Selasa, Maret 31, 2009

Bel-bu

Banyak orang sudah pada tahu, apa itu 'Bel-bu'.
Bel-bu adalah 'RW'.
Rw adalah B1.
B1 adalah tapianauli.
Tapianauli, adalah penjual lapo.
Lapo adalah, semacam rica-rica, terbuat dari daging.
Dagingnya, daging anjing.
Kerap dimasak sebagai tongseng. Tongseng sebagai jamu.
Maka disebut dengan nama sandi, 'Tongseng Jamu'.
Anjing, sebutan lain-nya 'Asu'.
Maka, tongseng daging anjing, disebut juga 'Tong-seng Asu'. Disingkat, 'Seng-Su'.
Bahasa prokem Jogya, meng-istilahkannya, 'Bel-bu'.

1. Saya asli dari Kecamatan Gamping Yogya. Jika pulang, kerap lewat Pasar Godean. Pasar itu ramai, baik siang maupun malam. Di sekitar pasar, jika malam, terdapat penjual 'Bel-Bu'. Tak-tanggung-tanggung, tak hanya satu, melainkan empat. Ada empat penjual bel-bu. Maksud lewat pasar itu, a.l untuk menikmati 'Bel-bu'.

Ketika ramai-ramai gejolak FPI, penjual-penjual bel-bu itu didatangi, digrebeg oleh kelompok berseragam agamis warna putih berlabelkan 'fpi' itu. Para penjual dituntut untuk menghentikan kegiatannya. Dilarang jualan bel-bu. Alasannya, bel-bu hukumnya haram. Dilarang agama, dilarang Tuhan. Jika nekat makan bel-bu, tak akan masuk akhirat.

Antara kelompok agamis berseragam putih, dengan para penjual bel-bu bersitegang. Penjual bel-bu, menantang kelompok agamis berseragam warna putih, 'Silahkan nglarang orang jualan, tapi ganti kami dengan pekerjaan. Kami harus kerja apa. Anak-istri, keluarga butuh makan. Kami cari nafkah. Kami jualan, untuk me-nafkah-i anak-anak...........!?'.

Masa fpi, cukup banyak. Daripada ribut, para penjual bel-bu, meng-iya-kan desakan para laskar agamis berseragam putih, yang demikian ngototnya membela agama, membela Tuhan. Tapi karena para laskar tak beri solusi nafkah, empat hari kemudian, para penjual bel-bu, bukak lagi. Pembeli-nya, juga berdatangan lagi, membeli, menikmati belbu. Murah-meriah.

2. Sebuah kios di tepian lapangan Jatilawang, Banyumas, juga jualan bel-bu. Orangnya sederhana, ramah. Anaknya perempuan, SD klas dua. Badannya gendhut. Mungkin, karena juga kerap menikmati bel-bu. Kemarin, kijang hijau dinas, paroki Katedral, juga mampir ke kios tersebut. Menikmati bel-bu. Rasanya enak. Harganya, pas. Enam-ribu-rupiah.

3. Di pertigaan jalan ke arah Wisma Kaliori, & Wisma Catur nugraha, juga terdapat sebuah warung di tengah kebun, semi ladang. Warung itu juga jualan bel-bu. Cukup laris, orang-orang desa pada beli.


Agamawan tertentu, memang meng-haram-kan bel-bu.
Tak tahu, apa kepantasan seseorang masuk sorga ditentukan hanya dengan tidak makan bel-bu. Kok terlalu simplis. Terlalu simpel. Bukankah bel-bu, juga ciptaan Tuhan. Diciptakan untuk menunjang hidup manusia. Dan arah manusia adalah memuliakan Allah. Bel-bu, bukankah, sehat, murah-meriah, terjangkau.

Masyarakat, yang mengkonsumsi bel-bu, biasanya toleran. Tak fanatik.
Selamat menikmati suasana toleran, suasana tak fanatik.
Dan itu, berkat, 'Bel-bu'.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Maret 30, 2009

Kaos Kaki

Suatu hari, saya pakai sepeda-motor, pakai sepatu-sandal, lalu kaki terasa perih, karena lecet. Maka mampirlah ke toko pakaian di Karang-Lewas. Begitu sampai di dalam, bilang pada penjaganya,
- 'Kaos kaki bu............!?'.
+ Bayangannya, tanggapan si ibu penjaga toko itu, lalu mengambilkan jenis-jenis kaos kaki, memamerkannya, agar dagangan terbeli. Tetapi bayangan itu mleset.
- Si ibu penjaga toko, malah ngomong dengan gaya diplomatis, setengah agak ketus,
'Masih banyak kok pakkkkk......!'.
+ Karena saat itu memang butuh, mau beli kaos kaki, maka diulangi lagi kata semula, 'Ada kaos kaki Bu.......!?'
- Jebul, jawaban si ibu, tetap sama, 'Maaf, masih banyak pak..........!'

Merasa urusan tak gathuk-gathuk, keluarlah saya dari toko. Sambil pikiran membawa 'tanya', di sebelah toko ada kios kaki-lima, jual rokok & minuman, maka mampirlah ke kios itu, beli teh botol dan udud '76 sebatang. Sambil udud, ngobrol sama pemilik kios. Dalam obrolan, ada beberapa orang keluar masuk toko tadi. Penampilannya, necis-necis, pakai pakaian resmi, baju dimasukkan bersepatu. Rata-rata bawa tas seukuran stof-map. Sepatunya, ada pula yang model sepatu sandal, persis yang saya pakai.
* Saat moment ramai spt itu, si pemilik kios kaki-lima, bilang, 'Waahhh, tumben dina kiye 'sales'-e rame....'.
+ Atas komentar si pemilik kios, konfirmasilah saya atas pengalaman yang baru saja terjadi, 'Pak kula wau ajeng tumbas kaos kaki teng toko niku, kok jawabanne ibune sing jaga ngaten niki, 'Masih banyak kok pak....?. Dan lalu, tidak dilayani. Ngantos ping loro maneh, 'Masih banyak kok Pak...!.' Niku pripun nggih... karepe ?'.

Atas pertanyaan konfirmatif saya, pemilik kios lalu mengamati saya, dari ujung kaki sampai ujung rambut: Sepatu, celana-panjang hitam, baju putih dimasukkan, bawa tas cangklong-cangking seukuran stof-map, rambut diminyaki.
* Lalu pemilik kios bilang, 'Woowwwww, lha sampeyan persis kayak sales ngaten kok.............! Sampeyan dikira, nawakna kaos kaki !'. Sambil dia tertawa ngakak.
+ O.................., mau beli kaos kaki, malah dikira nawak-ke kaos kaki. Dadi kuwalik-walik.

Orang memang bisa, --dan malah-- mudah tertipu oleh penampilan seseorang.
Namun, penampilan, bisa juga dipakai untuk menipu seseorang.

Selamat, ber-penampilan. Namun tidak dengan men-tipu, tentunya.
Semoga pula, tidak tertipu oleh penampilan seseorang.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Maret 29, 2009

Gol-put

Seorang penjual mie rebus, melayani pembeli sambil mendengarkan acara 'Seputar Indonesia', dari stasiun RCTI. Berita yang tengah ditayangkan, perihal pemilu. Persiapannya, kampanyenya, dlsb-dlsb.
- Ketika berita itu usai, dia berkomentar, 'Nyong ta arep golput baen....!'.
+ Sebagai orang yang dengar komentar tsb, saya ber-reaksi, 'Lho...... kok ?'.
- Dia njawab, 'Lha enggih ta pemilu kangge napa. Mboten mbeta perubahan. Malah saya sengsara.'
+ 'Maksudnya ?',
- 'Lha riyin, sedina saged nelaske mie rong dus. Saniki, kalih-dasa mawon, empun boro-boro !"
+ 'Lha penyebab-e ?'.
- 'Kula riyin saged gampil pados duit. Bak-Mie kathah sing tumbas. Dereng wedange. Mergi riyin sebelah niku kathah tiyang main. Kathah tiyang ngrumus nomer !. Sakniki, main kertu dilarang, nomer dilarang. Padahal, niku dhuwite dewek-dewek. Pripun jaaaalll...! Wong gedhe, pikirane malah ora main.........! Ora ngrasak-na dadi wong cilik.'.
'Pun, pemilu sakniki, kula ngambeg, ajeng golput mawon.!'.
- 'Lho..........?!'

Penyelenggara negara, politikus, agamawan, aktivis sosial, kaum intelektual, KPU, Panwaslu, mahasiswa, pelajar, guru, juragan, banyak yang meng-hayo-hayo, 'Kini saatnya kita berpartisipasi membangun negara, dengan turut pemilu. Jangan sia-siakan hak pilih anda......!. Dsb-dsb.

Berbagai kalangan juga mengatakan, judi, taruhan nomer itu haram. Maka harus dilarang, dsb-dsb. Tapi si bakoel bakmi mengatakan, 'Wong gedhe, pikirane malah ora main......?!'

1. Menyelenggarakan negara, berarti melayani banyak warga. Warga masyarakat. Nota bebe, rakyat.
2. Pelayanan agama, juga meng-arahkan orang untuk sesuai ajaran Tuhan.
3. Realitas rakyat, ternyata pikirannya ber-macem-macem. Kerap menurut jalan-pikirannya sendiri. Lebih parah, kerap menurut 'Kepentingannya sendiri'.

Mari, kita mengelola aneka 'kepentingan-kepentingan sendiri' itu.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Maret 27, 2009

Coca-cola & Kematian

Selasa lalu, ada undangan untuk bantu mendoakan arwah orang mati. Namanya, Ani Winarti. Dulu dikenal dengan nama Linggodipura. Rumah-nya di Klampok Banjarnegara. Seberangan dengan rumah Pak Gatot, praktisi pertanian organik. Yang datang mendoakan cukup banyak. Dengar sana-sini, ketika dia hidup dikenal sebagai dermawan yang 'enthengan'. Enthengan buat Gereja, juga buat masyarakat.

Tiga minggu sebelumnya, juga diminta untuk mendoakan tetangganya, yang seratus hari dipanggil Tuhan. Ketika berangkat dari Purwokerto melewati rumah-duka Adi Guna. Saat itu, di rumah duka, ada deretan orang mati. Jumlahnya tiga. Masing-masing dimasukkan ke dalam peti.

Menjelang masuk Kota Purbalingga, di sebuah desa, juga terkibar sebuah bendera putih. Dari jalan kelihatan, sekelompok orang mengelilingi jenazah yang siap dikuburkan. Jadi hari itu, tersaksikan 5 peristiwa kematian sekaligus.

Berangkat dari rentetan peristiwa kematian, teringatlah sebuah peristiwa di Purwokerto. Peristiwanya, suatu sore saya mengendarai Trail-mot-nas menuju rumah seorang umat, untuk mendoakan seorang bapak, yang belum lama juga dipanggil Tuhan. Acaranya, misa-arwah. Dalam misa tentu ada homili, kotbah, berkaitan dengan orang mati. Sesudah acara selesai, seorang bapak, meminta teks persiapan kotbah. Inti persiapan kotbah sebenarnya tak istimewa, bertemakan 'Persiapan & Latihan mati': Kematian bisa dilihat dari empat hal: 1). Peristiwanya. 2). Cara menghantarnya. 3). Isi kematian. 4). Memaknai kematian.

1. Peristiwa Kematian.
Orang mati, bisa macem-macem 'dadakan'-nya, 'jalaran-ne', atau penyebabnya. Ada yang karena disambar petir pas mancing. Ada yang kena stroom listrik, pas 'ngethok-i' kayu. Ada pula yang pas mendem, lalu kecelakaan lan-tas. Ada pula yang karena sakit lama. Atau penyebab-penyebab lainnya.


2. Cara orang meng-hantar orang mati, ke alam baka, juga macam-macam ragamnya. Ada yang dikremasi, dibakar, seperti orang-tionghoa dan orang Hindu di Pulau Bali. Ada pula yang dimasukkan peti. Diberi pakaian, persis seperti orang hidup. Ada yang dibiarkan saja, spt di Trunyan Pulau Bali, atau di gua Tanah Toraja.
Bentuk peti juga aneka macem. Ada yang kotak biasa. Ada yang berbentuk perahu warna merah. Dsb-dsb.
Ada yang langsung di-kafan-i. Dibungkus dengan kain lawon. Ada yang langsung dikubur hari itu juga, seperti orang muslim-aliran muhamadiyah. Ada yang ditunggu sampai tiga atau satu minggu, baru dikuburkan.
Ada yang dihiasi dengan bunga-bunga dan wewangian. Ada pula yang tanpa accesori satupun.


3. Penyebab dan cara menghantar orang mati, bisa berbeda-beda. Tergantung daerah, agama, budaya, dsb. Tetapi, ada satu yang selalu sama. Yakni, Siapapun, kapanpun, dimanapun, yang namanya orang-mati, adalah terlepasnya nyawa dari raga. Ini berlaku bagi semua manusia di atas bumi ini. Dus persis slogan minuman ringan ber-merk 'Coca-cola': Siapa saja, di mana saja, kapan saja, minum Coca-cola. Rakyat biasa, pejabat, bintang film, agamawan, penyanyi, seniman, tak terkecuali, mengalami kematian. Dan isi peristiwa mati selalu sama, adalah: berpisahnya jiwa dengan raga.

4. Memaknai kematian. Kematian adalah sebuah realita. Sebuah kenyataan yang tak tertolak. Semua manusia, siapa saja, kapan saja, di mana saja, akan mengalaminya. Namun,

a. Bagi orang katolik, kematian memang merupakan peristiwa pahit.
Terpisah sejarah jasmani selamanya, dengan orang yang dicintai.

b. Namun orang Katolik, orang yang ber-iman.
c. Iman katolik, adalah iman akan kebangkitan. Bukan iman akan
kematian.

d. Kebangkitan itu terjadi di dalam Pribadi Yesus Kristus. Dialah,
satu-satunya manusia yang pertama & utama, mengalami
kebangkitan.

e. Kebangkitan itu, hanya mungkin terjadi karena Yesus bukanlah manusia biasa. Dia, adalah sungguh Allah, sungguh manusia. Allah, yang karena cintanya kpd manusia, lalu menjelma menjadi manusia. Menjelma, dlm bhs Jawa 'manjalma'. Dr kata manjing & jalma. Manjing = masuk. Jalma=manusia. Dus manjalma=manjing ing jalma. Artinya, masuk menjadi manusia. Dalam doa malaikat Tuhan, diistilahkan Sabda menjadi daging. Istilah lain, inkarnasi. In=masuk. Carnum=daging. Masuk, menjadi daging. Itulah pribadi Tuhan Yesus Kristus. Sungguh Allah, sungguh manusia. Maka dia bisa bangkit. Alam maut tak kuasa atas dirinya. Maut sudah dikalahkan. Dengan kuasa kebangkitan. Inilah peristiwa paskah.
Selamat menyambut Paskah.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Maret 25, 2009

Dirjen Urusan Pengembangan Pangan & Rm Utomo

1. Direktur Jendral Urusan Pengembangan Pangan, disingkat Dir-Jen-Ur-pengembangan pangan. Adalah seorang pejabat pemerintah, dibawah menteri pertanian. Berkedudukan di Jakarta. Urusannya, mengembangkan tanaman pangan, meliputi diversifikasi pangan. Agar pangan, makin banyak, murah, terjangkau & sehat. Suatu pagi, sudah datang di Kembangan, Bukateja, Purbalingga, rumahnya Pak Gatot.

2. Rm G Utomo pr, adalah pastor paroki Ganjuran. Telah lama, mempelajari dan mengembangkan pertanian yang sehat. Tak lain dengan meng-galak-kan pertanian organik. Perintisan-nya, a.l melalui HPS. Hari pangan sedunia. Ternyata, adalah mitra penting dari Pak Gatot. Sudah lama, mereka beraktivitas, ber-jejaring.

3. Apa hubungannya, Dir-jen-Ur Pengemb Pangan, dengan Rm Utomo ?. Hubungannya, karena ada titik temu. Titik temu-nya, ada dalam diri Pak Gatot dari Kembangan, Purbalingga. Bisa terjadi, karena Pak Gatot adalah praktisi pertanian organik. Sudah sekian lama, dirinya mempraktekan, mencoba, mengembangkan pertanian model alami, organik, yang notabene sehat. Bebas dari zat kimia yang membayahakan kesehatan. Kini dirasakan butir-butir keberhasilan-nya itu.Berupa manfaat-sehat bagi kehidupan.

Maka tak heran jika rumah Pak Gatot di Kembangan selalu ramai. Malah ramai didatangi oleh orang-orang ber-pangkat tinggi: Dirjen, Bupati, Aktivis masyarakat, Tokoh Parpol, Agamawan, Haji, pastor, petugas PPL, pengurus kelompok tani. Juga para tetangga, yang para praktisi tani.

4. Rabu lalu, Rm Ratman beserta rombongan Sr Kus Bkk, Bu Haji, tiga orang umat, dan seorang petani, Trail-mot-nas, datang ke rumah Pak Gatot, untuk belajar pertanian organik. Meliputi, bibit sehat, insektisida-alami, pupuk-alami, cara tanam optimal-model SRI. Di-share-kan pula pengalaman-pengalaman men-sosialisasi-kan pertanian sehat, model organik.

Ternyata, urusan pangan sehat, adalah urusan banyak orang, pemerintah, agamawan, aktivis sosial, cendekiawan, pendek kata siapa saja yang peduli. Maka tak heran jika Pak Gatot, orang yang sederhana itu, bisa ceramah, bersaksi kemana-mana: Seminar provinsi, Universitas, Pok-mas-pok-mas, kalangan pesantren, kalangan gereja, dsb.

Gereja, akan terasa peran sebagai garam-nya, jika peduli & terlibat dalam urusan masyarakat, urusan-kemanusiaan:
Bisa sandang, bisa papan, bisa kesehatan, bisa pangan, bisa kelestarian-lingkungan, bisa yang lainnya................
Ini berkaitan dengan pengembangan. Juga pengembangan pastoral.

Selamat, berkembang & memperkembangkan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-


Selasa, Maret 24, 2009

WKRI



Dalam sebuah acara kampanye pemillihan bupati, di kawasan Cilacap, salah kandidat mempopulerkan sebuah lagu, berwarna slogan:
'Wadon bae.........! Bupatine wadon bae.
Wadon bae, bupatine wadon bae...........!'


Memang, hidup manusia tak bisa lepas dengan 'Wong wadon', alias wanita, alias perempuan. Kebetulan, hari ini, adalah perayaan 'Hari raya kabar suka-cita'. Bunda Maria menerima kabar suka cita dari malaikat. Sebuah momen penting, salah satu tahap sejarah penyelamatan manusia. Bunda Maria juga termasuk kategori 'Wong wadon'. Tuhan ternyata, menghargai betul peran 'Wong wadon'. Dilibatkannya mereka dalam karya penciptaan, dan karya penyelamatan.

Wanita, kerap diangkat sisi-lemahnya. Makhluk yang harus senantiasa dilindungi. Namun, tak terpungkiri, di balik kelemahannya, terkandung kekuatan yang luar biasa. Sejarah mempunyai tokoh legendaris Cleopatra, Margareth Thatcher, dyl. Nama sensasional yang tak kalah gayengnya, a.l: Madona, Inul Daratista, Maia, Mulan Kwok, Dewi Persik, Dewi Sandra. Tak kalah pula, Lolyta Suryani, yang ramai di dunia kasus BLBI.

WKRI, juga adalah organisasi para wanita. Wanita yang berkumpul, ber-organisasi, berbentuk 'or-mas'. Apakah kepanjangan dari rangkaian huruf WKRI ? Tentu banyak orang sudah tahu, 'Wanita Katolik Republik Indonesia'. Lalu apa makna dari frase, atau rangkaian kata yang indah itu. Tentulah, sarat maknanya. Baik yang tersirat, maupun yang tersurat. Makna akan tergali dalam, jika melihat sejarah berdirinya organisasi berlabel WKRI itu.

Ciri
Ciri dari WKRI, bisa dilihat dan digali dari nama organisasi.
W=wanita.
Ciri pertama, adalah wanita, perempuan, wadon, lady.
K=katolik.
Katolik, adalah agama. Semangat yang mau dihidupi adalah semangat ajaran dari agama tersebut, yakni agama katolik. Sentral ajaran katolik adalah kasih, cinta, cinta-kasih. Dus WKRI, pada hakekat terdalam selalu di mana-mana, kapan saja, siapa saja pengurus dan anggotanya, selalu bernafaskan cintakasih. Tentu cintakasih, tak untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesama.
R=Republik.
Republik adalah sistem negara. Negara kita adalah negara kesatuan. Jadi, ciri ketiga adalah terlibat dalam membangun negara bersistem republik ini.
I=Indonesia.
Negara bersistem republik itu adalah Indonesia. Keberadaan WKRI tak di awang-awang atau dunia sana, melainkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia, inilah yang menjadi wahana, cakrawala, koridor, tirai, ruang gerak. Maka unsur-unsur ke-indonesiaan-lah, yang lalu menjadi menjadi fokus perhatian. Indonesia ber-ideologikan Pancasila. Maka semangat ke-lima pancasila, lalu menjadi semangat aplikatif dalam bergaul di konteks kemasyarakatan-kenegaraan.


Sejarah
Masyarakat yang sehat, maju, biasanya tak melalaikan sejarah-nya. Sejarah WKRI dimulai dari kalangan Siswi-siswi sekolah Mendut. Beberapa alumni Mendoet pada tanggal 26 Juni 1924, di Yogyakarta ikut mendirikan
Poesara Wanita Katolik(PWK). Inilah yang kemudian dikenal sebagai Wanita Katolik Republik Indonesia(WKRI). PWK didirikan sebagai reaksi atas tawaran pemerintah Belanda lewat Katholieke Vrouwn Bond, sebuah organisasi wanita katolik pro-Belanda. KVB, mendorong berdirinya Javaanse Katholike Vrouwn Bond. Ini, sebenarnya tak-tik, siasat Belanda untuk memecah-belah semangat kebangsaan, yang ketika itu sedang tumbuh.

Bersama Aisyah(terbentuk 1917), Wanita Taman Siswa(terbentuk th 1922), WKRI menyelenggarakan Konggres Perempoean Indonesia I. Dalam konggres ini dibentuk badan federasi organisasi wanita, yang mandiri, dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia(PPPI). Th 1935 jadi Kongres Perempoean Indonesia. Th 1946, jadi Kongres Wanita Indonesia. Disingkat KOWANI.

Relevansi.
Dari sejarahnya, kelihatan bahwa kehadiran WKRI, selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok -ormas lain-, dan selalu dalam konteks membangun masyarakat merdeka, agamis, sebagaimana yang dicita-citakan. Yang lebih penting, semua kegiatan itu selalu dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.*

Selamat bagi WKRI, untuk selalu terlibat dalam kegiatan membangun masyarakat.

Purwokerto, 23 Maret 2009
-agt agung pypm-

*Tulisan utk pemilu Wk

Senin, Maret 23, 2009

Bu Haji & Biarawati



Apa yang menarik dalam diri seorang Bu-Haji. Dan apa pula dalam diri seorang Biarawati ?!
Yang jelas dulu keduanya, sama-sama berjilbab. Namun kini malah tidak. Para Ibu haji, pada semakin rapat memakai jilbab. Yang biarawati, beberapa diantaranya, malah melepas jilbab. Cukup memakai pakaian yang katanya, ramah lingkungan.

Terlepas kesamaan dan perbedaan, yang jelas kedua orang berbeda macam itu bisa bersahabat, erat. Di Stasi Wangon, Suster-suster BKK, berelasi baik dengan banyak warga, termasuk Bu Haji. Bisa demikian, karena mereka bergelut dalam hal yang sama, yakni persoalan kemanusiaan,
'menungsane'.

Manusia yang dihadapi, banyak mempunyai potensi. Potensi itu baru betul efektif, jika diber-daya-kan. Ya, keduanya, bergelut dalam usaha mem-berdaya-kan masyarakat.

1. Minggu 22 Mrt '09, sekitar jam 15.oo, Kijang Hijau Dinas, meluncur dari Purwokerto, menuju KPTT Salatiga. Arah tujuannya, tak lain menuju mem-berdayakan-masyarakat. Penumpangnya ada 6 orang. Lima dari Wangon. Satu, alumnus KPTT, periode lalu. Lima orang, terdiri dari satu umat katolik, empat non katolik. Malah salah satunya, seorang sarjana baru lulus, yang adalah putranya Bu Haji--yang tak lain adalah Bu Lurah.

2. Mereka mengikuti kursus pertanian ramah lingkungan, alias pertanian model organik. Pembiayaan dari Dana pengembangan Stasi Paroki Katedral, difalisitasi PSE. Didukung Oleh Rm Wartaya, pihak KPPT, sehingga dapat bea kursus agak miring. Dus, berbagai pihak ambil bagian dalam usaha pemberdayaan tsb.

3. Mereka dikirim oleh Sr Kus & Bu Lurah, disuport oleh Rm Paroki. Ide itu muncul sesudah keduanya naik Kijang Hijau Dinas, studi banding ke Lembah Hijau, karanganyar, dua bulan lalu. Di Lembah Hijau terdapat usaha peternakan, berwawasan 'Zero Limbah'. Tak ada limbah yang terbuang. Semua dimanfaatkan. Malah yang utama, adalah 'lethong'-nya, kotoran hewan.

Kotoran hewan itu diolah sedemikian rupa sehingga bisa jadi dhuit. Tentu setelah diolah menjadi komoditas ekonomi. Itu berupa pupuk-organik. Omzet-nya sudah milyaran. Hal inilah yang menjadikan mereka terbuka wawasan-nya. Wawasan akan pemberdayaan umat & masyarakat.

4. Produk itu bisa dinikmati oleh banyak orang kini. Ujudnya, 'Pupuk Organik Sang Hyang Seri'. Pupuk itu dibagikan kepada petani, disubsidi oleh pemerintah. Arah pertanian masa depan, komposisi pemakaian pupuk: Organik 70 persen. Kimia, 30 persen. Sekarang masih terbalik: 30 persen organik, 70 persen kimia. Atau malah ada daerah yang masih parah, 100 persen kimia. Memang mulai disadari, alam lingkungan, lahan pertanian harus segera diselamatkan.

Dalam ranah teologi dikenal istilah 'dialog'. Agar umat pada rukun, satu sama lain. Ada macam-macam model dialog. Dialog formal keagamaan kerap kali njendel, alias buntu. Dialog kehidupan malah bisa jalan.

Tiap orang adalah pelaku kehidupan. Yang dihadapi sama: soal-soal hidup. Soal itu seputar: degradasi lingkungan hidup, ekonomi, nafkah, makan, kesehatan, politik, pupuk, obat, hama, pendidikan, lara-mumet, diare, kanker rahim, bocah udud, miras, sampah-menumpuk, dsb-dsb.

Selamat meng-gencar-kan dialog kehidupan.

Syalom. Willujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, Maret 21, 2009

Harun

Banyak orang senang Pecak-Lele. Biasa disebut juga Pecel-Lele. Kombinasinya, biasanya dengan ayam kampung, bebek, dan ikan-ikan air tawar, seperti bawal atau patin. Ada juga yang menambahi dengan tempe penyet. Yang selalu ada, adalah sambelnya. Makanan model itu banyak disajikan di warung-warung tenda.

Di Purwokerto, terdapat warung tenda seperti itu. Namanya, 'Si Unyil'. Ternyata warung Si-Unyil, tak hanya satu, melainkan ada lima. Tersebar di sekitar jalan-jalan kota. Siapakah pemilik warung itu. Ternyata bukan orang Lamongan, sebagaimana para pengusaha warung pecak lele ber-asal dari sana. Pemilik & pengelola Warung Si-Unyil, bernama Harun. Dia asli orang Purwokerto. Pemuda kampung biasa. Usahanya, dibangun dari bawah. Pikirannya, memang tak-tis dan kreatif, serta enthengan serta ramah. Dari satu warung tenda, berkembang menjadi lima warung tenda. Rumahnya, selalu sibuk mempersiapkan barang-barang dagangannya. Tiap hari para pemasok pada berdatangan: bakoel atau petani lele, bakoel pitik kampung, bakoel bebek, bakoel beras, bakoel tempe, dsb.

Rumahnya, ada juga gerobak-gerobak gorengan. Jika pagi, ada pemuda yang mengambil gerobak itu, dan menggelindingkannya, untuk jual gorengan. Khas menu gorengannya, 'molen'.

Beberapa karyawan terlibat dalam roda usahanya. Juga tetangga-tetangganya. Rumah-pekarangannya, terus melebar. Di dekat rumah, dibuatnya kolam-kolam. Untuk penampungan lele-lele. Juga ada kolam untuk ikan non-lele. Di atas kolam, dibuat kandhang wedus. Wedusnya, cukup banyak. Di sekitar kolam ada kali. Di sekitar kali & kolam ber-rombongan bebek-bebek. Bebek-bebek itu juga miliknya.

Karena membutuhkan 'chengis', sayur dsb, dibelinya tanah cukup luas di Curug Cipendhok. Ditanaminya dengan komoditas penunjang warung-warungnya.

Kini usahanya, menggelinding. Selalu ada uang cash. Maka, ada juga orang yang lalu pinjam uang untuk sementara. Jaminannya, bisa macem-macem. A.l. sepedamotor, mobil, dsb.

Anda mau buat pesta atau syukuran dengan model Tumpeng, sega-golong, iwak-pitik-ingkung ? Warung Si unyil, melayaninya.

Peng-usaha, Juragan, Cukong, Blandar, Boss, Pengembang, Investor, adalah orang-orang yang mampu melihat potensi & peluang. Potensi dalam dirinya, dan potensi di sekitarnya, dan lalu mengelolanya, menjadi sebuah produk yang layak jual.

Selamat menjadi Juragan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Maret 19, 2009

Pejantan Tangguh





Jantan
.....!






Dalam sebuah kendaraan besar, yang jalannya pelan-pelan, karena sarat muatan, di kacanya tertulis huruf-huruf besar begini: 'Pejantan Tangguh !'.

1. Pada sebuah acara tentang potensi masyarakat, di TVRI Jateng, ditayangkan seorang ibu rumah-tangga dari Pemalang. Dia dapat anugerah dari pemerintah, karena berhasil meng-organisir ibu-ibu di kampung, yang dulunya tak bisa cari nafkah, lalu bisa menghasilkan nafkah. Hanya dengan kegiatan di rumah saja. Caranya, dengan be-ternak itik-bebek. Puluhan ibu-ibu rumah tangga, merasa terbantu dengan ketrampilannya. Ketrampilan berternak bebek. Dari pengalamannya, bergaul dengan bebek-bebek yang ribuan jumlahnya, dan bertahun-tahun lamanya, Si Ibu itu jadi hafal dengan sifat bebek-bebek. Baik yang jantan, maupun dengan yang betina.

Untuk mendapatkan hasil produksi telur optimal, jumlah bebek dalam satu kelompok harus seimbang antara yang jantan dengan betina. Komposisi Ideal optimal, adalah seratus bebek-betina, satu bebek pejantan. Lebih dari satu bebek jantan, nanti mung hanya tarung terus, rebutan bebek betina. Lebih dari seratus bebek betina, yang jantan jadi dheyek-dheyek, tak kuat.

2. Ketika di Cilacap pelosok, Cisumur persisnya, ada seorang peternak bebek pemula. Awalnya punya sepuluh bebek betina, dicampuri satu bebek pejantan. Produksi jalan, mendekati optimal. 80 persen bebek bertelur. Untuk menambah produksi, dia menambahi sepuluh bebek betina. Jadi dua puluh betina semuanya. Dengan tetap satu pejantan.

Tetapi apa yang terjadi. Hari ini ditambahi sepuluh betina, esok harinya bebek pejantan 'ndheprok', tak kuat jalan. Habislah ke-jantan-annnya, kata si pemiliknya.

3. Jika ke Semarang, saya mampir berhenti di warung pecel 'nJambu'. Dekat SMA Sedes Sapientiae, dekat Stasiun Kereta api bergerigi. Ternyata, warung itu persis bersebelahan dengan Pon-pes asuhan Syech Pudji.

Berita-berita hari kemarin & hari ini menayangkan Syech Pudji, Usahawan-milyarder dari Kab. Semarang. Sesudah diperiksa 13 jam, maraton akhirnya dia ditahan. Delik aduannya, menikahi gadis di bawah umur. Baru 12 th. Pernah dalam satu kesempatan dia bernarasi, sesudah dengan gadis 12 th. Ingin pula menikahi yang berusia 9 tahun. Sesudah itu, ingin terus menikahi yang berusia 7 th. Tak ada larangan katanya, bukankah dirinya mampu ber-poligami.

Sebelum diinterogasi maraton & lalu masuk sel, gerak-penampilannya, -menurut beberapa orang- terkesan 'show of force'. Seperti menantang-nantang pihak-pihak yang berwajib dan berwenang. Setelah dinterogasi ber-jam-jam dan sungguhan masuk sel, dia seperti orang-yang tak bernyali. Merunduk, menyesal dan meminta maaf keapada polisi & masyarakat.

Bahasa psikologi mensinyalir, dirinya mengidap 'obsesi fantasi seksual'. Realisasinya dalam bentuk menikahi anak-anak. Salah seorang kakak Syech Puji, mengajar di Sekolah St Theresiana. Pada atasannya, dia pernah bilang, bahwa adhiknya itu memang edan.

4. Sebuah biara, mempunyai satpam-satpam. Salah satu sat-pamnya, tinggi-gagah-merbawani. Ketika BBM naik, jadi enamriburupiah, dia bicara-berteori: Siapa yang salah dalam hal ini. Dari omong-banyaknya, warna yang muncul adalah menyalahkan. Yang disalahkan 'wong ndhuwuran', alias pejabat-pejabat tinggi. Katanya, mereka mementingkan kepentingan diri semata, tak peduli. Tak peduli dengan nasib rakyat-rakyat kecil. Termasuk diri dan keluarganya, yang kini kempas-kempis minta dihidupi.

Sesudah kenal dan kerap ngobrol dengannya. Dan lalu dengar dari tetangga-tetangga, dan kawannya, terketahui, ternyata dia punya tiga dalam hal ber-bini. Alias punya tiga istri. Tapi satu yang tercatat resmi. Yang dua, tak resmi................
Pada bae dab, Ngomong doang !, orang yogya & jekate bilang.

Jantan & kejantanan adalah anugerah. Anugerah dari Allah. Untuk penciptaan & keselamatan umat manusia. Tak pada tempatnya, orang pamer 'kejantanan'. Dan tak pada tempatnya pula orang bermain-main dengan 'ke-jantan-an'.

Selamat meng-harga-i 'kejantanan'.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:

-agt agung pypm-

Rabu, Maret 18, 2009

Bizniz




Bisnis, kerap diidentikan sebagai kegiatan cari untung. Memang hidup harus jalan. Maka orang cari nafkah. A.l dengan cari untung. Tapi apakah setiap kegiatan hidup harus selalu ber-orientasi cari untung. Jawabannya, tak selalu.

1. Seorang Ibu tua, sudah berkecukupan. Tinggal hidup dengan suaminya, karena anaknya sudah tersebar berumah-tangga. Suatu kali, dia membeli 'pengaron' besar. Tak digunakan benda itu. Hanya ditaruh saja. Ketika ditanya oleh anaknya, 'Kenapa beli pengaron, bejana besar & berat terbuat dari tanah liat itu ?'. Jawabannya, Ibu itu beli bukan karena butuh, tapi karena kasihan pada penjualnya. Sudah tua, bawa barang berat lagi, dan 'ora lek payu-payu'.


2. Minibus Mitshubisi Eng-ing-eng Colt T-120, baru saja 'rawat inap' di bengkel cat 'Warsono'. Untuk dicat ulang. Beberapa orang sekitar bilang dan mempertanyakan, 'Kenapa di masukkan ke bengkel itu ? Di situ khan mahal....!'.

Si pemililk minibus memilih bengkel Warsono, dengan pertimbangan, agar Pak Warsono dapat pekerjaan. Biar bisa menafkahi anak & istrinya. Biarlah, sedikit mahal tak soal. Warsono, tak punya dua kaki. Sejak lahir dia cacat. Kemana-kemini, dia naik kursi roda & motor roda tiga. Istrinya, juga pincang. Mereka dulu temuan di YPAC Solo. Sesama penyandang cacat.

3. Suatu pagi, saya naik 'Angkot'. Karena pagi angkotnya penuh. Sebuah saat, pas angkot jalan, seorang gadis muda sederhana membayar ongkos, naik angkot. Uangnya, besar limapuluhribuan. Karena pagi si kernet tak punya jujul. Ribut ramai, eyel-eyelan tak rampung-rampung. Penumpang-penumpang semua diam, tak bantu beri solusi. Padahal si gadis kepepet selak ingin berhenti. Saya ambil dua lembar uang seribuan dari saku. Tak berikan pada kernet untuk bayar si gadis sederhana, sebagai upaya solusi. 'Sudah mBak, ini tak bayari'. Gadis sederhana & penumpang-penumpang pada 'Mak plongo, ndomblong, tertegun, nampaknya tak biasa melihat orang 'ber-baik-hati'. Padahal tak kenal sama sekali, sebelum peristiwa itu terjadi.

4. Minggu lalu, dua anak-muda hampir dikeroyok masa. Dituduh tabrak lari. Padahal sebenarnya, dia naik motor lalu berhenti untuk menolong seseorang yang jatuh tertabrak kendaraan lain. Korban itu terkapar di aspal & lama tak ada yang nulungi.

Ber-buat amal, macem-macem cara & bobotnya. Ada skala besar, ada skala kecil. Semua ada makna-nya. Itu semua termaktub ringkas dalam satu kata, 'Solidaritas'.

Selamat memperbanyak gerak-an 'Solidaritas', dalam masa pantang & puasa.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Maret 15, 2009

OMK

OMK & Wong-e-nom*

Siapa
kah 'Uwong Enom'. Wong-enom adalah orang muda. 'Uwong sing esih enom-enom'. Usianya, menjangkau antara sesudah misdinar, sampai jadi pengantin. Dus, berkisar, antara usia 17-tahunan, hingga 30-an. Maka tepat di sini, diistilahkan dengan sebutan OMK, orang muda katolik.

Apakah ciri-khas Wong-enom, atau orang muda. Tentu saja ciri khasnya adalah, sebagai 'uwong', sebagai manusia. Itu ciri khas yang pertama. Ciri kedua, adalah 'enom', muda. Tentang ini, ada lagunya:


1. Darah-muda, darahnya para remaja.
Yang selalu merasa gagah, lalu tak mau mengalah.
2. Darah-muda, darahnya yang ber-api-api,
Yang maunya menang sendiri, walau salah tak perduli.
Darah muda...........

Interlude:
3. Biasanya, para remaja, berpikir-nya sekali saja.

Tanpa menghiraukan akibatnya.

Wahai kawan, para remaja,
Waspadalah dalam melangkah,
Agar tidak menyesal pada akhirnya.
--> ke-1, interlude, ke-3, ke-1


Terlepas dari sosok pengarangnya, yang adalah Oma Irama, dalam sebuah lagunya, itulah sedikit gambaran ttg orang-muda. Namun dalam realita sejatinya bagaimana.


Dalam realita, keadaan orang-muda ber-aneka-warna. Di sini, saya angkat salah satu sisi-sisi orang muda:
1. Saya pernah duduk-duduk di angkringan dekat asrama-putri-Syantikara-Yogyakarta. Di dekat situ terdapat perempatan dengan lampu pengatur lalu-lintas: merah, kuning, hijau. Iseng meng-amati ramainya lalu-lintas. Banyak ternyata, yang melanggar aturan-aturan lalu-lintas: menyerobot lampu merah, melanggar garis tanpa putus, cara menyalib kendaraan lain, pemakaian helm. Mayoritas, yang melanggar itu siapa. Dilihat dari performa-penampilannya, ternyata adalah orang-orang muda. Malah, mahasiswa lagi.
2. Di jalan layang Janti YK & di terowongan KA Sungai serayu Pwkt, dalam tembok yang baru saja dicat bersih oleh dinas PU, tak lama muncul orek-orekan-tulisan. Macem-macem tulisannya:
1). Q-zruh....!
2). 'Yeni, I love You'.
3). 'Awas, iki orek-orekan...!'
4). 'Tak ku-sangka....! Teganya dirimu'.
5). Dsb-dsb.
Lalu, yang nulis-nulis itu siapa......?
Agak bisa dipastikan, yang nulis, Orang mud.....

3. Di Pwkt, ada sebuah rumah kaki-lima. Penampilannya, sebagai bengkel las-knalpot. Tapi tak dinyana, di dalamnya, juga jualan 'miras'.
Dan mayoritas yang datang, ternyata...........'orang-mud....'.
4. CCTV Gereja katedral, sempat merekam pencuri helm berkwalitas.
Dan ketika diputar ulang, pelakunya, ternyata orang-mud.....

5. Ketika OMK paroki katedral mengadakan sosialisasi Pemilu, pada minggu lalu.
Dari seratus undangan yang disebar, yang datang ternyata, cuma 25 percent. Piye, jaaaal......

Butir-butir tadi adalah sisi-sisi yang negatip. Sisi lain yang positip juga banyak:
a. Seorang misdinar paroki Cilacap, ketika lulus SMP, memilih SMK jurusan mesin. Agar, agar tak terlalu mem-bebani orang-tuanya.
b. Seorang mahasiswa Pwkt, kuliah sambil jualan pulsa. Guna menunjang kuliahnya.
c. Seorang misdinar Katedral, menjawab, 'STM......Rm........., agar punya masa depan', ketika ditanyai, sekolahnya di mana.
d. Seorang aktivist orang muda, nyambi belajar dunia entertainment, jadi penyiar, ketika kuliah. Untuk mengisi masa-muda, & masa-depannya.
e. Seorang mahasiswi sebuah stasi, kuliah di YK. Tekun belajar & berdoa. Berkegiatan ekstra sewajarnya. Baru saja lulus pendadaran tertutup & terbuka. Lulus semuanya. Dia kini jadi asisten dosen. Orang tuanya senang dan bangga.

Itulah layar lebar kehidupan orang-orang muda. Tak simpel ternyata jadi orang-muda. Banyak cita-cita, banyak pula godhanya. Dari ke-enakan pacaran, sampai narkoba. Dari krisis ekonomi, sampai keinginan berperforma bak artis-bintang-film-sinetron-telenovela. Lalu......... Lalu harus bagaimana sebagai orang muda. Tak mudah menjawabnya.


Tapi sekurang-kurangnya gini. Harus gathuk antara idealitas dengan realitas. Antara keinginan, dengan kemampuan. Antara soal agama, dengan neraka. Antara masa kini dengan masa depan.

Harus bijak, antara boleh dan tidak. Punya prinsip, tak-ela-elu, agar tak terbawa arus. Orang-muda hidup tak di awang-awang, melainkan di kenyataan. Butuh duit, butuh spirit. Maka orang muda butuh spiritualitas.

Spiritualitas, dari kata spirit. Artinya, Roh. Maksudnya, Roh yang menyemangati. Roh yang menjadi pedoman. Kata lain dari spiritualitas, adalah kerohanian. Youpz, ditarik dari mana kerohanian, atau spirit kaum muda. Tentu saja ditarik dari spiritualitas hidup Yesus, ketika muda.

Ciri khas Yesus ketika muda, adalah dia bisa menanggung & menjawab atas perbuatannya. Pendek kata, Yesus muda bisa bertanggung-jawab. Bertanggungjawab pada Allah-Bapa, Ber-tanggung-jawab, pada dirinya sendiri. Bertanggungjawab pada orang-tuanya. Bertanggungjawab pada sesamanya. Dan bertanggungjawab pada masa-depannya. Tentu, bertanggung jawab atas misi-tugasnya, yakni melaksanakan penyelamatan umat manusia. Tak-tanggung-tanggung, malah sampai mati, disalib. Dia berani berbuat itu. Sebuah sifat patriotis, & ksatria-tis.

Dus orang-muda macam apa yang mau kita raih. Yang kita idealkan. Jawabannya, adalah: Orang muda yang bertanggung jawab.
Bertanggung jawab, terhadap diri sendiri,(1)

terhadap tubuhnya,(2)
terhadap pacarnya,(3)
terhadap orang-tuanya,(4)
terhadap studinya,(5)
terhadap masa-depannya,(6)

terhadap kawan-kawan & masyarakatnya,(7)
terhadap negaranya,(8)
terhadap Tuhan-Allahnya.(9)

Selamat menikmati & meng-isi masa muda.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-


OMK=Orang Muda Katolik
*ditulis ats permintaan sie komsos Prk Katedral Smg.

Sabtu, Maret 14, 2009

Sri Sopirah II


E d a n.................


Sri Sopirah, seorang perempuan desa. Karena keluguannya, jadi hamil karena ulah majikannya. Malah, peristiwa itu terjadi ketika majikan-perempuan sedang pergi ke gereja. Tak hanya itu ternyata.

Sesudah hamil, Sri Sopirah pulang ke desanya, dekat Wangon posisinya. Tak ada uang restitusi. Tak ada uang extra. Pulang hanya bawa duapuluhribu rupiah ketika itu. Di desa, jadi wanita biasa. Bekerja ala orang desa. Membesarkan anak tanpa bapak. Yang kemudian 'dipupu' oleh adiknya. Si anak-pun lalu dibawa transmigrasi ke pulau Sumatra.

Sekian waktu Sri Sopirah hidup di desa. Rupanya, keluarga majikan kelimpungan, dengan tiadanya Sri Sopirah. Entah info darimana, Sri Sopirah diminta untuk kembali kerja di sana. Lewat seorang kawan, Sri Sopirah akhirnya kembali bekerja di majikan semula. Blok-M, itu sekitar posisinya.

Namun, nasib Sri Sopirah, tak berujung di sini saja. Di keluarga majikan yang dulu itu, ternyata ada pria lain yang ikut tinggal. Salah satu keluarga dekat majikan, katanya. Nasib apes-nandhes terulang. Sebuah kesempatan, si pria itu juga meng-gagahi Sri Sopirah. Persis seperti majikan-nya yang dulu. Dia tak bisa protes, tak bisa berontak, karena ke-tak-berdayaannya. Akhirnya, Sri Sopirahpun, hamil untuk kedua kalinya. Di rumah majikan yang sama, dengan pria yang berbeda. Diapun, lalu dipulangkan ke desa. Hamil, melahirkan, dibantu bidan desa. Uang belas kasih, juga tak ada. Ketika si bayi lahir, lalu juga diampu oleh salah seorang saudarinya. Dibawa juga ke pulau Sumatra. Ini, untuk yang kedua kalinya.

Orang kecil, berhadapan dengan orang besar. Ini persoalannya. Orang besar, punya daya, punya apa-apa. Orang kecil tak punya apa-apa, tak punya daya. Dus kembali ke persoalan kemiskinan, duduk-perkaranya.

Dalam ranah ilmu sosial, kemiskinan, bisa dibagi dari penyebabnya.
1. Kemiskinan struktural.
2. Kemiskinan faktual.
Kemiskinan struktural, diakibatkan oleh persoalan sosial kemasyarakatan yang berat sebelah. Yang tak adil. Struktur-struktur berat sebelah itu bisa di politik, ekonomi, budaya, han-kam, ideologi, sosial, atau yang lainnya.
Kemiskinan faktual, bisa berbentuk ketidakmampuan yang asali. Orang dilahirkan sejak awalnya sudah miskin. Rumah tak punya. Harta-benda tak punya. Makanan, tak selalu cukup, untuk dikatakan 'tak punya'. Syarat-syarat dasariah untuk hidup wajar, sungguh tak punya. Maka lalu pendidikan-pun tak punya. Anak yang lahir, tak sempat mendapat pendidikan formal. Akibatnya, polos, lugu, gampang ditipu. Barangkali seperti inilah, asal muasal perempuan ber-nama Sri Sopirah.

Lalu harus bagaimana, kata seorang penyanyi. Lalu harus dihadapi. Dengan apa. Dengan gerakan. Dalam ajaran gereja, ada istilah 'Solidaritas'. Dari sana, ada kata turunan 'Solider'. Maka, lalu kerap terdengar kalimat, 'Solider dengan kawan. Terutama kawan yang berke-kurang-an'. Banyak orang ber-iman, terketuk hatinya. Maka muncullah 'Gerakan Solidaritas', Kesetia-kawanan Sosial. Solidaritas, adalah titik temu antara 'yang kuat', dengan 'yang lemah'. 'Yang ber-untung', dengan 'yang belum ber-untung.' Majikan, dengan karyawan. Atasan dengan bawahan. Semua, sama martabatnya, di hadapan Allah.

Minggu-minggu ini adalah masa pantang & puasa. Kegiatan itu, adalah juga ungkapan, malah juga wujud dari 'Gerakan Solidaritas'. Mari bersama-sama, memperbanyak 'Gerakan Solidaritas'.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Maret 13, 2009

Sri Sopirah




St Thomas Aquinas, adalah pengikut Ordo St Dominikus. Ordo ini dikenal sebagai ordo pengkotbah. Di Inggris, mereka mendirikan kedai-kedai kopi. Kedai itu untuk apa. Untuk cakap-cakap. Untuk rileks, duduk-duduk sambil minum kopi, ngobrol sana-sini. Di situ diharapkan unsur-unsur Sabda Allah menjadi bahan diskusi.

Di Indonesia, atau Purwokerto persisnya, kedai-kedai itu bisa digambarkan semacam warung kopi. Atau cafe. Tempat banyak orang ketemu, ngobrol sambil minum kopi. Demikian pula bisa digambarkan seperti warung angkringan, tempat mangkal para koboi.

Sebuah malam, di sebuah warung koboi, ada seorang perempuan membeli segelas kopi. Wajahnya lugu, polos, dan rendah hati. Dari obrolan dengan beberapa orang, sempat dia cerita pengalaman hidupnya. Aslinya, Banjarsari, sebuah desa dekat Cikakak, 'Lor' Wangon.
Antara tahun 80-an hingga 90-an, dia merantau ke 'Jekate', kota besar, kota metropolitan. Karena minimnya pendidikan, dia kerja sebagai PRT, pembantu rumah tangga. Di sana dia rajin dan setia pada sebuah keluarga, majikannya.

Tapi sayang, kerajinan & kesetiaannya, tak bikin hidup tambah mulus. Malah menjadi seperti air madu dibalas dengan air tuba. Pada suatu hari, ketika dia sedang beristirahat di kamar belakang, didatangi oleh sang majikan pria-nya. Kedatangannya untuk apa. Ternyata untuk 'ngruda-peksa'. Majikan pria, tergoda terprovokasi roh jahat, lalu hari itu meng-gagah-i, memperkosa. Suasana rumah kala itu memang sedang sepi. Karena majikan wanita ketika itu sedang pergi. Pergi ke mana. Sri Sopirah bilang, katanya, 'sedang pergi ke gereja'.

Weladalah. Dunia betul tak imbang. Inikah ulah manusia. Yang satu pergi berdoa ke Bait Suci, gereja. Yang satu malah 'nguja' hawa-nafsu, menggagahi, menggauli pembantu, bikin dosa.
Sri Sopirah nama wanita itu. Karena hawa nafsu, dia jadi hamil. Maka lalu kembali ke desanya. Tak dibunuh atau dibuang janin bayi yang dilahirkan, meski itu tak dikehendakinya. Diasuhnya. Lalu diikutkan ke 'lelek'nya. Kini bayi itu sudah besar, hidup di tepi hutan bagian pulau Sumatra.

Bait Allah & hawa nafsu.
Maka bisa dimaklumi, jika Injil hari ini, menceritakan Yesus yang marah-besar di bait Allah. Karena apa. Karena Bait suci, -ibarat gereja di masa kini- yang sebenarnya untuk persembahkan korban pada Allah, malah dipakai untuk jual-beli. Jual valas, tukar-menukar uang. Dan jual beli hewan korban. Doa & persembahan korban dilalaikan. Yang jadi penting malah komersialisasi sarana korban. Ambil kesempatan, dalam kesempitan.

Mendengar cerita Sri Sopirah-pun, Yesus sebenarnya juga marah. Ketika sebenarnya orang waktunya menghaturkan persembahan kepada Tuhan, di bait Allah, di gereja, malah saat itu ada umat yang, ambil kesempatan berbuat dosa. Menghamili pembantu rumah tangga.

Tak hanya dulu jaman Yesus, kini bait-allah kerap kali, tercemari pula oleh ketidakseimbangan perilaku manusia. Dengan dosa-dosa. Bait Allah, keberadaannya tak jauh di awang-awang. Karena tubuh kita ini sebenarnya adalah juga bait allah(1 Kor 3:16). Sudah saatnya kita membersihkan bait-allah, yang adalah tubuh kita ini. Dengan bertobat, pantang & puasa.

Mari kita membersihkan bait Allah. Dengan semangat tobat, pantang & puasa.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kera - mic

Kera - Mic

Keramic. Dari kata 'kera' dan 'mic'. Tapi dalam konteks ini, bukan kera='munyuk, lutung'. Bukan pula mic=alat pengeras suara. Keramic, yang dimaksud adalah lantai, atau jubin.

Jaman kini, lantai rumah hampir semua mengarah ke keramic. Di beberapa tempat, memang masih dijumpai rumah ber-lantai tanah. Mengapa lantai dari keramik, banyak yang menjadi pilihan masyarakat. Tak dipungkiri, lantai keramik berkesan bersih. Tampilannya, mengkilat, meling-meling. Beberapa malah berglasur gambar. Gambar aneka warna. Indah, cantik, menarik, mengkilat, cling, mungkin kata-kata itu mendekati tepat untuk menggambarkan sifat keramik.

Dibalik kemilauan keramik, ternyata ada sejarah yang panjang.
1. Di sebuah warung kopi pantura, ada berjajar truk-truk besar. Berdebukan, warna putih. Ternyata memuat apa. Truk itu memuat bongkahan & serpihan tanah kapur, dari daerah Pati. Untuk dibawa ke kawasan kota Tngrng. Hendak dibuat keramik.
2. Beberapa bukit di Wonosari Gunung-Kidul, sekarang ini kondisinya bolong-bolong, berlubang-lubang. Si penambang cerita, gerusan kapurnya dibawa ke pabrik-pabrik kosmetik & pabrik keramik. Untuk dibuat bahan bedak pupur & bahan lantai keramik.
3. Di Pemalang, ada seorang Ibu guru. Dia ketakutan jika melihat lantai keramik & kursi plastik. Traumatis, katanya. Mengapa sebab. Ternyata dia pernah, duduk di kursi plastik, di atas lantai keramik, tiba-tiba kursinya mleset, tergelincir. Tubuh-nya keplengkang. Jatuh pas di tulang belakang. Rumahnya, kini tegelnya tak pakai keramik. Rasa 'tap-tap-an'nya, masih belum hilang.
4. Tulisan blog lelaku, kemarin, bertemakan tentang 'dhengkul'. Bu Mistem, umat Stasi Kampunglaut, tempurung-lututnya pecah jadi tiga karena terpeleset di lantai keramik, ketika hujan gerimis. Kini Bu Mistem sudah terbujur di makam Karang Suci, Cilacap. Dia sudah dipanggil Tuhan, ke alam Sana, alam yang Baka.

Memang, keramik memang indah. Mengkilap.
Tapi, jika tak hati-hati, kilapan malah bisa men-celaka-kan.

Selamat ber-hati-hati.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Maret 12, 2009

Dheng-kul


Tiap orang hidup punya dhengkul. Punya lutut. Sesuatu yang vital. Namun sayang, yang vital itu kadang disia-siakan. Atau malah untuk men-sia-siakan orang.

1. Di jalan Kaliurang Yk, ada sebuah kolamrenang. Penjaganya seorang tua. Ramah. Banyak cerita. Yang aneh, kakinya bisa sedikit ditekuk ke depan. Dan jika jalan, lalu tak normal. Agak pincang. Kenapa sebab !? Karena sudah tak punya tempurung lutut. Sudah tak punya 'enthong-enthong' dhengkul.
Kondisi demikian ada ceritanya.

Suatu hari dia sedang duduk di tepi jalan. Tak ada halilintar, tak ada gelagat jagad, tiba-tiba ada batu terlempar keras sekali, mengenai tempurung lututnya. 'Athao............................!', sakit sekali katanya. Sesudah diperiksa, tempurung lutut-nya sudah pecah. Pecah kena lemparan batu.
Siapa yang melempar. Yang melempar batu, ternyata sebuah mobil. Mobil itu melintas di jalan aspal. Pas di jalan itu ada sebutir batu. Batu itu terlindas ban. Karena tekanan oleh ban mobil, batu itu melesat seperti peluru. Mengenai bapak si penjaga kolamrenang, tepat di bag dhengkulnya. Cacatlah dia seumur hidup.

2. Mitsubhisi Colt T-12o, Eng-ing-eng, minibus, pernah meng-angkut, menghantar seorang umat, 'Bu Mistem' namanya. Umat Stasi Kampunglaut. Dibawa dari Cilacap, menuju Sangkalputung, Palur, Sragen. Ke ahli tulang. Agar ditangani. Kenapa !? Karena, tempurung lututnya pecah jadi tiga. Tak hanya itu, lalu bergeser posisinya ke bawah. Tak berada di bagian sendi, secara presisi. Akibatnya, sakit. Jika dipaksa jalan, sakit sekali.

Tempurung lutut Bu Mistem pecah, karena terpeleset. Suaminya membangun rumah. Lantainya yang semula tanah dipasangi keramik. Keramik baru, ternyata licin. Ketika hujan gerimis, dia terpeleset oleh halus-licinnya keramik.

Ahli tulang Sangkalputung, tak sanggup. Angkat tangan. Menyarankan untuk dibawa ke dokter. Esok harinya, Colt T-120, Mitshubisi, meluncur ke dokter tulang RS Pantirapih. Di sana di-photo-rontgen. Diperiksa teliti. Kesimpulannya, tulang tempurung lutut pecah jadi tiga. Bergeser posisinya. Maka harus dibetulkan. Bisa.!
Dokter bilang, 'Dioperasi, tulang yang pecah diikat dengan platina. Posisinya dibenarkan.!'.

Pulanglah, Minibus Colt T-120 ke Cilacap untuk cari duit, cari dana. Sepuluh hari kemudian baru kembali ke RS Pantirapih. Sesudah memeriksa, merahlah muka Pak Dokter, abang mbranang, bernada penyesalan mendalam. Apa pasal. Pak Dokter bilang, 'Rm sudah terlambat. Pecahan tulang sudah menempel di bagian tulang kaki. Sudah menyatu. Tak mungkin dilepas lagi.' Penyopir Minibus Colt-T pun, pulang dengan rasa & wajah sayu.

Kepala, pundhak, lutut, kaki. Lutut kaki, lutut-kaki.
Kepala, pundhak, lutut, kaki. Lutut kaki, lutut-kaki.
Daun telinga, mata, hidung & gigi.
Kepala, ....................dst.

Demikian, nada-nada, syair, sebuah lagu anak-anak yang indah.
Tapi jadi tak indah jika lutut, tak ada.

Lutut, menjadikan indah hidup manusia.
Tanpa lutut, orang tak bisa jalan.
Maka jangan sepelekan 'lutut, alias dhengkul'.
Termasuk, 'ndhengkul-ndhengkulke' orang. 'Dhengkul-mu..........!'

Selamat, tidak ndhengkulke orang.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Maret 11, 2009

Pak RT-3


P r a s a n g k a

Minggu malam, 8 Mrt, adalah menjelang maulud Nabi Saw. Hari peringatan Maulud, adalah hari libur nasional. Kota Pwkt, malam itu ramai. Banyak orang pada menikmati malam-malam liburan.

Malam itu Rt-3, Kalurahan Berkoh, juga ramai. Tapi bukan ramai orang liburan, melainkan ada gara-gara. Gara-gara-nya, ada seorang pria yang dicurigai akan nyolong sepedamotor. Karena kecurigaan itu, beberapa warga menangkap dan meng-interogasinya. Ketika di-interogasi, jawaban-jawaban-nya tak jelas. Maka, beberapa orang pun lalu main pukul. Pria itu dipukuli.

Untuk menghindari penghakiman oleh masa, Pak RT turun tangan. Maka si pria yang dicurigai, diprasangka akan mencuri sepedamotor, itupun, lalu diselamatkan oleh Pak Rt, dengan dibawa ke Kalurahan. Diboncengkannya, dengan sepedamotor. Agar tak 'ucul', si pria ditempatkan di tengah. Jadi, 'Ceng-lu'. Berboncengan wong telu: Pak Rt, pria tercurigai, dan salah seorang warga, karyawan dolog.

Karena dalam susana emosionalitas tegangan tinggi, naik motornya kurang akurasi. Alias kurang hati-hati. Untuk sampai kalurahan, harus memotong jalan. Naas. Ketika memutar, memotong jalan, tak terduga sebuah Ymh Mio berkecepatan tinggi, melintas lurus dari arah Jl Gerilya Barati ke timur. Si pengemudi seorang gadis manis. 'Prussssssssss, brak...........' Yamaha Mio menabrak bagian tengah sepedamotor Pak rt, pas bagian foot-step. Si gadis, kontal. Badannya terbang, mental dari sepedamotor. Melayang di udara. Sayang jatuhnya tak pas. Kepalanya jatuh duluan ke aspal. Helmnya tak standart. Malah talinya lepas. Jadi kepala langsung membentur aspal, tanpa bantalan. Dalam perjalanan ke Rs Mrgn, meninggal-lah si gadis itu. Pak Rt, juga apes. Karena luka-lukanya, tak lama kemudian, meninggal juga. Si pria yang dicurigai, apes juga. Bagian dada, tulang rusuk kena benturan spd Mio. Matilah juga tak lama kemudian. Si warga, karyawan dolog, kini masih kritis. Jadi malam itu, sekaligus tiga nyawa.

Sesudah diselidiki, ternyata, pria yang dicurigai akan nyolong motor, adalah orang yang setengah waras. Badan wadag, dan penampilannya, seperti orang biasa. Namun komunikasi dan nalarnya, tak 100% normal. Dus orang tak 'genep'. Maka ketika di-interogasi warga, jawabannya terkesan mencla-mencle. Memang seperti itu adanya. Namun sayang, warga terlalu cepat curiga. Curiga, yang lalu menjadi prasangka. Pra-sangka akan nyolong sepedamotor. Padahal, tak begitu sebenarnya.

Hari ini mereka sudah di sorga. Pertama, Pak Rt-3. Kedua, si Gadis karangpucung. Ketiga, pria tak 100% genep.

Dan itu sebenarnya, tak harus terjadi, ....................jika, ................ Jika orang tak tergesa-gesa, ber-pra-sangka.


Selamat jalan Pak Rt-3, Pria kurang 'genep'. Dan Gadis Karangpucung.
Semoga Allah Bapa di Sorga, menerima amal-soleh-mu.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Maret 09, 2009

Yesus Kretus


Mana yang benar, 'Yesus Kristus', atau 'Yesus Kretus' !?
Yang benar, 'Yesus Kretus'.

Menurut siapa. Menurut seorang anak kecil.
Di tikungan Jatiroto dekat pos Pol-tas, menjelang masuk Gombong, terdapat sebuah rumah. Rumah itu menjual makanan khas. Nasi sayur. Sayurnya, selalu 'thewel'. Bukan yang lain. Lauknya, ayam kampung. Juga bukan yang lain.

Keluarga penjual sayur 'thewel', punya anak perempuan kecil. Usia, klas satu-nan SD. Sebuah sore, anak kecil itu bermain-main dengan sepupunya. Ditunggui oleh neneknya. Karena sudah waktu untuk mandi, maka ibunya dari jauh meng-ingatkan, 'Nak........ ayo mandi. Sudah sore !'. Maka Neneknyapun mengajak kedua anak kecil itu mandi. Pakaian anak-anak itupun dilepas oleh neneknya. Tinggal-lah mereka memakai celana dalam anak kecil. Dalam kondisi demikian, mereka berjalan menuju sumur, di mana sudah disediakan air hangat.

Dari ruang ganti ke ruang sumur, terdapat pintu. Tiap pintu selalu ada gawangnya. Tiba-tiba, sekonyong-konyong, ketika tepat di kayu-gawang-pintu, anak itu merentangkan tangannya, memegang kayu gawang kanan & kiri. Sambil tangan merentang, dia berkata, 'Yesus Kretus, Yesus Kretus........... Yesus Kretus, Yesus Kretus'. Posisinya, persis ketika Yesus disalib.

Sesudah lewat pintu, anak itu lari, jondhal-jondhil, kemriyek lalu mandi di sumur. Ditunggui, dibantu oleh neneknya.

Usut punya usut. Keluarga itu memeluk iman nonkatolik. Anak gadis kecilnya, bersekolah di SD-negri. Dalam pelajaran di sekolahnya, --entah pelajaran apa-- dia diperkenalkan oleh gurunya, tentang agama-agama di Indonesia. Tiap agama ada simbolnya. Islam, dengan simbol kubah masjid, bergambar bulan & bintang. Katolik, dengan simbol Salib-beserta-corpusnya. 'Corpus' Yesus, digambarkan hanya memakai selembar kain di pinggangnya, mirip celana dalam. Maka, ketika anak-kecil itu hampir telanjang, hanya memakai celana dalam, dan ber-ada di gawang pintu, lalu merentangkan tangan, meniru posisi Yesus yang tersalib. Dan lalu berkata, 'Yesus Kretus, Yesus Kretus......'.

Agama dikenal lewat simbol. Dari simbol ke ajaran. Dari ajaran, ke iman. Dari iman, ke penghayatan. Dari penghayatan, ke ................. hidup baik.

Selamat meng-usahakan 'hidup baik'.

Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Maret 08, 2009

Polisi

"Polisi Tegas & Humanis."
dibangun melalui Pemolisian dengan Cinta Kasih
(Policing with Love)**


Satu:
Bahwa, uap air kemudian menjadi embun. Dan embun itu, menjadi tetes-tetes air, tentulah ada maksudnya.
Bahwa daun-daunan, tumbuh menjadi hijau. Dan daun itu kemudian menjadi kering. Serta ketika kering, lalu jatuh ke bawah, tentulah ada maksudnya. Tuhan menciptakan hal seperti itu. Penciptaan macam itu memang punya maksud tertentu.

Dua:
Di dunia terdapat berbagai negara.
1. Negara terbanyak penduduknya adalah China. Di Negara itu, mayoritas penduduknya ber-agama Budha.
2. Negara kedua terbanyak penduduknya adalah India. Di Negara itu, mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu.
3. Negara ketiga terbanyak penduduknya adalah Amerika Serikat. Di Negara itu, mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen-Protestan.
4. Negara keempat terbanyak penduduknya adalah Indonesia. Negara kita tercinta. Dalam negara Indonesia tercinta ini, mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
5. Negara kelima terbanyak penduduknya adalah Brasil. Di Negara itu, mayoritas penduduknya memeluk agama Katolik.

Mengapa bisa demikian, tentulah ada maksudnya. Itu semua tentu dikehendaki oleh Sang Pencipta, Tuhan Allah, Penguasa Semesta alam. Tuhan menciptakan manusia, dengan berbagai suku, bangsa, bahasa. Di sinilah pluralisme. Tuhan menciptakan keanekaragaman. Tuhan menghendaki pluraslisme itu.

Untuk apa. Agar satu sama lain hidup berdampingan, bekerjasama, membangun persaudaraan, hidup bersama, membangun kedamaian.

Tujuan Tuhan menciptakan manusia, adalah untuk hidup bersama dalam kedamaian. Untuk itulah, maka tak ada alasan untuk berseteru satu sama lain, konflik satu sama lain*.

Tiga:
Tuhan Allah meruntuhkan Menara Babel(Kej 11:4). Sesudah keruntuhan menara itu, manusia menjadi beraneka ragam bahasanya. Tersebar ke aneka penjuru bumi. Pesan Kitab Suci, tak lain adalah agar manusia rendah hati di hadapan Allah. Tak congkak di hadapan Allah. Juga tak congkak di hadapan sesamanya. Dalam perbedaan, masing-masing diminta untuk saling bekerjasama, sebagai umat Allah. Pluralisme, ternyata memang sudah dari 'Sono-Nya'. Keadilan & kedamaian dalam hidup bersama, adalah hakekat yang dikehendaki sang pencipta.

Empat:
Keanekaragaman, perbedaan, kebinekaan, ke-bermacam-macam-an, hitam, putih, kuning, coklat, abu-abu, buras, tinggi, pendhek, mbangir, pesek, mulus, mbekisik, IQ tinggi, IQ sedang, IQ alakadarnya, embisil, ediot, jejeg,miring, sipit, bunder, lurus, brindil, plural, pluralisme, ternyata adalah fakta. Fakta, yang adalah realita, kenyataan yang tak tertolak. Sejak dari 'Sono-Nya'.

Kita diciptakan, dalam perbedaan & dlm ke-anekaragam-an.
Di sana kita, dipanggil untuk membangun damai, kesejahteraan.
Dalam kebersamaan. Bukan membangun per-seteru-an.

Bineka Tunggal Ikha.
Hidup...........................! P a n c a s i l a.

Selamat hidup bersama. Membangun damai, tentunya.
Ternyata, itulah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

(peserta doa bersama perwakln Kab. Banyumas)

*antara lain butir-butir sambutan Kapolda Jateng, Bp Alex Bambang Riatmaja, dalam doa bersama di halaman Pol-da Jateng, 26 Febr '09 lalu.
**Tema pertemuan, doa bersama antar pemuka agama & tokoh masyarakat, di halaman Polda Jateng.

Barangkali kita perlu lebih jeli membedakan istilah "negara berpenduduk terbesar" dengan "negara berpenduduk terpadat" di dunia.
Menurut laporan the United Nations World Prospects Report edisi bulan Juli 2005, ranking lima (5) negara dengan penduduk terbesar atau terbanyak di dunia ini adalah:
(1) China: 1.323.324.000;
(2) India: 1.103.371.000;
(3) Amerika Serikat (USA): 305.825.000;
(4) Indonesia: 222.781.500;
(5) Brazil: 186.404.900.
Sedangkan ranking lima (5) negara dengan penduduk "terpadat" di dunia ini adalah:
(1) Monaco: 16.754 orang/km2;
(2) Singapura: 6.336 orang/km2;
(3) Gibraltar: 4.654 orang/km2;
(4) Vatican: 1.866 orang/km2;
(5) Bahrain: 1.454 orang/km2.
Mungkin yang cukup membanggakan hati para politisi dan pemimpin nasional kita adalah bahwa Pulau Jawa merupakan salah satu pulau terpadat di dunia, dengan jumlah penduduk sebanyak 107 juta; serta dengan kepadatan penduduk Pulau Jawa sebesar 810 orang/km2.(by Wisnu Rstk)

Jumat, Maret 06, 2009

Pasar & Altar


Dalam berbagai ceramah, & bukunya, alm Rm Mangunwijaya kerap mengangkat konsep hidup ber-iman, berpolakan 'antara iman & pasar'. Demikian pula, Budayawan, Rm Mudjisutrisno SJ. Kerap menyebut tema yang sama.

Dalam buku yang berjudul, ' Beriman Katolik, dr Altar sampai Pasar', Rm Didik Bagiyowinadi, juga mem-bahas perihal ber-iman yang real, yang mendarat di hidup harian.


Memang, iman musti di-ungkap-kan. Tapi juga harus di-wujud-kan. Diungkapkan dalam kegiatan liturgi sekitar altar. Diwujudkan dalam dunia real. Dunia nyata. Dunia yang berkaitan dengan soal-soal IPOLESOSBUDHANKAM( Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan & keamanan ).

Demikian juga, maka iman juga dihayati dan diperjuangkan dalam kegiatan-kegiatan sekitar PEMILU. Baik Pemilu Legislatif, DPD, maupun Presiden.

1. Di Purwokerto, pernah terjadi, seorang gadis dibawa pergi oleh seorang pria yang sudah ber-istri. Ternyata, gadis itu di-perkosa, digagahi. Sebelumnya, dicekoki minuman bersuplemen-ber-energi, agar setengah sadar, namun tak mati. Dalam alam mulai seratus persen sadar, si gadis di bawa pulang setelah mendapat perlakuan tak manusiawi--'digagahi'. Katanya, menurut si gadis dalam investigasi, dalam perjalanan pulang, si pria 'peng-gagah' sempat berhenti di sebuah tempat sembahyang. Di sana si-'penggagah' sempat melaksanakan doa salah satu dari doa lima waktu. Altar, tak gathuk dengan pasar.

2. Di tepian selokan, anak Sungai Serayu, dibangun sebuah tempat ibadah megah. Dengar dari tetangga sana-sini, salah satu sponsor penyumbangnya, seorang pengusaha obat ramuan tradisional 'illegal', yang membahayakan kesehatan. Altar, tak gathuk dengan pasar.

3. Dalam saresehan tentang doa-hening, awal Maret lalu, Rm Than Thian Sing MSF, meng-ingatkan, 'doa baru bermakna jika diimbangi dengan perbuatan nyata'. Dia ambil contoh, 'Banyak orang berduyun-duyun pergi ziarah ke tanah suci. Baik lokal, maupun luar-negri. Tapi, itu tak ada bobotnya, jika hidup dengan sesama tidak adil. Dengan pembantu semena-mena. Nggosip tetap jalan terus. Bertingkahlaku tak menghargai Hak asasi sesama, hakasasi manusia. Hidup harian tak selaras dengan 'cinta Kristus'.' Altar, mesthi gathuk dengan pasar.

Bacaan Minggu ini, Mrk 2:9-10, menceritakan, Yesus mengajak tiga muridnya naik ke atas gunung. Masuk dalam suasana kemuliaan. Dalam suasana itu mereka melihat gambaran siapa Yesus itu sebenarnya. Ternyata, dia adalah Sang Mesias. Sungguh Allah. Inilah salah satu bentuk perwahyuan. Sesudah merasakan mulia, mereka tak mau turun. Ini sebuah peristiwa altar.

Altar musti gathuk dengan pasar. Maka Yesus mengajak ketiga murid itu, untuk turun gunung. Turun ke dunia nyata, pasar. Untuk apa. Untuk mewartakan, sebenarnya siapa to Yesus itu. Sebagaimana mereka alami.
Tak hanya itu, di dunia nyata, pasar, warta akan yesus dimaknai. Ajaran Yesus, diwartakan untuk kemudian diharapkan 'dihayati'. Menjadi semangat hidup. Hidup real yang digarami, disemangati dengan ajaran-ajaran Yesus. Di sinilah terjadi 'spiritualitas'. Spirit=semangat. Spiritualitas=Yang menyemangati. Hidup ber-spiritualitas=hidup riil yang disemangati ajaran Yesus.

Altar, memang harus gathuk dengan pasar.
Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Dunia spiritual, mesti konek dengan dunia real, dunia nyata(Ipoleksosbudhankam)


Selamat hidup ber-spiritual.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Maret 05, 2009

App & Politik




Syalom, Wilujeng, Rahayu.


Pada sebuah pertemuan, ada pertanyaan evaluatif tentang kegitan Aksi puasa pembangunan(APP). Ditanyakan, apa hambatan-hambatan dan tantangan APP.

Hambatan kegiatan app, bisa dikategorikan dua kelompok:
Satu, ketika di paroki Kroya, saya selalu datang jika ada undangan atau ada pemberitahuan pertemuan APP. Tapi, ke-rajin-an hadir dalam pertemuan itu malah dipersepsi sebagai 'mayeng-mayeng'. Malah dilaporkan lagi. Ini kategori hambatan internal.

Dua, beberapa kegiatan amal-saleh yang dibantu dana app, dan bersentuhan dengan masyarakat umum--non kat--, di beberapa tempat di-persepsi, diarani, malah dituduh sebagai gerakan kristenisai. Padatal, tak. Ini kategori hambatan eksternal.


Jadi, kerap, hal persepsi menjadi biang masalah. Tak mengherankan sebenarnya, karena persepsi adalah kegiatan nalar manusia. Levelnya, masih manusia. Maka, sifatnya terbatas. Tingkatan-nya, masih manusiawi. Belum tingkat malaikat. Maka bisa berat sebelah. Bisa sifatnya, subyektif.


Manusia adalah mahkluk multi-dimensional. Penglihatan manusia, terkadang hanya dari salah satu dimensi saja. Dimensi lain tak terjangkau untuk terlihat. Di sinilah terletak keterbatasan. Maka bisa saja salah.

Seorang imam senior di Cilacap, kerap menggunakan isilah 'Persepsi' dalam berbagai pembicaraan. Kata itu menjadi ciri khas, dan di balik kata itu ternyata terkandung rambu-rambu moral sosialitas. 'Kita terlalu mudah ber-persepsi terhadap seseorang. Dan persepsi itu kerap bersifat negatif. Dari ber-persepsi negatif, kita kerap lalu mudah meng-hakim-i seseorang.' 'Hati-hati yaaaaa !, jangan mudah menghakimi orang lain. Nanti kita kita juga dihakimi..........!', katanya.

Dalam pemilu th 2009, terdapat lebih dari tigapuluh partai. Partai politik. Masing-masing menawarkan konsep politik sendiri. Konsep politik hidup bernegara, sebuah cara pandang bagaimana sebuah negara diartikan, dimaknai, dan dikelola. Dus di sini, terdapat persepsi. Persepsi atas sebuah negara, bagamana tata negara dikelola. Politik-pun tak lepas dengan soal persepsi. Persepsi kenegaraan. Persepsi bagaimana sebuah hidup bersama akan dibangun. Sebagai sebuah negara.


App, pemilu, partai-politik, aksi sosial, keg-politik, tak lepas dengan 'persepsi'. Persepsi satu orang, persepsi satu kelompok, persepsi...............
Ustadz Mus.....Bisri dari Rembang, dalam pesan-religiositasnya di Polda Jateng, menegaskan, bahwa, boleh kita ber-partai, ber-golongan, ber-ideologi, ber-persepsi tentang tatanan politik, namun, mbok jangan ngotot. Satu ngotot terhadap yang lain. Maksudnya, memaksakan konsep, persepsinya sendiri pada yang lain.

Selamat ber-persepsi. Tapi, tak usah ngotot.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Maret 04, 2009

Hidup yang sulit, pahit & sakit.



Sebuah malam, Kijang-hijau-dinas sedang pulang dari perjalanan Stasi Wangon, Jatilawang, Kaliwedi, Kebasen. Sekedar mampir di sebuah warung wedang bakul-bakul krosok. Tak terduga & tak sengaja ketemu dengan seseorang. Dan orang itu ternyata,

1. Beberapa tahun lalu pernah menemui saya di Cilacap. Kedatangannya, mengaku sebagai sopir Truk gandheng. Nasib sedang apes. Truk ditahan polisi karena suatu hal. Dan lalu...... Lalu mohon bantuan uang.
2. Ketika di Paroki Kroya, koster memberitahukan, ada seorang tamu, mau ketemu. Mengaku, baru saja dagangannya VCD kapusan, tertipu. Modal habis. Dulu pernah sekolah di SMP PL Solo. Dan lalu....... Lalu mohon bantuan uang.
3. Tiga hari lalu, di jalan dekat bioskop Rajawali, melihat orang itu, dengan membawa tas besar.

4. Malam, awal Maret '09, duduk berjejer membeli wedang. Dia malu, tersipu. Tahu, tapi pura tak tahu. Nampaknya, ingat akan masa lalu.

Ke-empat butir cerita, orangnya sama. Lalu, ...... Lalu harus bagaimana.
Lalu, 'Life must go on !'. Dalam bahasa jawa ada kata 'Nggondhuk'. Artinya mangkel. Mangkel karena diapusi. Diapusi beberapa kali. Oleh orang yang sama.

Lalu....... Lalu berpikir, ber-refleksi.
a. Hidup pancen angel. Kudune ra usah ngomel.
b. Urip kudu tentrem, nyambut gawe karo seneng.
c. 'Yen diapusi !?'. Masa Pra-paska, adalah masa pertobatan. Jika mungkin orang itu diajak bertobat.
d. Hampir mustahil. Alias tak mungkin.
c. Ibu Teresa dalam salah satu doa-nya mengatakan, 'Tuhan aku berusaha merubah apa yang bisa kuubah. Aku menerima apa yang tak bisa ber-ubah.'
d. Yesus mengatakan, 'Cintailah sesamamu, cintailah musuh-musuhmu !'. Ternyata, tak gampang. Nggondhuk terus.
e. Yesus menambah, 'Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu ? Orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. ............... Tetapi kamu, kasihilah musuhmu, dan berbuat baiklah kepada mereka ....!'( Luk 6:27-36 ).

Lalu...........,
Lalu, Tiap kali sedia uang, duapuluhlimaribuan, jaga-jaga, jika ada orang minta bantuan. Jika,
i. Sungguh minta bantuan, ya syukur.
ii. Diapusi, Ya.... uwis. Dililakna. Ikhlas............
Kebetulah, Tak jauh dari Jl, Jen Gatot Soebroto, ada sekolah-sekolah Al-ikhlas.

Selamat bersemangat Ikhlas.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Selasa, Maret 03, 2009

APC-plus

1. Suatu malam, di sebuah warung Nas-gor, berjumpa dengan seseorang. Habis nyantap nasi goreng, dia mengeluarkan dua buah bungkusan puyer, merk 'sem.....'. Dibukanya, lalu di-'untut-nya.
Habis meng-konsumsi puyer itu, dia berkeringat. Dan ketika berkeringat, bercerita bahwa sudah lebih dari 5 tahun, menjadi konsumen puyer. Tiap hari sekurang-kurangnya, harus minum( nguntut ) 5 bungkus puyer. Jika tidak, kepala jadi pening bin pusing. Malah, jika harus berpikir keras, sembilan bungkus-pun dia konsumsi, itu bungkus-bungkus puyer.

2. Di Panjang, BandarLampung, pernah ketemu seorang Ibu, Janda, dengan dua anak. Tiap hari, sehabis makan, dia harus meminum lima butir semacam jamu-obat, kecil-kecil, bundar-bundar. Jika tidak, badan terasa lemes, loyo, tak punya daya. Sayang anak yang pertama, kondisinya, 'embisil'. Nalar & fisik yang tak normal.

3. Di kawasan Sampang - Kebasen, Trail-mot-nas pernah melihat, sebuah rumah mewah besar digrebeg oleh gabungan aparat Kepolisian & Dep-kes-pom. Ternyata, di belakangnya, terdapat kegiatan pembuatan jamu-jamu kesehatan. Dan, katanya, 'ilegal', ber-BKO. Ber-bahan kimiawi dosis tinggi. Membahayakan kesehatan masyarakat.

4. Antara Bumiayu - Tonjong, terdapat bekas pabrik besar, menganggur. Ternyata bangunan itu, dulu pabrik jamu. Pernah bikin jamu palsu dengan ambil merek dari Cilacap. Ter-akhir, disegel polisi, sebagai barang bukti.

Ada kata 'candu'. Ada kata lain pula, 'tagih'. Yang satu, mengandung arti minta. Satunya, mengandung arti 'enak'. Minta karena biasa. Biasa 'enak'. Katanya, 'candu' rasanya enak. Dan karena enak maka ketagihan. Logikanya, badan yang terbiasa 'enak', lalu nagih. Jadilah orang ke-tagih-an. Ketagihan zat. Dan itu zat kimia. Bisa terjadi, karena struktur kimiawi tubuh sudah berubah, terditorsi, diubah oleh zat-zat yang bersifat psikotropika. Jadilah mabok. Bahan enak yang me-mabok-kan.

Selamat, mabok. Tapi mabok 'kebenaran'.............

Wasalam:
-agt agung pypm-