Selasa, April 28, 2009

Selib(-at)

Hopping Bunny Notifier Di berbagai media sedang hiruk-pikuk, mem-berita-kan skandalum presiden Paraguay, Fernando Lugo. Nota bene, Lugo adalah mantan rohaniwan, yang adalah pastor. Masih ada kebaikannya, di sesi terkini, dia mengakui peristiwa skandalum itu. Yang penting kini adalah peng-amal-an bacaan Kitab Suci, sekitar tiga hari lalu, pertobatan dan pengampunan. Gereja adalah kumpulan tak hanya orang kudus saja, tetapi juga kumpulan para pendosa yang berjuang dan mohon untuk didoakan terus menerus agar makin dekat dengan Tuhan, Sang Pemanggil.

Dari dan ke manakah thek-kliwer persoalan skandalum itu. Saya tak punya teori jitu. Yang jelas, Pak Lugo, adalah seorang lelaki, pria, lanang, maskulin. Seorang berjenis kelamin, entah pria, entah wanita tentu ada di, dan membawa wilayah pribadi dan hakiki, sejak dari sononya, yakni seksualitas. Bagian dari seksualitas adalah sex. Sex menyangkut organ sex, --atau maaf alat kelamin. Di belakang organ sex ada instink. Dekat dengan kata instink, adalah libido. Masih ada gandengan dengan kata itu, yakni kebutuhan biologis. Istilah lain nafsu. Nafsu dalam hal ini, adalah nafsu sex. Atau disebut nafsu birahi. Setiap makhluk hidup pasti mempunyai nafsu birahi. Di belakang nafsu birahi, ada rasa nikmat. Disebut kenikmatan sexual. Out-putnya, puas. Disebut kepuasan sexual.

1. Seorang penjual tahu-kupat, antara Sampang-Kebasen, pernah dengan polos-lugu, jujur cerita. Suaminya tiap kali meng-ajak-nya berhubungan intim, suami-istri. Meski kadang ogah-ogahan, dia tetap melayaninya. Alasannya, jika tidak melaksanakan kewajiban suami-istri, suaminya merasa sakit di bagian organ kelaminnya. Tak hanya itu, kepalanya juga mumet.
2. Ketika masih jadi awam, dan kerja, kadang saya bepergian antar kota. Untuk itu, perlu menginap. Nginapnya di hotel tak ber-bintang, alias hotel klas melati. Biasa juga disebut losmen. Biasa para sales-sales pada menginap.
Jika menginap di tempat demikian, kerap ketika menjelang tidur, pintu kamar diketuk orang. Setelah dibuka, ternyata tukang pijat. Menawarkan jasanya. Orang mengetuk tak hanya satu atau dua kali. Menjelang malam, ada orang lain, juga mengetuk lagi. Ketika dibuka, ternyata seorang perempuan juga menawarkan jasanya, jasa memijat-plus. Plus pelayanan sexual. Lebih malam lagi, masih ada orang yang mengetuk. Ketika dibuka, juga perempuan. Menawarkan jasanya, pijat-plus-plus. Plus pelayanan sexual, plus dengan berbagai gaya, seperti di film-film mesum.
3. Seorang dosen psikologi, dalam kuliahnya pernah mengemukakan, 'Manusia selalu punya kecenderungan mencari kepuasan dan kenikmatan. Juga dalam hal sexual. Jika dia pernah merasakan suatu kenikmatan, ada kecenderungan untuk mengulanginya lagi.'
4. Mengapakah saya dulu ketika di losmen, tak mau diajak berpijat plus-plus. Padahal, suasana-nya memungkinkan. Dananya tak ada kendala. Alasan-nya satu: Itu tak baik bagi hidupku. Dan saya yakin, jika itu saya lakukan akan selalu mengganggu hidupku. Serta juga, tentu tak baik bagi Tuhan-ku.
5. Dalam dunia kerohanian dikenal sistem nilai kaul. Ada tiga kaul, biasa diikhrarkan: Kemiskinan, ketaatan, dan kemurnian. Meminjam dunia lalu-lintas, sistem-nilai kaul bisa dipandang sebagai, Petunjuk, atau Peringatan, atau Larangan. Terserah mau memandang dan memaknainya. Serta menghayatinya.
6. Dalam dunia kerohanian, dikenal juga istilah komitment, kesetiaan, penegasan roh, discerment, askese, sublimasi, tapa-brata, dsb-dsb. Banyak hal sudah diketahui. Peng-aplikasi-annya juga sudah diketahui.
7. Penyanyi Alm. Gombloh, pernah mencipta sebuah lagu. Judulnya, Iseng.
  1. Aku memilih kamu ! Karena iseng.
  2. Waktu lihat pinggulmu, karena ...........
  3. Dan aku menggodamu ! Karena iseng.
  4. Aku cubit pipimu, karena.........
  5. Engkau kuajak nonton ! Karena iseng.
  6. Malam minggu kemaren, karena........
  7. Kucoba cium bibirmu ! Karena iseng.
  8. Engkaupun malu-malu, karena.........

  9. Heraaaannnn, kok jadinya lain,
  10. Karena iseng, akupun jadi ketagihan.
  11. Aku jadi tak mengerti,
  12. Tak lihat kau sehari, rindu setengah mati.......!

  13. Ku jadi cinta kamu ! Karena iseng.
  14. Engkau jadi pacarku, karena..........
  15. Cinta tambah merapat ! Karena iseng.
  16. Ini semua akibat, karena ..............

  17. Heraaaannnn, kok jadi begini
  18. Wajahmu tiba-tiba, persis bidadari.
  19. Heraaaannnn, kok jadi begitu,
  20. Maunya main-main, tersandung batu....!.
Persoalan ruwet-bundhet, kerap terjadi ............
karena iseng.

Mari berjuang tidak-iseng.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
-agt agung pypm-

Yang punya, akan diberi

Dalam Lukas 18:18, ada tertulis, '.....siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil,....' Agak tak mudah menangkap apa yang dimaksud dengan pernyataan itu. Pertanyaannya, di mana keadilan Allah: 'yang sudah punya, malah diberi. Yang tak punya, malah akan diambil.'

1. Dalam hidup di masyarakat, kerap terdengar orang yang merasa kecil, mengguggat keber-ada-an orang besar. Para pekerja, begitu seru jika 'ngrasani' juragan-e. Orang kecil ingin menjadi seperti orang besar. Persoaalannya, apakah sungguh orang kecil mau-maju untuk menjadi orang besar.

2. Beberapa waktu lalu, ditawarkan kursus budidaya jamur. Motifnya, untuk meningkatkan pendapatan ekonomi. Beberapa umat yang potensial ditawari. Beberapa umat yang dinilai butuh untuk di-berdayakan secara ekonomi juga ditawari. Ada dua macam reaksi.
Pertama, orang-orang yang sudah cukup mapan ekonomi & usahanya, langsung menyambut antusias. Mau ikut kursus itu.
Kedua, beberapa orang yang masih kecil perolehan nafkahnya, alasannya macem-macem dan terkesan tak rasional: 'Wah.........kok lama. Satu minggu. Wah........... kok jauh......... Wah, kok tak ada temannya.'

3. Memang yang ikut kursus bermacam-macam lapisan orang. Namun jika diseparasi agak teliti, ada dua arus agak jelas: orang besar cenderung bisa berkembang untuk menjadi lebih besar. Sedang yang kecil, alasannya, .............ada-ada saja.

Maka, betul yang dikatakan, nas Luk 8:18, 'Yang punya akan diberi, yang kecil akan....'

Mari, yang besar, kita ber-usaha semakin menjadi lebih besar.
Yang masih kecil, juga tak usah ogah-ogahan. Maju untuk menjadi besar.

Selamat menjadi besar.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, April 27, 2009

Pasar Yang Sejuk

Hug the Earth NotifierDi daerah Bener, sebelah barat jalan, tak jauh dari ASMI, Sekolah yang dikelola oleh para suster OSF di Yogyakarta, ada sebuah rumah milik seorang insinyur. Rumah itu arsitekturnya, unik, khas, tanpa AC, namun jika masuk di dalamnya tetap terasa sejuk.

Lebih menarik lagi, hampir semua material untuk membangun rumah itu, adalah material bekas. Kayunya, genting, lantai, dsb, bekas atau limbah dari bangunan rumah yang sudah dibongkar. Material, yang biasanya dibuang percuma, tak berguna, diolah, dibuat sedemikianrupa sehingga bisa dimanfaatkan kembali, untuk menyusun sebuah rumah tinggal.

Di Purwokerto, ada kawasan dagang, namanya Kebon Dalem. Di sekitar Kebon Dalem, terdapat sebuah pasar. Namanya, Pasar Sari Mulyo. Pasar itu terdiri dari beberapa Los.

I. Los paling utara, kerangkanya, besi. Atapnya, seng. Dan lalu, jika dibawahnya,........ terasa begitu panas.
II. Los sebelahnya, kerangkanya juga besi. Atapnya, asbes. Jika ber-ada dibawah,....... terasa tak begitu panas.
III. Los paling selatan, kerangkanya terbuat dari kayu. Atapnya, genting dari tanah liat. Jika berada di bawahnya,........ terasa amat sejuk.
IV. Sebelah selatan pasar, ada beberapa pohon besar. Terasa paling sejuk. Apalagi terdapat banyak pohon bunga Kamboja.

Material yang lebih dekat dengan alam, ternyata lebih menyejukkan.
Bangunan yang berwawasan lingkungan, ternyata menghasilkan suasana sejuk.

Selamat menikmati kesejukan.
Selamat meng-usahakan kesejukan. Yang berwawasan lingkungan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
-agt agung pypm-

Selasa, April 14, 2009

Dhalang

Peristiwa Paskah, adalah sentral dalam agama Katolik. Semua kegiatan umat beriman, bermuara ke sana. Jadi pengharapan dan penguat semangat. Semangat hidup di aneka sektor dan segi kehidupan. Semangat penguat hidup itu adalah Semangat Kebangkitan. Kebangkitan, adalah titik-temu kemanusiaan dng keillahian. Di sinilah keistimewaan Yesus Kristus: Dia sungguh Allah, sungguh manusia. Sehingga, Kematian, alam-kubur-pun, lalu tak kuasa lagi atas dirinya. Dia mati, namun hidup lagi, bangkit. Tak ada tokoh di dunia ini, sepanjang sejarah, yang seperti dia.

Semangat kebangkitan, menjiwai dan dihayati, dalam doa peribadatan maupun dalam dunia kerja nyata. Out-putnya, liturgi-pun lalu diselenggarakan indah, kusuk, serius, karena merayakan peristiwa Tuhan. Hidup riel-pun, dibuat sebaik & sesoleh mungkin, agar sesuai dengan ajaran Tuhan. Sehingga relasi dengan Tuhan, tetap terjaga. Dalam ungkapan dan perbuatan.

Hari Minggu, dua hari lalu, Paskah baru saja dirayakan di mana-mana. Banyak cerita muncul sekitar perayaan itu. Juga memori seputar perayaan Paskah tahun-tahun yang silam, menjadi teringat kembali.
1. Di salah satu bagian stasi Kampunglaut, seminggu sebelum Hari Minggu Palma, diadakan persiapan-persiapan. Persiapan yang a.l. penting adalah 'Pasio', men-drama-tisasikan kisah sengsara Tuhan. Di pilihlah, siapa jadi dalang, siapa jadi Yesus, siapa jadi Pilatus. Dan juga tokoh-tokoh yang lain. Dilatih sedemikian rupa, sehingga kisah peringatan bisa jadi menarik. Siang hari selesai. Latihan dianggap cukup. Naiklah saya pulang naik perahu ke dermaga Cilacap.
2. Minggu berikutnya, jatuh Hari Minggu Palma. Umat merayakan perayaan ekaristi dengan daun-daun ala kadarnya. Ketika jam mulai misa hendak dimulai, si 'Dhalang' pasio belum kelihatan batang hidungnya. Ditunggu 5 menit, belum muncul. 10 menit, belum juga. 20 menit, tak muncul juga. Jadi kemrungsung. Muncul rasa anyel. Priwe ta, kiyi...........!?
Jebule, dhalange ora teka. Jadi kacaulah pagi itu, menjelang perayaan misa Minggu palma.

Bagaimanapun, tetap perayaan misa minggu palma harus dilangsungkan. Dan dengan pasio tapi tanpa dhalang yang semestinya. Dhalange, dirangkep romo-ne. Piye meneh !.

Akhirnya, bisa sampai selesai juga perayaan minggu Palma di bag. stasi itu. Meski dhalange, ora tekak, menurut bahasa Banyumas.

Sesudah perayaan ekaristi, berpasio, kumpul-kumpul dengan beberapa umat. Omong-omong, makan minum ala-kadarnya. Diperbincangkan pula tentang ke-tidak-hadiran si dalang. Di antara yang bincang-bincang, tak ada yang tahu kemana perginya si dhalang, hari minggu itu. Dan kata yang bermunculan, bisa ditebak, 'Uwong kok ora ber-tanggung-jawab.........'. Ada pula, frase, 'Terlalu tenan.........'. Dsb-dsb.

Dalam Bhs Jawa, ada ungkapan, 'Nggampangke perkara'. Antagonisnya, 'Mentingke perkara.'
Dan, 'ngGampangke perkara' yang tidak pas, memang meng-kacau-kan banyak orang.

Banyak Pom-bensin, sekarang ber-slogan, 'Pasti Pas.....'.
Selamat menempatkan perkara-perkara untuk jadi 'Pas'.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, April 12, 2009

Mem-balsem tubuh Tuhan

  • Holy Cross Notifier
1. Kabupaten Gunung-Kidul daerahnya bergunung-gunung. Tetapi sekarang indah dikunjungi, karena jalannya halus-halus ber-aspal hot-mix. Terdapat di sana sebuah paroki. Kalau tak salah, sekarang sudah jadi tiga paroki. Beberapa tahun yang lalu, pernah ada seorang umat, pulang dari bepergian, melewati sebuah jalan. Di tengah perjalanan dia menemui seseorang mengalami kecelakaan. Atas dorongan nuraninya, tak pikir panjang ditolongnya orang itu. Tapi apa yang terjadi ? Kejadian kecelakaan, sampai urusan polisi. Tak ternyana, dia malah jadi tertuduh, sebagai penyebab kecelakaan. Dan itu bisa terjadi karena, 'tak ada saksi'.

2. Suatu malam saya mengendarai Colt T-12o, Mitshubisi eng-ing-eng. Dari Yogya hendak ke Banyumas. Sekitar jam 01.00 malam, di sekitar perbatasan Jateng-DIY, disalib sebuah sepedamotor. Jalannya, tak stabil. Jadi mencurigakan. Biasanya, orang mabok.
Sampai di sekitar perbukitan, menjelang masuk daerah Krendetan Purworeja. Di sebuah jalan berkelok menjelang Taufik Safalas kecelakaan, sepeda motor tadi sudah tergolek di pinggir jalan, dekat tembok kuburan. Pengendaranya tak kelihatan. Ternyata, sudah 'njepupung' tertimpa kendaraan, di pinggir jurang. Malam pekat, sunyi-sepi, tak ada satu orang-pun, di dekat kuburan. Colt T-120, jalan pelan sambil ngamati. Tak berani berhenti, menolong apalagi. Bukannya tak berhatinurani, melainkan karena 'tak ada saksi'.*

3. Sekitar dua tahun yang lalu, Jeep Jimny saya kendarai. Melewati daerah Banyuputih, ke arah Alas roban. Di tengah jalan, lupa ngisi tangki bensin. Agar tak mogok, carilah pom-bensin. Karena pom-bensin di sebelah kanan jalan, dan sudah agak jauh kelewatan, maka muter-walik-lah di sebuah tikungan. Ketika pas membelok, memutar arah, lampu besar tiba-tiba menyorot seonggok tubuh manusia. Sudah njepupung, terkapar di tepian aspal. Tak juga bergerak, karena kelihatannya korban tabrak lari. Hati jadi mengkirik, takut setengah mati. Waktu menunjukkan, hampir jam tiga pagi.
Dalam suasana bingung, dilematis, akhirnya tak berani berbuat apa-apa, karena..........'Tak ada saksi'. Jeep Jimnypun lalu menjauhi. Sesudah sekitar satu Km, berhenti di sebuah kedai kopi, menenangkan hati. Ketika matahari muncul di kala fajar, sudah hilir mudik mobil patroli polisi, mengurus korban tabrak lari.

4. Minggu ini adalah hari Paskah. 'Esuk umun-umun, Maria Magdalena bangun, membawa rempah-rempah untuk membalsami jazad Yesus. Tindakan ini dilakukan oleh Maria Magdalena, karena 'membalsami jenasah' dipandangnya sebagai tindakan terbaik yang bisa dipersembahkan pada Yesus. Meski Ia sudah mati. Siapa tak tahu Maria Magdalena. Perempuan, bekas PSK yang bertobat. Lalu memberi persembahan 'yang terbaik' pada Tuhan-nya. Persembahan itu tak lain adalah 'Iman'. Iman akan ajaran Yesus. Dan iman itu, lalu berbuah dalam bentuk tindakan: 'mau membalsami jenasah Tuhannya'. Sebuah tindakan yang simpel, namun penuh makna.

5. Peristiwa Paskah, tindakan Maria Magdalena yang bangun esuk umun-umun, meng-ingat-kan saya pada peristiwa-peristiwa di atas. Di dekat Krendetan, Purworeja. Di Batuputih, ke arah Alas Roban. Saya punya iman. Betul. Tapi ketika menjumpai peristiwa real ................., Saya tak buat apa-apa.
Alasan yang muncul di pikiran, 1. Tak ada saksi, 2. Nanti jadi urusan panjang, 3. Nanti jadi repot, 4. Nanti ..........................!?

Untuk memberi sesuatu 'yang terbaik buat Tuhan', selalu ada saja halangannya. Selalu ada saja godaannya.

Selamat berjuang, meng-usaha-kan sesuatu 'yang terbaik buat Tuhan'.
Selamat Paskah. Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-


*Sesudah sampai di depan Kantor Pol-Sek Krendetan, Colt T-12o berhenti. Melapor, bahwa malam itu baru saja ada kecelakaan. Laporan diterima, disertai terimakasih. Colt T-12o dipersilahkan jalan.

Jumat, April 10, 2009

Yudas(e, mesthi ana )

Playing Catch email backgroundMinggu 12 April esok, hari Paskah. Tri hari suci, menjelang Paskah, adalah saat-saat merenung, Yesus yang dihukum salib, karena dikhianati muridnya sendiri, Yudas Iskariot. Memang pengkhianatan, tak hanya menjadikan hati jengkel, tapi juga banyak hal jadi kacau-balau, tidak karu-karuan. Maka, tak mengherankan jika ada pepatah, 'fitnah, lebih kejam daripada pembunuhan'. Pembunuhan, tak berarti musti pembunuhan nyawa, bisa juga pembunuhan karakter, nama baik, dsb.

1. Dalam Misa malam Paskah, biasanya begitu ramainya. Juga esok paginya, minggu paskah. Peristiwa minggu-paskah mengingatkan saya akan stasi-stasi di Kampung-Laut. Banyak cerita bisa didapat dari sana.

Salah satunya tentang kepemimpinan stasi. Pernah ada seorang pengurus stasi, yang masa kepemimpinannya sampai 17 tahun. Tak pernah ganti. Dan tak rela jika diganti. Namun, atas desakan masa(NB: umat), suatu saat dalam pemilihan, dia tak terpilih lagi. Tersusunlah kepengurusan baru. Kegiatan ini-itu mulai jalan. Namun ternyata, orang-yang tergantikan itu masih memainkan dominasi & kecerdikannya. Memang intelektualitasnya cukup tinggi. Dan ini yang paling menentukan, 'dia punya HP'. Pintar SMS, dan pintar bikin berita. Berita-nyapun bisa dipuntir-puntir sesuai dengan kepentingannya.

Suatu saat, akan diadakan 'Paskahan'. Dengan Misa-Paskah dan makan besar. Direncanakan dengan matang oleh pengurus baru. Namun komunikasi dengan pastor stasi tetap lewat orang bekas ketua stasi itu. Bermodalkan kepercayaan, nampaknya banyak hal terasa tak ada halangan yang ber-arti. Ketika rapat persiapan, terjadi tarik ulur soal waktu, namun nampaknya tak soal serius. Memang, pengurus yang tergantikan juga punya bala & kepentingan. Rasanya, ketika itu bisa diakomodir. Tinggallah menunggu rapat kepastian waktu paskahan.

Dua hari menjelang hari "H", ketua stasi yang tergantikan mengirim kabar via SMS, 'Rm, acara paskahan digeser. Tidak jadi tanggal 10. Diundur, menunggu rapat berikutnya !'. Sampai di sini, OK. Sms terkirim, Sms diterima.'

Beberapa waktu kemudian, ketemu Ketua stasi baru. Dia laporan, bahwa 'Paskahan dilangsungkan tetap tanggal 10. Rm ditunggu-tunggu, tetapi tidak datang'. Demikian kata ketua stasi baru, yang tidak punya HP.' Wah....duh. Kok jadi gini.........!.
Usut, punya usut, ternyata kabar pengunduran acara paskahan, adalah kabar-kabaran, alias palsu. Disengaja oleh ketua lama, agar paskahan kacau. Dan itu terjadi karena ada persaingan. Persaingan menduduki jabatan ketua stasi. Dus betulah, frase, 'Setiap perjuangan, selalu ada Yudas-nya'.


2. Ketika ramai-ramainya kasus Waduk Kedung-Ombo, saya pernah dikit-dikit ikut terlibat. Bersama para mahasiswa relawan, mengirim beras, buku, pakaian pantas pakai, guru mengajar, dsb. kepada penduduk yang rumahnya tenggelam. Dengan naik truk, minibus, & kijang berombongan ke daerah Kab Grobogan. Barang bantuan, diteruskan distribusinya dengan perahu buatan Alm Rm Mangunwijaya. Selama hampir satu minggu, kegiatan jalan lancar. Tapi suatu malam, tiba-tiba kelompok-relawan disergap, digiring oleh aparat. Dikumpulkan di Kecamatan. Di sana ditanyai macem-macem, ini-itu, di-interogasi dengan diwedeni senjata sungguhan. Mumet, ngantuk, kesel, ngelih.

Sesudah di Solo, diadakan rapat darurat, dengan mengundang wartawan. Dalam rapat semi evaluatif itu, terketahui, bahwa peristiwa penangkapan Rm Mangun & relawan mahasiswa, karena ada yang melaporkan ke aparat. Dan yang melaporkan itu, ternyata kawan relawan sendiri. Dia ternyata kagol karena suatu hal.

Dan dalam rapat itu, berkali-kali Rm Mangun memberi semangat pada para mahasiswa dengan mengatakan, 'Setiap perjuangan, selalu ada Yudas-nya....!'. Kadang dalam bahasa Indonesia. Kadang, dalam bahasa Jawa, 'Saben perjuangan, mesthi ana Yudhas-e...! Ning perjuangan kemanusiaan, aja mandheg mung merga Yudhas !'.

3. Antara Prupuk dengan Slawi, terdapat sebuah tempat. Namanya, 'Balapulang'. Ada orang mengatakan, nama itu bermula dari bala-tentara Sultan Agung, yang mau menyerang ke Batavia, gagal tak jadi berangkat meneruskan perjalanan. Terus pulang. Bisa demikian, karena logistik yang sudah dipersiapkan dibakar oleh Kompeni. Kompeni, jadi tahu karena ada mata-mata, biasa disebut antek. Antek kompeni. Dus mengkhianati bala sendiri. Maka, betulah frase yang mengatakan, 'Setiap perjuangan, selalu ada Yudhas-e'.

Betul apa yang dikatakan Rm Mangunwijaya(alm.), ber-ulang-ulang, 'Setiap perjuangan, selalu ada Yudhas-e. Namun perbuatan baik, jangan berhenti hanya karena Yudhas'.

Selamat, berjuang untuk kebaikan, tanpa berhenti hanya karena Yudhas.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, April 09, 2009

Krisis Yesus

Let's Play email backgroundKamis 9 April '09, adalah hari Kamis Putih. Merupakan peringatan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan malam ter-akhir. Malam itu Yesus tahu, bahwa dirinya akan segera menemui ajal. Siapa yang tak gemetar, ketika tahu bahwa saatnya akan tiba. Tiba dipanggil Tuhan. Sisi Yesus yang manusia, merasakan rasa takut itu. Kitab-suci menggambarkan suasana kalut Yesus itu dengan 'berkeringat darah'. Di sinilah Yesus sebagai manusia mengalami krisis. Krisis kemanusiaan. Jadi perjamuan malam terakhir adalah sebuah peristiwa krisis.

1. Krisis terjadi, menjelang saat-saat genting. Dan biasanya, terjadi jika ada per-alih-an. Peralihan dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain. Kondisi yang lain itu berbeda dengan kondisi sebelumnya. Jadi terjadilah per-ubah-an. Berubah dari lama, ke yang baru. Dari yang biasa, ke yang tidak biasa, atau malah luar biasa.

Atas terjadinya perubahan, kadang kala banyak orang kaget. Atau tak siap. Atau pula, tak setuju. Maka tak heran, jika dalam per-ubah-an, terjadi perbedaan-pendapat, tarik-ulur, atau malah debat-keras, perseteruan, dsb.


Dalam perkembangan Gereja perdana, terjadi pula perubahan-perubahan. Para rasul ketika itu biasa mewartakan Kabar-gembira di sekitar Yudea, kalangan orang-orang Yahudi. Dengan kemunculan Paulus, terjadilah perubahan orientasi. Paulus mengarahkan pewartaannya ke kalangan non-Yahudi. Malah ke kalangan Yunani. Malah juga ke Romawi. Terjadilah pendapat yang ber-macem-macem. Terjadilah krisis. Untuk itu terjadilah Konsili Yerusalem. Perubahan dibicarakan. Dan akhirnya membawa kemajuan. Agama Kristen masuk kalangan kekaisaran Roma.

2. Di Roma, banyak orang merasa tak biasa dengan model hidup orang-orang kristen yang khas. Khas karena meng-amal-kan ajaran Tuhan. Penghayatan iman yang berbeda dengan kebanyakan orang, menimbulkan tuduhan ber-macem-macem pula. Maka mereka diasingkan, dikejar-kejar. Ibadat-pun harus bersembunyi. Situasi terparah, orang-orang kristen diumpankan ke singa-singa yang kelaparan. Jadi pertunjukan di stadion. Ditonton oleh banyak orang dan Kaisar. Di sinilah kekristenan mengalami krisis. Iman kristen diuji. Banyak martir berguguran. Pahit memang, mengalami yang namanya krisis.

Namun krisis itu terlampui. Lama-lama, buahnya kelihatan. Agama kristen mulai banyak diminati oleh banyak orang. Malah akhirnya Kaisar-pun memeluk agama kristen.

3. Pengalaman hidup Gereja Katolik, juga tak lepas dengan perubahan-perubahan. Salah satu efek perubahan, adalah munculnya krisis. Jaman munculnya Gereja Reformasi, termasuk salah satu di antaranya. Konsili Vatikan II, juga membuat perubahan. Muncul pula krisis. Tapi atas semua krisis itu, lalu selalu ada kemajuan.

4, Dalam skala gereja partikular, perubahan-pun kerap terjadi. Dan kadang itu perlu. Untuk menuju kemajuan. Maka krisis, adalah biasa. Kaget, biasa. Perbedaan pendapat, biasa.
Beberapa perubahan yang pernah kita alami, a.l:
a. Perubahan orientasi pastoral dari teologi kemuliaan ke teologi salib.
b. Penekanan orientasi pastoral, dari perkotaan ke pedesaan.
c. Gerakan, keterlibatan Gereja dalam menggalakkan pertanian ramah-lingkungan(organik).
d. Ternyata, Gubernur Jateng, Bibit Waluya-pun juga melakukan re-orientasi dalam pemerintahannya, 'Kembali ke Desa'.
e. Dan perubahan-perubahan yang lain....perubahan-kepemimpinan, perubahan-posisi, perubahan-status, perubahan-tempat, perubahan-kerja, perubahan.............dsb-dsb.

Perubahan, pergeseran, krisis, ternyata tak asing bagi Yesus. Dia mengalaminya dalam Peristiwa Perjamuan Malam. Dan itu ternyata, berbuahkan 'Ekaristi'. Dan lalu membawa kemajuan.

Selamat mengelola perubahan.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, April 08, 2009

Gorilya

Menjadi semakin menarik, ketika persoalan petani mulai didiskusikan. Di manakah posisi mereka, dalam lingkaran proses produksi & proses perniagaan pangan. Ternyata, bukan sebagai subyek, melainkan sebagai obyek. Ketika, hasil produksi padi semakin meningkat, ternyata ongkos produksi juga makin naik. Maka, margin keuntungan yang didapat, tetap, atau malah kerap-kali turun. Padahal harga pupuk, insektisida, & sarana penunjangnya, tak pernah turun. Itu saja kadang, barangnya tak ada.

Dalam masa Or-ba, dan juga masih sekarang ini, petani telah tidak menjadi tuan atas benih-benih padi sendiri. Juga tidak bisa menentukan harga gabah, atau beras. Sudah sekian lama terdeteksi, memang ada upaya pembasmian benih-benih padi lokal. Dalam upaya apa, supaya petani tetap tergantung dengan bibit-bibit rekayasa genetik. Nota-bene, benih-benih itu boros terhadap pupuk kimia, & relatif tak tahan terhadap serangan hama. Siapa yang diuntungkan dalam hal ini, produsen pupuk & bibit, produsen insektisida kimiawi. Mereka-mereka adalah pemain-pemain kelas dunia. Laksana Goliat, jika mau disejajarkan dengan gambaran tokoh Kitab-suci.


Siapa tak kenal, Charoen-Pokhand, Pfizer, Basf, dsb. Tak sejajar dan tak sebanding para petani berhadapan dengan mereka. Oleh karena itu, benar & tepatlah, gerakan kembali ke alam yang digalakkan. Pertanian berwawasan lingkungan. Lebih rinci lagi pertanian sehat, dalam bentuk pertanian organik. Kegiatan-kegiatan ini mengarah agar petani menjadi subyek, berhak menentukan bibit padi sendiri, dan bisa menentukan harga hasil tanamannya.

Maka, usaha-usaha, sekecil apapun, yang mengarah ke pertanian ramah lingkungan, bisa dikategorikan sebagai 'gerilya', seperti ketika para pejuang kemerdekaan berjuang melawan pemerintah kolonial. Gerilya melawan siapa. Gerilya melawan Goliat, yang sekarang menjelma dalam perusahaan-perusahaan korporasi, serta para pemain kuat yang men-dominasi hidup para petani. Di sinilah nampaknya, Gereja bisa ambil bagian dalam kegiatan pemberdayaan. Membantu para petani punya 'daya'. Daya agar bisa jadi subyek. Tidak terus menerus jadi alat produksi. Atau obyek penjualan konsumsi.

Dalam kaitan kegiatan pem-berdaya-an, Paroki Kristus-Raja, Katedral Purwokerto, beberapa kali sudah mengirim para petaninya, untuk kursus pertanian. Baik ke KPTT Salatiga, maupun ke Lembah Hijau. Tak hanya yang katolik, yang non-katolik juga diikutkan. Sesudah Paskah tahun ini, beberapa petani & aktivis masyarakat, sudah mengutarakan keinginannya, untuk ikut kursus. Dan itu juga mungkin karena ada dana pengembangan. Maka baik, jika tiap paroki meng-alokasikan sebagian dananya, untuk pem-berdaya-an.

Seorang Imam amat senior, berulangkali mengatakan, Gereja akan kuat ber-akar jika, sudah menjangkau kaum tani & nelayan.

Selamat mem-berdaya-kan.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, April 05, 2009

Doa Spontan



Beberapa waktu yang lalu, saya ikut meng-ajar agama untuk katekumen dewasa Paroki Kristus Raja Pwkt. Mayoritas sudah pada menikah. Ketika diminta untuk doa spontan, satupun tak ada yang muncul. Diam semua. Ketika, setengah agak dipaksa, salah seorang memang berdoa, tapi tiba-tiba doanya dengan bahasa Inggris. Ketika direfleksi bersama, ternyata, mereka bilang, 'Kesulitan untuk buat doa. Harus ngomong apa.'

Di Kroya, saya pernah ikut mendampingi latihan kepemimpinan muda-mudi selama tiga hari. Juga ketika diminta doa spontan, satupun orang muda tak ada yang unjuk gigi. Dalam evaluasi bersama, mereka mengaku doa itu sulit. Maksudnya berkata-kata doa itu tak mudah.

Di sebuah lingkungan pernah ada misa. Salah seorang tokoh umat, berani-percaya diri berdoa spontan. Tapi apa yang terjadi, doa spontannya lebih dari sepuluh menit. Setelah selesai, beberapa orang beri kesan. Si pendoa mengaku, 'Ketika berdoa sulit berhenti. Angel le mandheg'.

Dari dan dalam tiga pengalaman doa itu, mau-ndak-mau, saya memberi cara membuat kalimat doa. Begini:
'MemBuat doa itu bayangkan, seperti membuat surat. Dalam surat, ada beberapa bagian:
1. Sebutan,
2. Salam,
3. Laporan
3.a Ada, Laporan positif
3.b Ada, Laporan negatif.
3.a.a Jika pengalaman hidup positif, maka ucapkan Syukur.
3.b.a Jika pengalaman hidup negatif, maka haturkan permohonan kepada Tuhan.

4. Penutup.
Bisa kata 'Amin'.
Bisa pula berupa rangkaian kata, frase 'Demi Kristus Tuhan kami.'

'Bisa, khan..........!?' Sesudah itu, selalu mulai ada yang berani doa spontan.

Memang ber-doa itu tak mudah.
Doa, adalah ber-relasi, cakap-cakap dengan Tuhan.
Juga tak gampang, karena Tuhan juga tak kelihatan.
St Ignatius saja menyebut kehidupan doa, dengan sebutan 'Latihan Rohani'. Harus dilatih terus-menerus.

Selamat ber-doa. Men-jumpa-i Tuhan.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, April 03, 2009

Bruder FIC

Men-jahit di Kamar Mandi

Adalah sekolah Pangudiluhur di Yogyakarta. Ketika itu posisinya, di Jl Panembahan Senopati. Belakang 'Kantor Bank Indonesia'. Bersebelahan dengan Kantor Pos. Sekitar tahun 80'an, masih satu kompleks TK, SD, SMP & SPG.

Tahun-tahun itu saya menjadi siswa di sana. Salah satu pengasuh SMP Pangudi-Luhur ketika itu, ber-nama Br Herman FIC. Kata kawan-kawan, galak-nya setengah mati. Memang, ketika itu terasa & terkesan galak. Namun, ketika dilihat dari masa kini, terasa, nilai kedisiplinan & ketertiban-lah yang mau ditanamkan kepada siswa-siswinya.

Kadang-kadang ada operasi, memeriksa kondisi siswa-siswi. Kegiatan itu meliputi, keterlambatan, perlengkapan, pem-bolosan, kenakalan. Salah satu yang bagus, adalah begitu jam 07.00 berdentang, pintu gerbang ditutup, 'krekep.........'. Siapa yang saja yang terlambat setengah menit saja, kena tutup. Tak boleh masuk kompleks sekolah.

Kadang-kadang pula ada peng-chek-kan perlengkapan: Seragam, sabuk, sepatu, badge, identitas. Suatu kali ada pengechekan perlengkapan seragam. Banyak siswa yang tak lengkap seragam identitas sekolahnya. Kebetulan saya hari itu hanya memakai pakaian putih polos, tanba badge, lambang sekolah yang ditempelkan di dada. Pas bagian saku. Warna-warni logo sekolah itu biru, kuning, putih, bergariskan segi-lima. Maklum, musim hujan. Pakaian seragam putih berlogo dua potong basah semua. Terpaksalah pakai baju darurat.

Apes, ada operasi tram-tib. Bruder yang mengkomandaninya. Beberapa siswa ketangkep, tak pasang badge-logo sekolah di dadanya. Para pelanggar ini dikumpulkan. Diceramahi, 'Sebelum seragam lengkap, tak boleh masuk kelas !'. Lalu diberi gratis badge-logo lambang sekolah. Harus dipasang pagi itu juga. Masalahnya kemudian, 'pasangnya pakai apa....?'.

Badge, biasa dipasang pakai benang. Dijahit dengan mesin. Atau dijahit dengan tangan. Pulang ke rumah, untuk jahit badge, tentulah tak masuk akal. Jarak sampai rumah plus-minus 7 km. Maka cari akal, jahit sendiri. Lalu pergilah ke toko kecil sebelah, dekat pintu masuk ke sekolah, sebelah timr SPG ketika itu. Jika lurus dari arah selatan, di gang mepet gapura alun-alun utara, jalan masuk sebelah timur. Jahitnya, di mana. Di tempat umum, malu. Anak SMP, pagi-pagi jahit bed-logo-sekolah.

Untuk menghilangkan kemaluan, maka masuklah ke kamar mandi, sebelahnya kamar Pak Pono. Ngapa di dalam kamar mandi ? Njahit bed-bergambar logo SLTP Pangudi Luhur. Jadi njahit, ternyata tak harus di pabrik garmen. Atau di rumah modiste, atau penjahit 'Necis'. Tapi di kamar mandi. Dua puluh menit terpasanglah bed-logo-sekolah. Baru sesudah itu boleh masuk kelas ikut pelajaran.

Njahit badge-logo-sekolah di kamar mandi. Bisa terjadi berkat, Br. Herman. Yang maap, kata kawan-kawan 'galak', tapi mau menanamkan semangat kedisiplinan pada anak-anak didiknya.

Memang, sekolah-sekolah katolik dulu, terkenal karena ke-disiplin-an-nya.

Terimakasih Br Herman FIC. Yang amat disiplin.
Selamat jadi 'disiplin'.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, April 02, 2009

Pece-Lele Si Unyil


Banyak orang senang Pecak-Lele. Biasa disebut juga Pecel-Lele. Kombinasinya, biasanya dengan ayam kampung, bebek, dan ikan-ikan air tawar, seperti bawal atau patin. Ada juga yang menambahi dengan tempe penyet. Yang selalu ada, adalah sambelnya. Makanan model itu banyak disajikan di warung-warung tenda.

Di Purwokerto, terdapat warung tenda seperti itu. Namanya, 'Si Unyil'. Ternyata warung Si-Unyil, tak hanya satu, melainkan ada lima. Tersebar di sekitar jalan-jalan kota. Siapakah pemilik warung itu. Ternyata bukan orang Lamongan, sebagaimana para pengusaha warung pecak lele ber-asal dari sana. Pemilik & pengelola Warung Si-Unyil, bernama Harun. Dia asli orang Purwokerto. Pemuda kampung biasa. Usahanya, dibangun dari bawah. Pikirannya, memang tak-tis dan kreatif, serta enthengan serta ramah. Dari satu warung tenda, berkembang menjadi lima warung tenda. Rumahnya, selalu sibuk mempersiapkan barang-barang dagangannya. Tiap hari para pemasok pada berdatangan: bakoel atau petani lele, bakoel pitik kampung, bakoel bebek, bakoel beras, bakoel tempe, dsb.

Rumahnya, ada juga gerobak-gerobak gorengan. Jika pagi, ada pemuda yang mengambil gerobak itu, dan menggelindingkannya, untuk jual gorengan. Khas menu gorengannya, 'molen'.

Beberapa karyawan terlibat dalam roda usahanya. Juga tetangga-tetangganya. Rumah-pekarangannya, terus melebar. Di dekat rumah, dibuatnya kolam-kolam. Untuk penampungan lele-lele. Juga ada kolam untuk ikan non-lele. Di atas kolam, dibuat kandhang wedus. Wedusnya, cukup banyak. Di sekitar kolam ada kali. Di sekitar kali & kolam ber-rombongan bebek-bebek. Bebek-bebek itu juga miliknya.

Karena membutuhkan 'chengis', sayur dsb, dibelinya tanah cukup luas di Curug Cipendhok. Ditanaminya dengan komoditas penunjang warung-warungnya.

Kini usahanya, menggelinding. Selalu ada uang cash. Maka, ada juga orang yang lalu pinjam uang untuk sementara. Jaminannya, bisa macem-macem. A.l. sepedamotor, mobil, dsb.

Anda mau buat pesta atau syukuran dengan model Tumpeng, sega-golong, iwak-pitik-ingkung ? Warung Si unyil, melayaninya.

Peng-usaha, Juragan, Cukong, Blandar, Boss, Pengembang, Investor, adalah orang-orang yang mampu melihat potensi & peluang. Potensi dalam dirinya, dan potensi di sekitarnya, dan lalu mengelolanya, menjadi sebuah produk yang layak jual.

Selamat menjadi Juragan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-