Kamis, Desember 24, 2009

Natalan

Little Lamb email backgroundNatal, dari kata Bahasa Latin, 'Natus'. Artinya, kelahiran.
Sebelum hari natal, didahului masa adven. Adven, dari khasanah bahasa Latin juga, 'adventus'. Artinya, kedatangan. 
Jadi masa adven, dimaksudkan sebagai masa mempersiapkan kedatangan.
Yang datang adalah 'Sang Penebus', Yesus Kristus. Dia datang lewat peristiwa kelahiran. Lahir sebagai jabang bayi. Lahirnya, diperingati sebagai hari Natal.


Kerap ada keluhan, kenapa ya, kok Natal rasanya gini-gini saja. Monoton. Sama dengan tahun lalu. 
1. Di bagian dari wilayah Kampung Laut, suatu kali diadakan perayaan Natal, secara special. Ekaristi, dilanjutkan dengan makan-makan. Juga makan nasi. Daerah tersebut, yang namanya air, agak susah. Posisi wilayahnya, di muara-muara sungai. Dibilang pedesaan, iya. Dibilang, daerah minus, juga bisa iya. 


Karena akan ada pesta natal, dengan makan nasi, maka ibu-ibu pada bersiap-siap. Satu hari sebelumnya sudah nyediakan ini-itu. Malam harinya ngebut, nglembur masak ini-itu, agar habis ekaristi, jam 11-an, sudah siap santap. Sampai-sampai beberapa ibu, tidurnya amat minim. Kelelahan.


Karena kurang tidur & kelelahan, ketika ikut ekaristi, wajahnya muram. Wajah orang capai. Mukanya, seperti orang yang baru murung. Mukamurung. Akibatnya, keikutsertaan dalam ekaristi malah tak optimal, tak seperti hari biasanya. Dus perayaan natal, malah melahirkan 'mukamurung'. Mudah emosi, mudah marah. 



2. Di bagian wilayah lain, pada kesempatan lain, juga pernah diadakan perayaan natal. Rapat-rapat dilakukan. Persiapan, dimatangkan. Jadwal, ditetapkan. Akhirnya menjadi kesepakatan.



Namun, dua hari menjelang hari 'H'. Ada laporan kepada pengudud '76, bahwa acara dibatalkan, diundur lain waktu, sesudah rapat terakhir. Karena ada anggota umat yang sedang punya hajad.

Ketika hari unduran tiba, peng-udud '76 datang ke lokasi. Ternyata tak ada acara istimewa. Yang ada malah laporan komplain, kenapa hari 'H' tak datang. 
Setelah ekaristi, lalu diadakan rapat kecil evaluasi. Dari evaluasi terketahui, bahwa ada mantan pengurus yang sakit hati. Sebenarnya tak mau diganti, tetap ingin duduk sebagai ketua stasi. Karena dia pintar & punya HP, lalu romonya diapusi. Umat-umat lainnya juga diapusi. Dus natal malah melahirkan tindakan ngapusi. Tak hanya itu, juga sakit hati.


Natal, adalah saat sakral. Bukan karena ada sinar kilat yang melesat dari langit. Bukan pula karena ada penampakan istimewa, yang heboh & spektakuler. Bukan karena seperti ada durian jatuh, orang dapat nomer lotre, hadiah puting beliung. Bukan pula karena ada menara natal yang begitu tinggi.

Kesakralan natal, disebabkan di belakang perayaan itu ada makna. Maknanya, adalah Firman, menjadi daging. Sabda menjadi manusia. Peristiwa inkarnasi. Allah mengosongkan diri, turun jadi manusia sejati. Merendahkan diri. Dan itu terjadi, karena 'Sang Dia', yang mengasihi. Mengasihi manusia, demi keselamatannya. Terbebas dari belenggu dosa. 


Secara waktu, natal adalah saat biasa saja. Yang tidak biasa, natal adalah saat, kesempatan, manusia me-nge-set ulang hidupnya. Hidup harus di-set ulang, dikonstruksi lagi, dimaknai lagi, bahwa Allah mencintai umatnya terus menerus. Maka hidup riilpun harus distandartkan pada cinta ilahi. Kalau begini, natal mestinya merupakan saat lahir kembali setiap manusia, jadi manusia baru.  Natal bukan kelahiran 'mukamurung'. Bukan pula kelahiran 'perbuatan ngapusi' dan bukan kelahiran 'sakit hati'.


Selamat hari Natal. 
Maap lahir & batin.


Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam: 
-agt agung pypm-







Sepotong Kisah Seorang Lektor


Sebuah stasi, Tambaknegara, namanya. Berposisi di dekat bendung gerak Serayu, kawasan pedesaan-pegunungan. Umat merayakan ekaristi, tiap dua minggu sekali. Perkembangan umat memang, bergrafik menurun, alias memprihatinkan. Jika umat-umat di perkotaan, tanya pada peng-udud '76 tentang stasi itu, yang muncul selalu warna keprihatinan, menyayangkan, bernada keluhan.

Setelah direnung-renungkan 'rasa sayang-rasa sayang' yang muncul itu, jatuh akhirnya, ya--maap-- sebatas 'rasa sayang'. Tak kemudian, muncul ide bantu, untuk menyelamatkan stasi itu, agar survive, bisa berkembang, tak lenyap dimakan jaman. 

Di stasi kecil itu, terdapat 12 umat yang setia ikut ekaristi. Yang ibu muda, 1. Yang balita satu, atau terkadang dua. Yang remaja, satu.   Yang remaja seorang jejaka, klas satu es-em-pe. Ketika ekaristi, yang jadi lektor adalah si remaja-es-em-pe. Bahasanya, pakai liturgi Jawa. Buku bacaan-kitab-sucinya, terbitan Panitia Liturgi KAS. Bahasa Jawa gaya yogya-solonan, dibawakan dengan lidah banyumasan.  Menjadi sebuah ekspresi iman yang khas.



Ketika masih di klas enam, es-D, Si remaja es-em-pe sudah bertugas jadi lektor. Ketika itu, saat baca, masih kadang kadang, meng-eja huruf. Terutama 'ng...' dan 'ny...'. Namun sekarang sudah makin trampil bacanya. Isi bacaan juga sudah bisa tertangkap. Apalagi stasi itu sekarang dikirimi pengeras suara, model wireless, merk Wenston. Saat di depan mic, peng-udud '76, menyarankan agar gaya bacanya, membayangkan seperti penyiar TV.


Jadi, menjadi lektor berbahasa lokal, bukanlah sebuah benda meteor yang jatuh dari langit. Seorang umat seusia SMP, sudah bisa melaksanakan tugas itu. Bahasa Jawa lagi. Rutin, lagi. Makin hari, makin lancar lagi. 


Lalu bagaimana juga, sebuah stasi kecil, pedesaan-pegunungan harus di-'survive'-kan. Tentu butuh ide. Ide yang real. Ide yang memperkembangkan. Dan ide itu diaplikasikan. 


Kebanyakan remaja pedesaan, punya orientasi kerja. Kerjanya di kota besar. Atau jadi TKI. Namun kebanyakan pula, jika sudah begitu mereka lalu tak pulang.  Atau jika mereka pulang, banyak yang sudah ganti baju, atau ganti iman. Mensikapi situasi seperti ini, rasanya tepat memperhatikan program yang dijalankan oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo: 'Bali ndeso, Bangun ndeso'. 


Praktik-pastoralnya, adalah membuat orang muda tetap bisa cari nafkah di desanya. Tak usah pergi ke kota besar. Dan itu bisa terjadi, jika mereka punya potensi. Jika potensi belum punya, dipunyakan. Digali, dibantu pengembangan potensi itu, sampai bisa jadi tumpuan hidup. Jadi mesti ada penegasan orientasi. Dari orientasi ke perkotaan, dibalik orientasi ke pedesaan. 


Pengembangan potensi, memang butuh dana, juga tenaga, dsb. Para misionaris jaman dulu, banyak menyekolahkan anak-anak desa. Sebuah pengembangan potensi. Si Remaja es-em-pe, yang biasa tugas jadi lektor, sekarang liburan dua minggu. Dia nyantrik kerja di sebuah bengkel. Malam hari di rumah, dibantu oleh mamaknya, sedang menyusun proposal untuk mendirikan bengkel kecil. Peng-udud '76 punya gagasan, si Lektor, remaja es-em-pe, bisa sekolah STM. Jika sudah ber-ilmu, dan  trampil, jadi pengusaha di desanya, di stasinya. Lalu punya istri, orang setempat. Lalu punya anak-anak, yang akhirnya bisa jadi lektor, mengganti bapaknya. Keluarganya, menjadi aktivis stasinya. 


Selamat menjadi Lektor. 


Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Desember 18, 2009

Satu Suro

-agt agung pypm-

Sabtu, Desember 12, 2009

Menjadi Suster


Pak Gatot dari Kembangan Purbalingga, si petani organik, yang sekarang namanya terkenal di mana-mana, jika menyebut 'Suster' rohaniwati, yang keluar dari mulutnya kata 'Soster'. Dia susah untuk mengucapkan 'suster'.


1/. Sabtu, duabelas Desember, nol-sembilan, jam delapan-malam, umat stasi Wangon mengadakan kenduri, atau kepungan. Yang dikepung nasi Tumpeng, dengan ubarampenya. Yang mengupengi, adalah warga sekitar kapel. Mereka diundang untuk turut mendoakan bangunan kapel yang segera akan dibangun. Pak Kayin, yang pimpin doa. Ketua stasi, yang beri pengantar.


Usai doa, tumpeng dipangkas. Dan iwak pitik ingkung, dipotheng-poteng, dicuwil-cuwil untuk dibagi. Dua warga sekitar, tangkas trengginas menunaikan tugas membagi itu. Semua warga makan bersama. Juga beberapa umat yang hadir. Peng-udud '76 ikut makan. Diberi oleh si pembagi daging jerohan, rempela-ati. Bagian yang di-spesialkan. Enak....


Usai makan bersama, usai doa, mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dibawakan padanya oleh Ibu-ibu panitia, dibantu anak-anak, bingkisan dos-berisi makanan-makanan 'selametan'.


2/. Minggu, tigabelas Desember, umat-umat pada kerjabakti. Membersihkan lokasi tempat kapel akan dibangun. 


3/. Kamis, tujuhbelas Desember, direncanakan peletakan batu pertama kecil-kecilan, mulainya bangunan fisik tempat doa itu. Banyak tukang bangunan tidak bersedia mengerjakan tugas pendirian rumah, jika sudah memasuki Bulan Sura. Tgl 18-nya, adalah tahun baru Sura. Maka, peletakan batu pertama, diajukan. 


4/. Pak Lurah, mendorong agar kegiatan pembangunan segera dimulai. Seorang Lurah yang baik. Karena meskipun dia moslem, namun amat dukung berdirinya kapel itu. Bu Lurah, tak asing dengan umat katolik. Karena dia kerap ke gereja. Runtang-runtung dengan Suster-suster, ngadakan aneka kegiatan: pengobatan, jambanisasi, pemberdayaan, kesehatan, pap-smear, pupuk-kompos-organik, studi kemasyarakatan. Peng-udud '76 pernah dikirimi pecel-lele goreng oleh Bu Lurah.  Pernah pula bersama studi banding ke 'Lembah Hijau', Sukoharjo.



5/. Susteran Wangon belum lama kehilangan pompa air 'Sanyo'. Namun pompa air itu, akhirnya bisa kembali. Yang mencari pencurinya, warga sekitar. Yang mengembalikan pada suster juga Warga. Warga sekitar, amat hormat pada suster, karena kerajinannya suster ikut terlibat pada masyarakat sekitar. Kerap suster ikut pertemuan RT. Calon koster Wangon, juga seorang muslim, warga sekitar. 


6. Pembangunan Kapel Wangon akan segera dimulai minggu ini. Dan itu bisa dilaksanakan, karena IMB-nya yang sudah keluar. 


Untuk bisa keluar IMB, harus ada tandatangan warga. Sekurang-kurangnya, 60 tandatangan. Syarat untuk Wangon, malah dapat 80 tanda tangan. Melebihi kuota. Dan empat puluh tandatangan dari total, yang mendapatkan adalah Suster. Dia keliling kampung dekat kapel, anjangsana, silaturahmi. Malah ada warga yang moslem, justru bantu suster. Keliling warga itu memintakan tandatangan untuk suster. 


8. Manjing, ajur, ajer, adalah sikap yang dihayati oleh Suster BKK. Rapat RT-pun, bersedia ikut. Menyatu, menjadi bagian dari warga sekitar. Sedih ikut, sedih. Berhasil, ikut bangga. Memajukan, mensejahterakan, itulah prinsip yang dipegangnya. Diperjuangkannya.  


9. Selamat menjadi Suster, yang ............


Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Desember 10, 2009

Untuk apa ditahbiskan

Seorang warga umat bertanya kepada peng-udud '76, 'Untuk apa repot-repot ngurus, ngantar orang-orang kursus pertanian. Juga kursus peng-obatan. Apa ndak buang-buang energi. Apa ndak buang-buang waktu ? Ngapa pilih sopir sendiri kendaraan ? Apa tak ada pengemudi. Apa tak kurang kerjaan.
 
1. Minggu kemaren, habis ekaristi di Kebasen, seorang umat langsung cerita, 'Rm saya sudah nanam tanaman-tanaman obat. Saya kumpulkan dari kebun & tepi kali serayu. Ternyata banyak tanaman sekitar rumah yang bermanfaat sebagai obat'. Kawan yang ikut kursus obat yang lalu, juga sudah ke sini. Dia cari tanaman untuk obati tetangganya. Di dekat rumahnya, yang jenis itu belum ada'. 
 
2. Seorang Ibu yang juga peserta, cerita di kesempatan lain, 'Bapak W yang dulu ikut kursus, kemaren ke sini. Ngajak tukar-tukaran tanaman, dan temu kelompok. Bagus kok Rm. Dia orang muslim, tapi sekarang jadi seperti saudara'.
 
3. Seorang 'babah' yang jualan jamu, begitu ketemu peng-udud '76, tanya. Pelatihan tahap II kapan lagi. Ilmu yang didapat di tahap pertama, sudah dicobakan. Seorang penderita diabetes, ditangani dua minggu, lukanya jadi kering. Ada penderita stroke, desa sebelah, saya coba dengan ramuan ini, ini, ini, sekarang mulai bisa jalan.

4. Seorang veteran dari stasi pegunungan, punya surat-surat penghargaan jaman perjuangan vs DITII. Meski surat kelengkapannya memenuhi syarat untuk dapat tunjangan veteran, nyatanya dia sulit untuk mandapatkannya. Kawan-kawannya, sudah dapat tunjangan veteran semua. Dalam perjalanan pelatihan, dia sharing banyak ttg perjuangan & nasib apes-nya. Umat lain yang dulu belum kenal, mendengarkan. Dan kebetulan pernah bantu orang yang berusaha perjuangkan tunjangan veteran. Saat itu berhasil.  Lalu, mereka berkawan.Dari sharing di kendaraan, selama perjalanan, sekarang mereka saling bantu, untuk dapatkan hak sebagai veteran perang. 

5. Dalam proses pelatihan, dalam proses perjalanan di jalan, dalam satu kendaraan, terjadi komunikasi kehidupan. Dan juga komunikasi iman. 

6. Butir-butir di atas adalah bagian-bagian dari proses pemberdayaan. Dan itu bisa berjalan juga karena solidaritas umat beriman. Dananya sebagian dari dana fakir misikin, dana pengembangan, dana APP. 

Dialog bisa diusahakan berbentuk dialog kehidupan, lewat berbagai cara & kesempatan. Untuk menegakkan Kerajaan Tuhan, Kerajaan Allah. Sumbernya, tak lain adalah Spirit Injil, spirit Warta-gembira. 
Selamat ber-warta-gembira, yang menggembirakan. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, Desember 05, 2009

Resep dagang laris

William Sakespheare, dalam sebuah karya sastranya, mengungkapkan, 'Apa arti sebuah nama....?' Betul, sebuah pertanyaan kritis-refleksif, dari seorang sastrawan. Mempertanyakan makna di balik sebuah fakta. Fakta yang adalah sebuah 'sebutan'. Bisa berupa, sebuah kata, bisa juga rangkaian beberapa kata. Ternyata di belakangnya, ada banyak nilai yang mau dikejar, atau menjadi semangat bagi pemiliknya. Bisa jadi pas. Bisa jadi pula, malah naas yang didapat.


Di dekat Kopi Eva, Jalan ke arah Ambarawa, terdapat sebuah rumah makan. Dulu warnanya, hijau tua. Model jendela dengan papan-papan, dijajar berdiri. Model bangunan pintu & jendela, biasa dipakai  rumah makan 'Warteg'. Suasana warung itu dulu ramai. Selalu ada kendaraan berhenti. Terutama truk-truk pasir, box. Kendaraan, berbagai ragam.  Warung makan yang ramai itu, bernama 'Tambah Lagi'.


Belakangan, model bangunan itu diubah. Jendela diganti kaca full. Warna cat, diganti pink. Dan 'nama' warung makan diganti, 'Tumbuh Lagi'. Namun sayang, warung makan itu kini malah sepi adanya. Tak banyak pembeli sebagaimana dulu.


Barangkali betul, apa yang dibilang William: Apa arti sebuah nama ?. Ternyata nama, sebagai sebuah ucapan, mengandung arti bermakna. 'Tambah Lagi', berbeda dengan 'Tumbuh Lagi'. Desain & warna, serta suasana menentukan sebuah makna pula. Maknanya, bentuk, warna, suasana yang tak pas, bisa menjadikan orang takut atau enggan mendekat. Bisa jadi orang --apalagi yang tua -- silau dengan warna pink. Bisa jadi orang berkantung pas, takut dengan rumah-makan bersuasana restoran. Bisa jadi pula, 'Tambah Lagi', terasa bukan sebagai rambu-larangan jika orang makan merasa enak, lalu ingin tambah lagi. Tanpa merasa ada beban.


Di dekat Koperasi Susu, arah Cilongok seorang Bapak cerita tentang warung makannya. Warungnya dibiarkan suasana biasa. Tak bernama. Materi pintu, model papan 'warteg'-an. Warna hijau tua, dibiarkan agak kusam. Lantainya, semen biasa. Pohon rambutan rindang, dibiarkan menaunginya. Ketika ditanyakan, mengapa tidak direhab jadi model ala restoran, dia menjawab. "Uang sebenarnya sudah ada. Namun tak akan rehab itu warung. Karena demikian saja, sudah demikian ramainya. Jika direhab bagus, nanti para pembeli malah takut datang. Lalu pada pergi."


Apa arti sebuah nama. Apa arti sebuah warna. Apa arti sebuah model & style. Konsumen-lah yang akan menentukannya.


Selamat melayani konsumen.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Desember 04, 2009

Dialog Mini

Syalom.

Empat kali saya mengantar petani-petani, kursus ke KPTT Salatiga. Sekali menghantar rombongan umat, pelatihan obat herbal ke Boyolali. Saya pilih, sopiri sendiri itu mobil. Perjalanan, memakan waktu sekitar 6 jam.


Dalam satu mobil, isinya beragam umat. Ada yang katolik. Ada yang moslem. Duduk jejer. Selama 6 jam. Makan bareng di warung tenda. Mereka pada saling sapa, saling omong, saling kenal. Dalam pelatihan, juga bersama. Selama 3 hari. Atau malah 6 hari.


Sesudah itu, mereka merasa dapat saudara baru. Ada yang saling komunikasi via Hp. Ada yang saling kunjung. Belajar bersama.


Empat hari lalu, pastoran katedral dapat kiriman sekantong beras organik. Si pengirim, seorang moslem, yang dikursuskan paroki. Baru saja panen. Mereka yang tadinya punya image negatif ttg orang katolik. Jadi netral. Malah lalu ramah. Persilahkan dikunjungi. Terbuka mata-hatinya, melihat kegiatan gereja katolik. Juga pelayanan romo-romonya.


Sebuah dialog mini. Menurut saya.


Selamat berdialog, terus-terusan.
Wasalam:
-agt agung pypm-