan. Ketiga burung asosiatif.

Waktu-waktu yang lalu, hiruk-pikuk diskusi tentang burung, terjadi. Bisa demikian ramai, karena yang didiskusikan, burung yang termasuk kategori asosiatif.  Sifatnya saja asosiatif, maka gambaran yang muncul bisa kemana-mana, sesuai dengan interpretasinya masing-masing.

Interpretasi, atau penafsiran seseorang, amat ditentukan oleh pikiran, oleh kepala masing-masing. Maka cerita tentang, 'manuk... '   bisa memunculkan gambaran burung-yang berbeda-beda. Ada lalu yang bergambaran, burung 'saru'.  Ada pula yang bergambaran burung 'tak saru'. 

Barang 'saru', masuk dalam wilayah kategori bicara 'persaruan'. Ilmu sosial menggunakan kata pornografi untuk membicarakannya. Gejala pemicunya, disebut pornoaksi.  Munculah sebuah kata pasangan, yang kerap menghiasi berita dan opini mas-media, pornografi-pornoaksi.  Bahkan perundangan negara Indonesia, meng-angkat, dan lalu memagari hal-hal itu. Berangkat dari persepsi, interpretasi dari para perumusnya. 

Seorang umat yang lugu, suatu kali bertanya pada seorang rohaniwan, 'Apa boleh, melihat film-film porno ?'. 
Bapa rohaniwan, menjawabnya berangkat dari literatur para Santo-santa, 'Dengan melihat film-film itu, hidupmu merasa ter-bantu, atau tidak ? Atau justru malah ter-ganggu ...?!. Jika terbantu, proposionallah menikmatinya. Jika ter-ganggu, tinggalkanlah.......!'. 

Kitab Suci, Kebijaksanaan, mem-pesan-kan, bahwa semuanya itu ada waktunya. Ada tempatnya, ada konteksnya. Para orang-tua, dalam nasehatnya, kerap mengangkat kata-kata, 'Angon wayah. Empan papan, empan panggonan. Aja ngumbar hawa-nepsu. Aja alu-amah'

Malah St Ignasius, menasehatkan pesan rohani, kuranglebih begini,  'Semua ciptaan yang ada di bumi, tujuannya tak lain, adalah untuk memuliakan Allah.........'. 

Selamat memuliakan Tuhan Allah. Dengan apa saja. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Rabu, Maret 17, 2010

APP, terus PSE, terus .....

Seorang umat, anggota milis  melontarkan pertanyaan. Pertanyaannya, sehubungan dengan pengumpulan dana APP, aksi puasa pembangunan: 'Untuk apa, dana-dana itu ?'

Tulisan ini tak bermaksud menjawab tuntas, atas pertanyaan umat awam yang lugu & orisinal itu. Tetapi, sebuah dialog antara pelaku, peng-upaya pemberdayaan umat/masyarakat dengan instansi yang berkaitan, bisa sedikit memberi gambaran, dan lalu bisa jadi jawaban:

Surat I:
Selamat pagi Rm War.

Maap, saya sudah kontak orang-orang, belum bisa ngirim kursusan lagi. Alasan kebanyakan, adalah kini masih musim tanam. Banyak yang pada sibuk di sawah, di ladang. Air sedang murah. Pak Riwud, yang dulu mau saya kirim, digondheli istrinya. Takut nanti jatuh sakit. Dan susah ninggalkan enthog, ayam dan wedhusnya.

Kemarin sore saya datang ke rumahnya. Setelah tak jadi berangkat, saya ajak dia ke rumah Karsum. Orang Jatilawang, kejawen, yang dulu ikut kursus, dengan Pak Darlim dan Pak Parta. Dia amat sibuk garap sawah. Baru saja panen, dan mau tanam winih lagi.

Di rumah Karsum, usaha jamur jalan. Pernah panen. Bisa jual hingga satu kwintal. Sekarang sedang tak keconggah, tenaganya. Tapi panen jamur jalan terus. Bisa untuk sayur harian. Anaknya, kecil balita, senang makan jamur tiram.

Sabtu, saya ke tempat Pak Hadi, Winduaji Bumiayu, Dia dengan Indra, Jimy, jalan terus gudang jamurnya. Belakangan, sudah bisa jual dikit dua dikit. Minggu terakhir, Indra sudah mengkader kawannya, dari Sedayu Yogyakarta. Diajak ke Bumiayu, ikut belajar usaha jamur.

Demikian, kabar dari Purwokerto. Nanti jika musim tanam selesai, semoga ada orang yang bisa kita kirim lagi.

Nuwun. Berkah dalem.
-agt agung pypm-


Jawaban:
Met Pagi Rm.

Wah, saya merasa gembira bahwa ada tindak lanjut dari peserta yang pernah training di KPTT. Itu sangat bagus. pasti bisa membuat mereka meningkat penghasilannya. Kalau sudah meningkat pasti juga sejahtera hidup mereka. Kalau demikian, kita sudah bisa ikut memberdayakan mereka. Maka ya lanjutkan....he.....\
 
salam, war


Surat II:
Selamat pagi Rm War.

Kemaren sore saya ke rumah Pak Wanto, di Karangnanas. Ada berita menggembirakan dari sana. Pak Wanto menanam padi model SRI, dan organik. Dua kali ini panenanannya, bagus. Tetangga-tetangga yang dulu mempertanyakan, kini pada ikut tanam padi model Pak Wanto.
      Malah sekarang oleh Pak Lurah, dia ditunjuk jadi penyuluh. Tugasnya, mempelopori, mengajari para petani di Karangnangka. Pihak kalurahan, memberikan dia sebidang sawah untuk demplot.
      Dia juga pernah saya kirim ke kursus pengobatan herbal, di Boyolali, tempat Pak Agus. Kini banyak pasien yang ditolongnya.

Semoga program-program yang tengah jalan, bisa makin jadi berkat bagi banyak orang.

Wasalam:
agung ypm


Jawaban:
Wah, berita yang sangat menggembirakan. Sangat bagus. Berarti, program-program yang telah kita jalankan benar-benar menjadi berkat bagi banyak orang. Nah, yang seperti ini, apakah bisa didokumentasikan? Pasti menjadi bahan yang menarik untuk dibagikan. Bisa disertai dengan data-data konkret: misalnya, panen berapa kg? Sebelum dengan SRI berapa kg? Biaya produksinya? Disertai dengan foto-foto yang representatif? pasti sangat bermanfaat bagi yang lain.
 
Salam, war

APP, Gerah,  kumpul dana , apapun bentuknya, adalah untuk membantu umat berdaya. Berdaya, artinya punya daya. Dari yang tadinya tak punya. Atau minim daya hidupnya. Menjadi ada daya tambahan, untuk hidup. Terutama hidup harian.
      Kerap laporan pengurus PSE, App, nada yang terdengar berupa penyesalan, keluhan, banyak kredit tak kembali. Atau proposal salah sasaran. 
      Sbg catatan,  mesti diingat bahwa, Gereja sebagai lembaga bukanlah lembaga bisnis, lembaga profit. Melainkan lembaga kasih. Sumbernya, kasih Yesus. 
      Maka, bantuan-bantuan, termasuk kredit-kredit, mesti menampilkan sapaan kasih Kristus. Bahwa ada yang mandheg, itu bagian-bagian dari proses. Orientasi Gereja bukanlah hasil, melainkan proses. Proses menyapa sesama. Selamat menyapa.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-Agung pypm-


 

Senin, Maret 15, 2010

Ganjel

Ganjel. Ganjel adalah benda, biasa terbuat dari kayu, yang biasa untuk menahan mobil, agar tak bergeser dari tempatnya. Terutama jika mogok. Ganjel amat terasa kegunaannya, terutama dalam kondisi darurat. Fungsinya, menjaga keselamatan. Namun ganjel juga bisa menimbulkan malapetaka, jika orang lalai dalam menggunakannya.
      Sabtu kemaren, Kijang hijau dinas, melayat di kawasan Bumiayu. Seorang umat mati mendadak, karena serangan Jantung. Dari doa di rumah-duka, ikut menuju pemakaman. Dimuati kendaraan dinas oleh beberapa pelayat.  Ada umat biasa, ada umat tak biasa, alias berjilbab-berjilbab. Ketika iringan melaju di jalanan, sebuah kayu besar tergeletak di tengah jalan. Beberapa kendaraan terdahulu lewat-lewat saja. Kijang hijau dinas berhenti. Pengemudi turun ambil balok kayu besar itu. Diangkat, dimasukkan ke bagasi. Lumayan gedhe beratnya. Terdapat tali besar, jadi pegangannya. Ternyata kayu balok itu, adalah ganjel sebuah trailer yang jatuh di jalan. Kesekian kali pengemudi Kijang-hijau-dinas, ambil barang kayak gitu di tengah jalan. Karena intuisi bilang, bisa membahayakan. 
     Seorang Ibu-guru yang menyaksikan kejadian itu, lalu berkisah, kawannya yang juga seorang guru di SMA Bumiayu belum lama mati sia-sia. Gara-garanya sepele, bin sederhana, dia me-nyingkir-i sebuah balok kayu, yang di tengah jalan. Balok kayu itu sebuah ganjel, yang semula dipakai oleh kru bis, ber-trayek Portugal, Puwokerto - Tegal. Si kernet bis lupa, setelah bisnya berangkat, dia tak ambil ganjel itu untuk dimasukkan ke tempatnya.

Ganjel, bisa men-selamatkan. Bisa juga men-celaka-kan.  Tergantung yang menggunakannya. 
Selamat ambil ganjel-ganjel, terutama jika tercecer di tengah jalan. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
agung pralebda

Sabtu, Maret 13, 2010

Kemurahan Hati


0.  Belakangan, pengejaran terhadap teroris demikian gencarnya. Di salah satu TV, ada dialog dengan seorang orang-tua teroris. Si orang-tua, berpendapat bahwa terorisme adalah rekayasa.
Tetapi, dia tak bisa omong, ketika seorang pendengar menyatakan pendapat berdasar fakta, bahwa tindakan teroris menyebabkan banyak orang terbunuh. Padahal tidak salah. Banyak orang menderita, cacat, dsb.
Di kesempatan lain ditampilkan, pandangan seorang teroris, dengan wajah ditutup kain. Dia mengatakan bahwa, 'umat agama tertentu' mengalami penindasan, oleh negara-negara barat, dengan aneka cara. Untuk itulah, harus ada pembelaan.

Sayang, cara bela mereka tak tepat. Hati mereka dendam, lalu dendam itu dilampiaskan membabi buta. Akibatnya, orang tak berdosa jadi korban. 

1. Kitab Suci hari ini, mengkisahkan seorang Bapak yang murah hati. Dua anaknya, yang sulung merasa saleh, beres hidupnya. Yang bungsu, tak beres hidupnya. Hidup hedonis, cari enak, foya-foya, main wanita, boros, dan menghabiskan harta benda orang-tuanya. Lalu tobat. Kembali pada bapanya. Mohon ampun, dijadikan pegawai saja mau. Tak harus sebagai anak lagi.
      E, e, e..... bapaknya, mengampuni. Menerima kembali. Lalu disembelihkan sapi-sapi gemuk. Apa-apan ini, menurut pandangan anak sulungnya. Dia tak terima, menggugat bapaknya yang demikian murah-hati, namun tanpa perhitungan. Dia merasa, dirinya yang soleh, malah tak diperhatikan.
      Apa yang ada dalam hati si anak sulung. Yang ada, kiranya adalah tak rela. Hatinya tak ikhlas atas sikap bapaknya. Dia gemas atas adiknya.

      Teroris, juga punya hati. Tapi hatinya, diliputi ketidakrelaan. Pikir mereka, 'Mengapa, agamanya, jadi terpinggirkan ?'. Maka lalu mereka bela. Mereka bela agama. Malah merasa bela Tuhan Allahnya. Benarkah mereka membela Tuhan.
      Sayang perjuangan bela Tuhan itu diwarnai balas dendam. Hatinya ingin selalu membalas. berangkat dari rasa dendam. Maka lalu berbuah tindakan balas dendam. Mereka tak rela, Tuhan membiarkan orang-orang barat, tetap maju dalam banyak hal. Lalu meminggirkan mereka.

2. Pendapat seorang sosiolog dalam siaran radio tadi malam, mengatakan, 'terorisme selalu akan timbul lagi, selama pandangan berat-sebelah mereka tak diluruskan. Tapi bagaimana meluruskan, karena hati mereka telah tertutup. Hati mereka punya dendam, bagaimana ini disembuhkan. Selama rasa dendam ini ada. Mereka ingin membalas terus. Mereka ingin bela Allah. Tapi allah macam apa. Allah sesungguhnya, atau 'allah versi mereka sendiri'.

Kitab Suci kita, juga memberikan gambaran tentang Allah. Allah yang digambarkan bacaan Kitab Suci hari ini, adalah Allah yang figurnya seperti bapak, yang amat
ba
ik. Murah hati. Pengampun. Menerima anaknya yang bertobat. Maka semestinya, si anak sulung pun juga mesti mengampuni adiknya. Apakah para teroris punya semangat mengampuni. Punya keikhlasan menerima saudara-satudaranya, pihak barat, yang mereka anggap musuh.

3. Seorang ibu, kerja sbg PNS. Punya suami-sambung, profesi PNS. Sayang perilaku suami egois. Gaji tak diberikan pada si istri. Duit malah untuk foya-foya. Dua anak dibiarkan terlantar. Si ibu, makan hati. badan kurus, karena tekanan batin tiada henti.

Lama-lama sadar, mikir orang tak bener, malah jadi ikut tak bener, tak berkembang, mandheg. Terjadilah pertobatan. Maka ganti haluan. Tak fokus pada suaminya, yang tak tanggung-jawab. Fokus diarahkan 100% pada dua anaknya. Harus diasuh. Disekolahkan, sebisa mungkin. Dia, mengatakan, anak-anak ini adalah titipan Tuhan. Dia arahkan perhatiaannya pada Tuhan. 
Tuhan, yang BMP( Baik, Murahhati dan Pengampun). Dengan ganti haluan ini, hidupnya jadi lebih tenang. Lebih sehat, bisa asuh anak lebih sungguh. Tak makan hati terus-terusan. . 
 
Mari kita fokuskan pada Allah yang, BMP. Baik, Murah-hati, pengampun. Dan tentu,  tidak pendendam.  

Wasalam:
agt agung ypm. 

Senin, Maret 08, 2010

Hot( dua )


Orang-orang
Orang satu: Seorang beragama katolik, menikah dengan orang beragama lain. Lalu istrinya melarikan diri. Sebuah kesempatan bertanya tentang hidup selibat pada seorang rohaniwan katolik. Katanya, 'Ah...., apa mungkin hidup tidak menikah. Rasanya mustahil, hidup tanpa sex...!'.
Orang dua: Seorang wanita hendak menikah, punya pengalaman perihal sexual dengan beberapa pria, dia tak bisa percaya, bahwa seorang pria bisa hidup tanpa 'yang namanya, sex'.
Orang tiga: Seorang peziarah rajin berdoa, bertanya, 'Bagaimana seorang rohaniwan, bisa hidup selibat, tidak menikah, bisa bertahan.  Bagaimana dengan hidup sex-nya ?'.

Bagaimana
     Seorang psikolog-sexolog, mengatakan, tubuh manusia bersifat biologis, adalah sebuah sistem kimiawi. Terjadi di dalamnya proses-proses kimiawi, secara natural, alamiah. Berlangsung demikian serempak dan indahnya. Dibuat sedemikian rupa oleh Tuhan pencipta alam.
Demikian pula untuk prokreasi berikutnya, sudah tertata sebuah mekanisme kimiawi sedemikan rupa. Sehingga, berangkat dari ketertarikan hati antar lawan jenis, sampai lalu bisa ketemu fisik, bahkan lalu ketemu secara kimiawi, membuahkan sebuah janin, calon seorang manusia.Yang disebut fetus.
Salah satu unsur kimiawi yang terlibat di dalamnya, adalah terbentuknya sperma & cairan yang menyertainya. Demikain juga sel-telur wanita, dengan perangkat yang mendukungnya. Keduanya, selalu cenderung untuk dipertemukan, di dalam sebuah peristiwa, hubungan sexual. Sebuah hubungan yang amat intim, antara pria & wanita, di mana di dalamnya, disertai oleh Tuhan suatu kenikmatan, yang katanya, demikian tinggi & indah tiada tara.
     Peristiwa penyatuan sperma & sel telur, adalah juga merupakan penyaluran hasrat sexual. Dorongan ke arah peristiwa  kesatuan itu disebut, instink sexual, libido, nafsu-birahi, kebutuhan biologis, hasrat cinta-mesra.

Dalam hubungan sexual, proses kimiawi sperma & sel telur terjadi secara lengkap. Diproduksi, dan lalu disalurkan, dimanfaatkan, disatukan, sesuai dengan tujuannya diciptakan. Istilah lain tentang hal ini, menyebut dengan kata proses kodrat. Terjadi sesuai dengan hukum-kodrat.
Maka, kerap orang yang tidak memanfaatkan proses kimiawi macam ini, lalu disebut menyalahi hukum kodrat.

Masalahnya, bagaimana dengan orang yang dikatakan sebagai 'menyalahi hukum kodrat' itu. Para rohaniwan-rohaniwati, termasuk dalam kategori ini. Beberapa pertanyaan, yang malah bernada 'semacam olok-olok', beberapa kali terdengar, dari kalangan non rohaniwan, non-katolik.

Teori dan peng-alam-an. Kena percaya-kena ora.
1. Allah demikian sempurnanya menciptakan tubuh manusia, tentu saja termasuk proses kimiawinya. Ketika produk-kimiawi tubuh digunakan, tubuh manusia akan mengalami kepenuhannya. Namun ketika, produk-kimiawi-tubuh tak digunakan, akan diolah, atau dibuang sesuai dengan proses alamiahnya. 
Sel telur wanita yang dibuahi, akan berproses lanjut, menjadi fetus, atau janin bayi. Sebaliknya, jika tak dibuahi, akan dikeluarkan oleh mekanisme tubuh yang disebut menstruasi. 
2. Demikian juga dengan sel-sperma dan cairan yang menyertainya. Jika hubungan sexual berlangsung, kedua unsur itu akan berfungsi, sebagaimana diciptakan. Membuahi sel-telur wanita, sehingga membentuk fetus. Sebaliknya, jika hubungan-sexual tak dilangsungkan, sel-sperma & cairan yang menyertainya, akan diserap kembali oleh tubuh, diolah lagi, karena di dalamnya mengandung banyak protein. Dan lalu tetap berguna bagi tubuh manusia.
3. Tuhan juga menciptakan mekanisme, jika sperma & cairan yang menyertai tak digunakan, karena hubungan sexual tak pernah dilangsungkan, yakni 'mekanisme mimpi basah'. Sebuah proses pelepasan,pengosongan kantong sperma yang telah penuh, secara alamiah-kodratiah.

Peziarah yang rajin berdoa, mendengar jawaban tsb, manthuk-manthuk, lalu ber-ujar: 'O...., begitu ta....!'. Jadi masuk akal ya.'

Fr Timothy OP mengatakan, ada banyak orang selibat. Namun, hidup selibat sekedar selibat, perlu dipertanyakan maknanya.  'Hidup selibat, baru memperlihatkan maknanya, jika 'demi Kerajaan Allah'. 

Selamat selibat, demi Kerajaan Allah.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, Maret 06, 2010

Agama Yang Benar

HIDUP BENAR - krn - AGAMA BENAR

    Seorang anak klas IV SD, pulang sekolah. Mengadu pada bapaknya: 'Pak kok jare bu-guru, agama sing paling bener kiye, agamane bu guru !. Terus agamane dhewek, apa ora bener ?!" Agama sing bener kiye, sing kaya ngapa ?.
    Dua orang gadis SD, memfotokopi sebuah buku pelajaran agama. Dalam buku itu, diuraikan bahwa Yesus Kristus, atau Nabi Isa itu matinya tidak disalib. Yang disalib adalah orang lain. Bagaimana ini.

 
Kekatolikan
    1. Bicara iman katolik, adalah juga bicara agama katolik. Agama kita, adalah katolik. Iman katolik, sumbernya adalah para rasul. Iman kita, mendasarkan diri dari iman para rasul. Maka, syahadat kitapun, lalu disebut syahadat rasuli. Biasa dikenal, Syahadat para rasul. Setiap kali, habis homili, syahadat para rasul itu, kita ucapkan lagi. Menjadi kalimat-syahadat kita.
  2. Jadi, agama katolik, adalah agama yang benar. Benar dalam arti berdasar. Dasarnya, dari saksi-saksi. Saksi itu, adalah para rasul. Para rasul menyaksikan, siapa itu Yesus Kristus. Dia yang pernah hidup. Dia pernah sengsara, disalib. Lalu wafat. Namun bangkit lagi. Jadi Yesus, sungguh mati, disalib.
  3.  Cerita bahwa yang disalib bukan Yesus, adalah dongeng. Dongeng itu muncul sekitar tahun 500 masehi. Dengan begitu mana yang harus dipercaya,
kesaksian atau dongeng. Dalam dunia pengadilan, untuk mencari kebenaran, selalu ditampilkan saksi-saksi. Orang yang menjadi saksi, adalah orang yang menyaksikan. Dengan mata kepala sendiri. Seorang saksi di pengadilan, bukanlah tukang dongeng.   
 

Kitab Suci.
1. Kitab Suci hari ini, bicara ttg kritik Yesus kpd orang-farisi & imam kepala. Praktek mereka dikritik Yesus karena, sikap yang over. Mereka merasa    diri, persembahan mereka lebih benar daripada persembahan orang lain. Persembahan yang lengkap, apik, tak cukup bagi Yesus, jika hidup harian, masih membebani sesama. Masih membebani orang lain. Cuek, tak peduli. Oleh karena itulah Yesus menuntut sikap tobat. Jika tak ada pertobatan, kemurahan Allah, akan diberikan pada siapa saja, yang mau bertobat. Mau memperbaiki hidup. Tak peduli dari kalangan apa mereka.
2. Karena itulah, dalam bagian lain injil, dikatakan, batu yang dibuang tukang bangunan, akan menjadi batu sendi. Apa yang semula dianggap tak berharga, akan menjadi amat bermakna, jika ada perubahan. Pertobatan, perbaikan.
3. Pertobatan masih diberi kesempatan pada kita. Gambaran pohon yang tak berbuah, bermakna demikian. Pohon itu dimohon oleh orang, agar tak ditebang dulu,  untuk dicoba beberapa tahun lagi. Siapa tahu masih bisa berbuah, jika dirawat. 

 
Buah Pertobatan
    Para murid, para rasul, juga St Paulus, adalah orang-orang yang menggunakan kesempatan itu. Mereka bertobat. Maka lalu berbuah. Para rasul, lewat kesaksiannya, menjadikan tumbuhnya umat kristen di seluruh dunia. Isi kesaksiannya, adalah Yesus menyelamatkan manusia dari belenggu dosa, dengan sengsara, wafat, disalib. Dan lalu bangkit. Itu dilakukan, karena satu alasan, yakni, Allah mengasihi manusia.


Maka iman yang benar, adalah iman yang berbuah dalam sikap kasih. Agama yang benar, adalah agama yang membuahkan tindakan kasih, pada pemeluknya. 
St Yohanes, dalam injilnya, menuliskan siapa Allah itu. Allah, adalah kasih....

Selamat berbuat kasih. 
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu.
agung pralebda

Kamis, Maret 04, 2010

hot satu

  
Di era tahun tujuhpuluhan, di koran-koran banyak terdapat iklan tentang film-film, yang akan diputar di bioskop. Agar menarik perhatian, kerap di bagian iklan disertai keterangan singkat begini, 'Khusus Dewasa'. 
Atau begini, 'Hot !'. 
Ada juga yang gini, 'Full hot'. 
Juga ada yang gini, 'Hot 100%'. 
Ada juga yang tak kalah seru, tertulis, begini, 'Sex !'.
Tulisan-tulisan itu ditulis model miring, lalu masih dilingkari. Maksudnya, tentu saja agar pembaca tertarik, lalu menonton film itu. Dan lalu, untung yang didapat insan film jadi banyak.

Manusia yang hidup di atas tanah, di bawah langit, siapapun, dimanapun, kehadirannya di dunia, disertai oleh Tuhan dengan yang namanya sexualitas, dan lalu juga sex. Dengan itu, manusia bisa meneruskan generasinya, terus-menerus. Sehingga, tak musnah.  Sifat kedua hal itu adalah melekat, hakiki adanya. Peran dan geraknya unik, khas, yakni menyertai, menggerakkan, mempengaruhi, menghidupkan, menggairahkan. Namun ada sisi negatif pula yang tak terelakkan, yaitu menggelisahkan. 

Proses sexualitas, proses sex, berjalan terus menerus, sesuai dengan hukum alamnya. Menghasilkan sebuah daya manusiawi. Daya naluriah itu, diistilahkan dengan libido, instink-sexual, nafsu-sex, atau nafsu birahi. Daya itu bergerak terus, mendorong manusia untuk menyalurkannya, dalam bentuk kegiatan sexual. Penyaluran yang tepat & sehat, serta kodratiah, berupa hubungan sexual, antara pria dengan wanita, atau disebut 'coitus'.

Efek sosial.
Karena tiap orang mesti mempunyai, serta dan lalu menyenangi hal-hal seputar sex & sexualitas, dunia bisnis kemudian memakainya sebagai alat daya tarik. Sebagai media promosi. Akhirnya urusan sexual-pun lalu jadi barang komoditi. Bahkan komoditi ekonomi. 

Efek spiritual.
Para rohaniwan-rohaniwati, penghayat hidup selibat,  tak lepas pula dengan urusan sexualitas & sex. Daya sexual juga berjalan terus tiada henti. Maka kaum penghayat selibatpun juga selalu tergerakkan oleh daya naluriah ini. Masalahnya, bagaimana membuat, agar daya itu, tak menjadi negatif, tak menyandungkan orang, jatuh dalam skandalum, skandal sexual. Di sini rasanya, daya sex-pun perlu untuk di-management. Diatur, dikelola, sehingga malah bisa jadi hal positif-produktif. 

Faktual.
Seorang sopir mobil, sudah puluhan tahun mengabdi di sebuah biara, tempat para rohaniwan hidup selibat. Dia jadi tahu, dan lalu hapal dengan perilaku orang-orang selibater. Dengan karyawan lain, dia beri petuah, 'Kita harus tahu, jika boss kita, libidonya sedang naik. Emosinya biasanya tinggi, mudah marah tanpa alasan. Sebaiknya, kita bisa 'ngemong''.

Alm. Prof Purwowidiono, mempesankan pada murid-muridnya, dorongan sexual selalu ada. Kerap tak sadar banyak sekali energi & pikiran kita terfokus pada urusan-urusan ini. Daya sex memang harus disalurkan. Bagi rohaniwan daya itu disalurkan, bukan berbentuk hubungan sexual, melainkan  dalam bentuk sublimasi. Orientasi pikiran, diarahkan pada aktivitas yang positif, yang menghibur, yang menyenangkan, meng-asyik-kan. Sokur produktif.  Hoby, kegemaran, kesenangan bisa jadi jalan keluarnya: tulis-menulis, musik, olah-raga, beladiri, seni, tehnik, liburan rutin, cuti tahunan, hewan-piaraan, tanaman-kegemaran, menyanyi, dsb. 

Seorang rohaniwan senior, pernah ber-ujar, 'Dadi romo, arep kreatif, rada aneh-aneh ora papa, ning siji sing ora entuk dilakoni, karo wong wadon.....!'

Selamat bersublimasi. 
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
agung pralebda