Jumat, Oktober 31, 2008

Kuda Lumping II


Suatu malam, sekitar jam 19.00, saya pulang dari sebuah stage, stasi. Di sebuah lapangan pinggir jalan, ada kerumunan orang. Ternyata ada pertunjukan hiburan, orkes musik. Ada musik instrumental yang di-dendangkan. Kemudian ada lagu pop. Kemudian lagi lagu ber-irama rock. Menyusul kemudian lagu-lagu ndhang-dhut. Memang, di bentangan spanduknya, tertulis 'Konser Rock - Ndhang-dut, Puspitaria'. Penontonnya banyak sekali. Tua-muda, laki-perempuan. Dewasa-anak-anak. Ber-gabung jadi satu lapangan. Ada yang melihat dengan berdiri saja. Ada pula yang berjoget-joget, meliuk-meliuk, mengikuti irama musik ndhang-dhut. Saya termasuk penonton yang 'santun'. Alias berdiri saja, tak ikut berjoget. Menikmati suasana, sambil udut rokok 'Sejati'.

Di sebelah saya, ada sepasang pria-wanita, dengan seorang anak usia SD, klas lima-nan. Mereka melihat pertunjukan musik, sambil makan kacang godhog. Komentar-komentar bermunculan dari si perempuan muda, yang nampaknya si Ibu dari anak kecil. Lagu-lagu yang disuguhkan memang macem-macem. Maka tak heran jika si ibu itu banyak komentarnya. Penyanyi-penyanyinya menyanyikan aneka lagu. Antara lain, 'Bang Toyib, Bumi Makin Panas, Terlena, Dhang-dhut, Kucing garong, dsb'. Juga lagu 'Kuda Lumping'.
Ketika lagu Kuda-lumping mulai dinyanyikan, si Ibu berkomentar, 'Wus..... lagu saru..! Ayo mulih.....!' Tak lama kemudian mereka bertiga menjauh pergi. Mungkin sungguh pulang. Saya tak segera pulang. Tertarik mendengarkan 'Lagu Saru' tadi. Apa ta yang saru itu ?
Ternyata syair-nya begini:


Ada sebuah permainan, Permainan ngeri sekali.

Orang naik kuda. Tapi kuda bohong, Namanya, kuda lumping.
Anehnya permainan ini. Orangnya bisa lupa diri.
Dia makan rumput. Juga makan kacang.
Aduhai ngeri sekali.

Itu kuda-lumping, Kuda-lumping, Kuda-lumping, ..... kesurupan
Itu Kuda-lumping, Kuda-lumping, Kuda-lumping, ......lonca-loncatan.


Awas jangan dekat-dekat. Melihat permainan ini.
Karena akibatnya, bisa berbahaya. Itulah, kuda lumping.

I
tu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, .....?!
Ora kathok-an.
.....--(penontonnya )--
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, .....?! Ora kathok-an.....--(penontonnya )--
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, .....?! Ora kathok-an.. ...--(penontonnya)--
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping....?! ..............
Dst. Dst.

Tak lama kemudian, pulanglah saya. Penat. Sambil ber-trail-ria, pikiran tergerak mengolah komentar si ibu tadi, dan lirik lagu kuda lumping:
1. Kudanya, adalah kuda-lumping.
2. Kuda bohongan, terbuat dari bambu yang di-anyam.

3. .....
Ora kathok-an......
4. Kuda-kudaan, terbuat dari bambu, ora kathokan...!!!!! Apa sing saru...?!
______________________

Saru atau tidak-nya sesuatu, lebih ditentukan oleh pikiran orang yang melihat.
Porno atau tidak-nya sebuah obyek, lebih tergantung dari otak manusia.

Pikiran kotor, apapun jadi kotor.
Pikiran saru, apapun jadi .........
Di sini iman menjadi pengendali
Di sini ajaran agama menjadi filter.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com

Bu Rudi & Kuku Bima TL

Syalom. Wilujeng sonten. Rahayu-rahayu-rahayu.

 1600time004
Di katedral saya ketemu lagi dengan Ibu Rudi Roosali, bendahara paroki, pemilik Hotel Rosenda Baturaden. Suaminya, dr Paulus Rudi Roosali, pernah menjabat direktur RS Elisabet Purwokerto.

Beberapa waktu yang lalu, keluarga ini pernah memelihara anjing berbulu panjang. Namanya, Zena (Lafal Jawa: Seno). Sebelumnya juga pernah mempunyai sepasang anjing sejenis "Kikik". Kecil-kecil dan lucu. Sepasang anjing laki dan betina ini, dimasukan dalam satu kandang. Dengan maksud, agar menghasilkan keturunan. Namun, tunggu punya tunggu, anjing betina tidak hamil-hamil. Padahal setiap kali juga memadu kasih asmara.

Pak Rudi mencari cara, bagaimana supaya bisa beranak anjing itu. Dia iseng, mencoba-coba metode penyuburan anjing. Saat itu produk Jamu Sido Muncul Kuku Bima TL, sedang diperkenalkan pada publik. Pak Rudi membeli jamu itu. Lalu diseduhnya. Diminumkan kepada anjing-anjing miliknya. Prioritas anjing yang jantan.

Tak berapa lama, si anjing betina hamil. Beberapa bayi anjing-pun lahir. Tentu berkat Jamu Sida Muncul Kuku Bima TL. Ini keyakinan Pak Rudi & Bu Rudi.

Seorang Dokter senior-pun percaya, pepatah: "Manusia berusaha. Tuhan menentukan." Nah, di situ ada iman. Di situ ada kepercayaan.

Wasalam:
- agt. agung pr. -

Kamis, Oktober 30, 2008

Sakit. Antara kodrat, musibah & nasib.

Dalam masa per-alih-an dari musim kemarau ke musim hujan, dan dalam situasi krisis ke-uang-an global, banyak orang jatuh sakit. Tak terkecuali pula para pelayan pastoral, nota bene, pastor-pastor. Malah ter-akhir, Monseignour Sunarka SJ, Uskup Keuskupan kita juga jatuh sakit. Kata dokter, jantung & rongga parunya, ada masalah.

Berangkat dari situasi sakit, teringatlah renungan dari seorang pastor medior pada sebuah pertemuan pendalaman iman. Sakit, tentu tak lepas dari rasa 'derita'. Siapa yang terkait dng si sakit', terkena imbas-nya. Keluarga, kenalan, dsb, jadi turut 'menderita'. Bagaimanapun rasa 'derita' tentu tidak enak. Tak enak di fisik. Juga tak enak di psikis. Lahir-batin, semua jadi sakit. Itulah realitas manusia. Tak tertolak. Tak terhindari. Pahit memang.

Pastor medior menjelaskan pula, bahwa, sakit bisa disebabkan oleh 4 causa-prima. Atau empat asal-usul.
  1. Pertama, Sakit disebabkan oleh badan yang rusak. Badan adalah material. Jadi material manusia rusak. Bisa karena tua, bisa karena akibat force majour, misal tabrakan. Bisa juga karena bibit penyakit, kuman, virus, baksil, kruma, kanker, dsb.Bisa juga karena racun, narkoba, nikotin, alkohol, salah-obat, dsb.
  2. Ke-dua, Sakit badan, fisik, bisa di-akibat-kan oleh psikis yang sakit. Jadi, jiwa yang sakit menyebabkan badan jadi sakit. Psikosomatis, depresi, stress, antara lain contohnya.Gangguan jiwa, atau orang gila, termasuk pula di antaranya.
  3. Ke-tiga, Sakit, bisa disebabkan juga oleh ulah orang lain. Tenung, santet, guna-guna, antara lain contohnya.
  4. Ke-empat, Sakit, bisa juga karena ulah setan. Kesurupan, ndadi, antara lain contohnya.
  5. Ke-lima, K - ISI - DWDW
Gusti Yesus pernah menghadapi, orang kesurupan, dan lalu mengusir roh-jahatnya. Gusti Yesus pernah berhadapan dengan Lasarus, yang telah beberapa saat mati. Gusti Yesus pernah menghadapi orang sakit kusta. Gusti Yesus sendiri mengalami tubuh-fisiknya, rusak, hancur akibat di-ani-aya, di-pala-sara untuk disalib. Dia mengalami kodrat-kemanusiaan. Gusti Yesus pernah mengalami sakit. Mengalami derita salib.

Tuhan kuatkanlah kami me-nyehat-kan fisik & mental kami. Sehatkanlah juga Rekan-rekan & Monseignour kami. Agar bisa meneruskan peng-abdi-an kami. Untuk memuliakan namaMu. Men-jalan-kan tugas per-utusan-Mu.

Wasalam:
-agt agung pyppm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com

Rabu, Oktober 29, 2008

Kelur Masuk, Mesin harap dimatkan....!


Suatu sore, tak sengaja saya lihat situs-internet berjudul '80-an. Ternyata isinya berkisar apa saja yang menarik & populair di era tahun 1980-an. Ada di sana ttg mobil, musik, tren, gaya, dsb.

Berangkat dari hal itu melayanglah ingatan ke masa 80-an: Lagu-lagu agak berwarna melankolis, Penyanyi Dian Pieshesha, model celana panjang bogie. Terbayang pula peristiwa-peristiwa dan kawan-kawan era 80-an.

Di sekitar tahun-tahun itu, asrama masih merupakan tempat kediaman. Adalah seorang kawan yang serius hidupnya. Tegas, tapi agak kaku. Serius, tapi sedikit emosional. Tak apa. Itulah ciri khas masing-masing manusia. Suatu sore, sang kawan sedang belajar, mempersiapkan Iudisium, alias Ujian akhir. Saat-saat demikian adalah rawan. Pikiran kenceng. Hal kecil bisa jadi luar-biasa besar. Ketika itu, sang kawan sedang belajar serius. Dus membutuhkan ketenangan. Di saat sedang kondusif demikian, adalah kawan lain yang pulang ke asrama dari bebergian. Naik motor. Semestinya, motor diparkir di tempat parkir. Tapi ada kebiasaan khusus, beberapa diparkir di ruang cuci.

Jalan dari luar rumah ke ruang cuci, berupa gang kecil, melewati kamar-kamar. Semestinya, dan etika-nya pula motor yang lewat dituntun, dan tentu saja dimatikan mesinnya. Tetapi --mungkin cari praktis & enaknya-- kawan yang baru pulang bepergian, tetap menaiki sepeda motor itu, dengan mesin yang masih hidup, dan lalu lewat gang itu untuk masuk ke ruang cuci. Tentu geberan gas juga menggema, karena harus naik undhak-undhak-an kecil, dari tanah ke atas lantai. Hal demikian tentulah menimbulkan kegadhuhan. Dus mengusik orang belajar.

Apa yang kemudian terjadi. Si kawan yang sedang belajar, naik emosinya. Dengan tak banyak omong, dia keluar kamar, lalu langsung nulis dengan spidol besar, di tembok pintu masuk, yang ketika itu masih berwarna putih bersih. Dengan muka mucu-mucu, warna amarah, dia menyusun tulisan:
'KELUR MASUK, MESIN HARAP DIMATKAN....!' Habis nulis, tanpa kata apapun dia langsung masuk kamar lagi. Sambil menutup pintu, setengah agak dibanting.

Selesai peristiwa itu, beberapa kawan datang. Mengamati tulisan baru di dinding. Beberapa tersenyum. Yang lain lagi tertawa, terbahak-bahak. Ada yang mencoba meniru tindakan menulis, sambil mengucapkan, mengeja & berusaha menangkap pesan-artinya: KELUR MASUK, MESIN HARAP DIMATKAN...!'

Sesudah agak lama, tertangkaplah pesan imperatifnya: 'Keluar masuk, mesin harap dimatikan.....!'
Itu yang dimaksud. Dan, ha...ha....ha.... Tertawa & tertawa.
Jadi ternyata, kurang huruf 'A', untuk kata KELUAR. Dan kurang huruf 'i', untuk kata DIMATIKAN.
_____________________________
Yang terjadi, adalah tulisan: --Kelur masuk, mesin harap dimatken...!'--.
Padahal khan seharusnya, 'Keluar masuk, Mesin harap dimatikan...!'.
Mengapa bisa terjadi ?!
Penyebabnya adalah.........ditulis dlm kondisi, n e s u. Alias emosi.

Sebuah keputusan penting, bisa keliru.......,
jika diputuskan dalam suasana hati emosional,
jika hati sedang tidak consolatif. Hati yang tergesa-gesa.
Di sinilah diperlukan, pembedaan roh, discerment. Keheningan.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:

-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com

Selasa, Oktober 28, 2008

Kuda Lumping

Di dalam pertunjukkan musik, --baik itu organ-tunggal, campur-sari, ndhang-dhut--, yang lalu menjadi ciri khas adalah, selalu ada permintaan dari penonton, lagu yang berjudul 'Kuda Lumping'. Lagu itu dikarang oleh R.H. Oma Irama. Aslinya, dinyanyikan oleh Elvie Sukaesih.

Ada suatu permainan. Permainan unik sekali.
Orang naik kuda,
tapi kuda bohong, namanya, kuda Lumping.
Aneh-nya permainan ini, Orang-nya bisa lupa diri,
Dia makan rumput, Juga makan kacang, aduhai, ngeri sekali.

Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, kesurupan,
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, loncat-loncatan.

Awas, jangan dekat-dekat, Melihat permainan ini,
Karena akibatnya, bisa berbahaya, Itulah, kuda-lumping.

Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, ......kesurupan,
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, ......loncat-loncatan.
________________
Ada seorang umat, berprofesi sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur. Orangnya, cakap, kapable, inteligible. Yang jelas dia mumpuni untuk tugas dinasnya, pengajaran. Sayang, belum lama terkabarkan, bahwa dia harus keluar dari tempat kerjanya, gara-gara ......... Gara-gara kuda-lumping.

Ceritanya, --ibaratkan saja-- dia senang permainan kuda-lumping. Ketika di lingkup kerja, kerap terjadi omong-omong antar kawan. Tentang mereka sendiri dan juga kadang tentang 'Bos'-nya. Tak soal, omong-omong positif biasa terjadi. Agak nyrempet negatif --sbgmn diistilahkan 'ngrumpi'--, juga biasa. Sesuatu yang sebenarnya biasa.
Namun umat itu jatuh dalam -pola bicara- dan lalu biasa melihat orang lain, dari kacamata 'Kuda lumping'. Kawan-kawan-nya sudah ter-biasa, dan sudah tahu perihal kacamata Kuda-lumping itu. Mereka tak ambil pusing.

Namun sayang, kali itu yang terkena standarisasi kuda-lumping, adalah Bos-nya. Sekali, tak terjadi apa. Dua kali, tak apa juga. Namun, ketika pada peristiwa hitungan ke-tiga. Tergerak-lah boss-nya, untuk meng-usut perihal 'Kuda Lumping'. Bos-nya, tak rela, jika dilihat dan lalu disimpulkan negatif --atau jelek-- hanya karena tak suka permainan kuda lumping.

Tindakan praksis-apes terjadi. Si umat itu harus mundur dari tempat kerjanya. Hanya gara-gara 'Kuda Lumping'. Dia di-mundurkan. Karena 'ke-utama-an Kuda Lumping', yang terlalu kenceng.

____________________________
Memang, Tiap orang musti punya penghayatan 'kesalehan' pribadi.
Tapi, tak harus memaksa orang-lain, agar berpenghayatan yang sama.
Masih ada jenis permainan lain: dakon, petak-umpet, bekelan, jethungan, lompattali, dsb. Tak semua harus kuda-lumping.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-



Senin, Oktober 27, 2008

Pro - Tap




Suatu saat, dalam sebuah perjalanan, saya ngrangkep dadi sopir mobil berjenis L-sapek. Alias L-300 Mitsubhisi. Penumpangnya, beberapa di-antaranya suster-suster rohaniwati. Ada seorang suster-sepuh, yang sepanjang perjalanan berguman, omong sendiri, Siji, Loro, Telu, Papat, Lima,.......dst-dst. Setiap ganti kota terlampui, bilangangan-nya selalu mundur, kembali dari angka satu lagi, Siji, Loro, Telu, papat,... dst. Ternyata apa ? Dia menghitung gelandangan & pengemis di pinggir-pinggir jalan.

Setelah saya tanyai, dia memberikan alasan atas kegiatannya itu --menghitung pengemis & gelandangan--. 'Itulah satu-satunya yang bisa saya lakukan untuk mereka', ujarnya. 'Tak ada lain yang bisa saya buat untuk para kaum tuna-wisma itu. Di biara, juga tdk. Di tempat kerja saya juga tidak. Maka kalau saya berjalan, saya selalu mencoba menghitung mereka, Siji, Loro, Telu, ......' Di situ saya memberi perhatian kepada mereka. Sekaligus lalu saya men-doa-kan-nya.'

Setelah sampai tempat tujuan, suster sepuh itu menambahi ceritanya lagi. Kerap, jika dia habis menghitung gelandangan & pengemis, tak lama kemudian, ada orang menyumbang, biasanya uang. Si donatur meminta agar bantuan itu untuk orang-orang yang membutuhkan. Suster sepuh diminta untuk mengelola & mendistribusikannya.
______________
Perhatian kepada orang yang lebih menderita, ternyata banyak ragamnya. Dan bisa macem-macem wujudnya. Ada yang kecil. Ada yang besar. Ada yang langsung-ada yang tak langsung.
Tiap orang bisa melakukan-nya. Tiap orang tak harus sama bentuk-kegiatan-nya.

Terimakasih Suster-sepuh, atas kesaksian-mu. Terimakasih Gusti Yesus Kristus, atas ajaran-ajaranMu, 'kasihilah sesamamu.......'


Syalom. Wilujeng enjing. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com

NB: Pro-tap = prosedur tetap





Minggu, Oktober 26, 2008

Meng-'Klakson' di atas Sungai Serayu


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Di sebelah selatan Pasar Patikraja, Banyumas, ada sebuah jembatan di atas Sungai serayu. Jembatan itu sempit, karena bekas jalan kereta-api, yang dijadikan jalan raya, dengan di-aspal. Untuk kendaraan roda empat kecil, harus lewat bergantian. Mobil ukuran kecil, jika berpas-pasan dengan sepeda-motor, atau malah becak harus hati-hati betul. Sebuah mobil panther misalnya, untuk menyalib sebuah sepeda angin, harus extra hati-hati. Atau, malah tidak perlu menyalib, untuk tidak terjadi kecelakaan.

Belum lama terjadi, seorang perempuan naik sepeda angin. Di boncengan-nya dipasang keranjang bambu, untuk membawa belanjaan pasar. Ujudnya kotak, berposisi menggelantung di boncengan sebelah kanan dan kiri. Ketika itu, si wanita-bersepeda-berkeranjang melintas di jembatan tersebut. Pulang dari pasar, kembali ke desa-nya. Bisa dimengerti kecepatan sebuah sepeda seperti itu, tak secepat kendaraan ber-motor, entah sepeda-motor, entah mobil. Maka untuk lewat harus antri. Di belakangnya berjalan pula sebuah mobil. Mesti-nya, jalan-nya juga pelan. Dan demi keselamatan lalu tak usah menyalib. Namun si sopir --mungkin tak sabar, atau tak berpikir panjang--, dibunyikanlah klakson mobilnya, persis di belakang perempuan bersepeda keranjang. 'Thiiiinnn !'. Hanya sekali Thinnnn. Tak lebih. Si perempuan-bersepeda-keranjang itu, kaget..... Terkejut, terperanjat. Karena perempuan itu seorang wanita yang lugu, tak sekaliber pembalap motor-cross, maka olenglah dia bersepedanya. Gubrakkkkk...! Sepeda terjatuh, tersangkut di pagar besi jembatan. Namun tak pelak, apa yang terjadi kemudian, si perempuan itu jatuh ke sungai serayu. Yang ketika itu airnya pas coklat dan dalam. 'Kelotek....Byurrrr....' Seketika juga tubuhnya tertelan air yang dalam. Langsung tak kelihatan. Si perempuan hilang tenggelam. Dia tak bisa berenang.

Beberapa hari kemudian, tubuhnya baru ditemukan di bagian lain sungai itu. Tubuhnya, sesudah tenggelam, lalu hanyut. Dia tewas karena tenggelam. Si kecil mati, si besar urusan polisi. Nyawanya meninggal dunia. Sayang memang. Peristiwa itu semestinya tak perlu terjadi, seandainya.......

Berhadapan dengan orang kecil, terkadang memang harus s a b a r. Sabar tenan.
Sebaliknya,
Berhadapan dengan orang besar, orang kecil-pun juga harus p e r c a y a - d i r i.

Wasalam.

-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com

Jumat, Oktober 24, 2008

The dog boys generation



Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Pada sebuah kesempatan, beberapa tahun yang lalu, Alm Rm Giles SJ, biasa disebut Gilarsa, mengutarakan betapa beragam dan semakin aneh-aneh-nya hidup manusia. Salah satu di antaranya, dia menunjukkan sebuah gambar. Di gambar itu ada tembok rumah yang bertuliskan "The dog boys generation".

Dari item pembuka itu di ajaklah kami --termasuk saya-- masuk pada pembahasan tentang 'Sex' dan 'Sexulitas'. Apa bedanya. Apa kesamaanya. Dan mana pula titik-titik singgungnya. Mana pula yang kerap membuat manusia terjerembab dalam pusaran persoalan yang ruwet-bundhet.

Ki Hadi Sugito, dalang wayang kulit dari Toyan Wates yang telah almarhun di malem satu suro, pernah menyanyikan tembang. Yang ditokohkan sebagai penembang adalah Bagong, alias Bawor:
'Wong yen lagi gandrung, ra perduli bledhose gunung.
Wong yen lagi naksir, ra perduli yen perang nuklir.
Nadyan lagi bokek, direwangi nrethek-nrethek.
Jarene wis jodho, apa-apa duweke wong loro.
Ref I:
Irung mbangir, duweke sapa dhik ?.
Irung mbangir ya duwekmu.!
Janggut nyanthis, duweke sapa dhik..?
Janggut nyanthis ya duwekmu.
Bangkekan-ne, duweke sapa dhik..?
Bangkekane ya duwekmu..!
Iki-piye, iki-piye dhik...?
Mesthine, ana sing nduwe....
Iki piye dhik.!? Mesthine ana sing nduwe....
Iki piye, iki piye dhik !?
Apa apa-apa duwek-e wong loro...

Wong yen lagi gandrung, ra perduli bledhose gunung
Wong yen lagi naksir, ra perduli Yen perang nuklir.
Nadyan ra duwe dhuwit, direwangi kredat-kredit,
Jarene wis jodho, apa-apa duweke wong loro.

Ref II:
Dhuwur wudel duweke sapa dhik.?!
Dhuwur wudel ya duwek-mu.
Dhuwur dengkul, duweke sapa dhik..?
Dhuwur dhengkul ya duwekmu.
Ngisor wudel, duweke sapa dhik....?!".
Ngisor wudel ya ........!!!!???
Lalu si Bawor nyanyi keras sekali, spt orang berteriak, 'Iki piye. Iki piye dhik. Iki piye dhik. Iki piye, iki piye dhiiiiiiik. Embuh dhik. Wegah dhik. Saru dhik. Ning gelem dhik....' 'Woooowwww, semprul bagong kiye..! Ya pada wae...', ujar Petruk & Gareng.
Ternyata Sex, adalah persoalan wilayah, antara ndhuwur dhengkul dan ngisor wudel.

Rm Gilarsa, menerangkan, bahwa sexualitas lebih luas daripada itu. Sexualitas, meliputi wilayah dari rambut kepala sampai ujung jari kaki. Di situ terletak hal-hal kepriaan, kewanitaan, sifat, perilaku, reproduksi, dsb-dsb. Di situ juga berperan yang namanya, Hati nurani, pengendalian diri, penghormatan, dsb-dsb.

Seorang pastor senior, dalam salah satu retret mensharingkan, 'Jangan merasa kuat dalam soal sex. Karena lalu bisa me-nyepele-kan perkara. Karena bisa lalu bermain-main dengan sex. Dan lalu mempermainkan partner sex. Di situ orang mudah jatuh. Sekali merenggut. Kita ter-renggut. Oleh yang namanya 'Sex' itu.

Terimakasih pastor Gilarso. Terimakasih pastor senior.

Wasalam:

-agt agung pyppm-

Kamis, Oktober 23, 2008

Tsunami & Rm Hadi

Syalom. Wilujeng sonten. Rahayu-rahayu-rahayu.

Minggu 16 Juli 2006, saya seharian melakukan pelayanan ke Stasi Karang-anyar dan Bugel. Dua buah stasi berposisi antara Pulau Jawa dan Pulau Nusakambangan. Sebagaimana biasa, sebelum dan sesudah Ekaristi, saya gunakan untuk mendengarkan berbagai persoalan umat. Dari soal ekonomi, politik pedesaan, sampai soal lingkungan hidup-- nota bene soal Segara Anakan yang kian menyempit, mau habis jadi daratan.

Segara anakan mengalami pendangkalan terus, tak lama akan jadi daratan. Belum lama di segara itu, selama 3 jam saya pernah terkatung-katung karena perahu kandas, saking cetheknya laut. Saat itu sedang terjadi polemik, tentang rencana penyodetan Sungai Citandui. Pro dan kontra. Umat katolik-pun jadi ikut terpecah. Masalahnya, sekitar 12 sungai, besar kecil antara wangon - Sidareja-Kalipucang, semua menyatu masuk sungai Citandui. Akibatnya, muara sungai Citandui, Plawangan terus mendangkal dan menyempit. Dan karena penyempitan muara sungai itu, Kabupaten Cilacap bagian barat selalu terendam banjir jika terjadi hujan. Sekalipun hujan itu tak lama, atau kecil saja. Karena air dari dari 12 sungai itu tak bisa segera terbuang ke laut.

Ketika Pemerintah pusat ber-rencana melakukan penyodetan guna, pertama, menyelamatkan Segara Anakan. Kedua, agar Kabupaten Cilacap bagian barat tak selalu terendam banjir. Warga sekitar pangandaran menentangnya. Alasannya, sektor wisata Pangandaran & perikanan terancam. Tokoh kontra adalah seorang wanita pengusaha ikan Pangandaran, asli Temanggung. Karena modal-kuatnya, masyarakat pangandaran dan sebagian Kampung laut diajak menentangnya. Tak pelak, umat saya banyak juga yang ber-pro ke sana. Bahkan pada suatu Ekaristi, banyak yang tak datang, karena pada diajak demonstrasi ke DPR Jkt. Sebagian di-naik-kan bis. Sebagian --yang tokoh-tokoh-- dinaikkan pesawat. Pulang mereka masih di-sangoni Rp 50 ribu.

Selesai misa di Bugel, sambil pulang naik Trail, saya tercenung: 'Ketika banjir melanda Kab. Cilacap bag. barat, banyak pihak pada menolong, termasuk Gereja Katolik.. Tetapi selama air di muara Citandui itu njendel, karena pengendapan lumpur, dan tak ada jalan air untuk lancar ke laut lepas, selama itu pula genangan banjir akan terus terjadi. Satu-satunya solusi adalah pembuatan kanal baru, alias penyodetan. Proses AMDAL sebenarnya sudah dilakukan oleh UGM dan salah satu Universitas terkenal Bandung. Minus-malum pemecahan yang terbaik adalah penyodetan. Namun apa daya, kalah dengan masyarakat yang terprovokasi. Akhirnya, umat saya sebenarnya, lalu malah bunuh diri sendiri. Dus akar masalah sebenarnya lalu tak terpecahkan.

Sambil ber-trail pelan, hati saya mangkel. Mangkel sama keadaan. Dan juga menggugat, 'Kalau begini apa artinya, Gereja katolik juga bersusah-payah ikut membantu korban banjir'. Dan ketika hati ber-rasa tak enak, saya bicara dengan diri sendiri berwarna umpatan,'Biar kalau tak untung, Pangandaran itu bisa kena Tsunami seperti Aceh.....'

Sore, saya beli pecel lele lamongan, terus tidur karena capek. Hari-nya adalah Minggu 16 Juli 2006. Esok paginya, senin 17 Juli, saya ber-aktivitas spt biasa di pastoran Cilacap, buat catatan mingguan. Tak ter-nyana, sekitar pukul 15.25 terdengar berita dari TV NHK Jepang, bahwa pukul 15.19 baru saja terjadi gelombang Tsunami di Pantai Pangandaran. Ratusan orang dikabarkan hilang. Situasi tak keruan.

Mendengar berita itu, hati saya menjerit, 'Tuuuuuhaaaaaaannnnn.... apa artinya ini...?!' Lama saya terdiam. Cukup lama. Melayang ingatan ke umpatan kemaren sore: "Biar kalau tak untung, Pangandaran itu bisa kena Tsunami seperti Aceh....'. Ternyata umpatan saya sungguh jadi kenyataan. Tentu bukan karena umpatan itu, musibah terjadi.

Beberapa hari sesudah peristiwa itu, saya pergi rebon. A.l mampir ke Pastoran Pemalang. Makan bersama Rm Vincent Suranto dan Rm Hadisiswoyo MSC. Saya ceritakan pengalaman tgl 16 Juli --gundahan, tepatnya, umpatan saya--, dan kejadian tgl 17 Juli--kejadian tsunami Pangandaran. Mendengar kalimat-kalimat saya Rm Hadi menghardik, 'Hati-hati kalau bicara itu.......'.

Atas teguran Rm Hadi, saya tersadar bahwa bagaimanapun peristiwa Tsunami itu musibah. Dan musibah adalah bencana. Bencana itu memakan korban nyawa. Tak satu dua, malah ratusan..... Belum lagi yang kacau karena kehilangan ini-itu. Saudara, rumah, ladang, makan, pakaian, dsb-dsb. Memang bagiamanapun manusia musti berbela-rasa. Compasion. Ikut, terlibat sehati, seperasaan dengan saudara yang menderita. Di sini terletak kata S o l i d a r i t a s.

Terimakasih Rm Hadisiswoyo MSC, atas teguran-mu.....
Selamat Ulang-tahun. Selamat ulang-tahun.


Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com

Teologi Kecil dari Gentawangi

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Pada sebuah pendalaman iman, --atau pelajaran agama tepatnya--, di Gentawangi, saya bertanya pada umat yang hadir, 'Apa bedanya Kristen Katolik, dengan agama-agama lain, terutama kristen-protestan. Sesudah pertanyaan dilontarkan, lama tak ada yang jawab. Nampaknya, ini indikasi bahwa pengertian umat ttg kekatolikan masih harus lengkapi.

Untuk sampai pada pengertian perbedaan itu, saya ajak mereka untuk menelusuri rentetan anthropologis hidup manusia.


  1. Awal hidup manusia, dimulai dari bayi, menjadi dewasa, tua dan mati. Itulah 4 tahap manusia yang tak bisa diingkari dan tak bisa dihindari. Semua manusia mengalaminya. Maka itu pula yang kemudian di-istilahkan dengan kodrat manusia. Sampai tahap informatif ini, mereka meng-angguk-kan kepala, alias setuju.
  2. Yang merupakan nilai plus agama katolik dibanding yang lain adalah realitas sesudah kematian. Yesus menambahi empat realitas itu dengan realitas ke-lima, yaitu 'k e b a n g k i t a n'.
  3. Karena semangat kebangkitan itulah, para rasul menjadi tidak patah arang sesudah Dia-yesus- tak ada secara badan-wadag di dunia ini. Karena diterangi peristiwa kebangkitan, jadi terbukalah para rasul akan ajaran yesus, --yang disampaikan ketika dia masih hidup bersama-sama dengan mereka--. Iman para rasul inilah yang kemudian kita adopsi sebagai iman kita. Jadi iman kita bersifat rasuli. Asal-usulnya dari para rasul. Lalu mereka saya ajak mengucapkan bersama Syahadat singkat. Bersama-sama dan pelan-pelan.

Dari gereja perdana para rasul muncullah kemudian, Hirarki, Magisterium, Faham Sakramen, penghormatan thd Bunda Maria, dst. yang kemudian membedakan dengan ajaran agama-agama lainnya. Pembicaraan pendalaman iman, lalu membahas tentang tema-tema tadi. Karena melebar ke perbedaan antara Kristen Katolik dengan Kristen Protestan, pembicaraan lalu sampai pada Sola scriptura & sola fide, yang menjadi tekanan gereja-gereja protestan. Umat stasi Gentawangi, minggu-minggu ini sedang menggeluti tema-tema tersebut: Kodrat Manusia( 4 realita ), hirarki, magisterium, Bunda Maria, lalu juga sola-sciptura-sola-fide. Mereka kian mantap menjadi katolik.

Rm Joko Purwanto pr, yang kamis 23/10 ber-ulang tahun adalah seorang katolik. Malah berkaliber imam. Dus tak diragukan ke-katolikannya. Dia menjalani 4 realita manusia itu. Dan dalam hidupnya kini menghayati tema-tema yg sedang didalami umat stasi Gentawangi: hirarki, magisterium, Bunda Maria. Malah menambahi satu lagi, pendampingan keluarga agar semakin terlandaskan pada ajaran kekatolikan. Rm Joko Pur tetap semangat menjalaninya, meski masih dalam proses penyembuhan perutnya.
Dan itu semua dijalani dengan setia, berkat s e m a n g a t - k e b a n g k i t a n.
Kebangkitan adalah penerimaan oleh Allah Bapa ats seluruh hidup Yesus. --- yang lalu juga penerimaan oleh Bapa ats hidup kita, orang katolik Gentawangi--. Karena iman orang katolik pada-NYA.



Selamat Ulang-Tahun Rm Joko Purwanto pr-pwkt. Semoga panjang umur.....!


Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com

Rabu, Oktober 22, 2008

The rust key D-w D-w


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.


1. Antara Magelang - Purworejo, ada rambu-rambu lalu-lintas di tepi jalan, bertuliskan:

'Awas
PRAWAN KECELAKAAN'.


2. Di salah satu pertigaan lampu merah, kota Yogyakarta, ada petunjuk lalu-lintas, bertuliskan begini:

'LUPUS
JALAN TERUS'


3. Di sebuah Bus Mikro, sekitar Kutowinangun, ada keterangan begini:

'Awas Jaga arak........!'

4. Di sebuah Tong sampah, di parkiran tempat ziarah Ambarawa, bertuliskan
begini:
'GUA MARIA KERE
AMBARAWA'


Memang, seperti orang membalik telapak tangan, Manusia dihadapkan hanya pada dua pilihan mendasar, Hidup atau Mati, Sorga atau Neraka. Rahmat atau malapetaka.

Cara pencapaiannya-pun juga hanya dua, Suci atau berdosa, Moral atau a-moral. Ber-moral atau Tak-ber-moral. Monogami atau Poligami, . .....The-rust-key D-w D-w......

Di situlah pentingnya, niat-kuat, komitment, penegasan roh, discerment, discretio, dsb.Tentu musti didukung dengan semedi, renungan, re-koleksi, re-treat, olah pikir & olah rasa. Dan olah-olah.... yang lain.

Wasalam:
-agt agung pypm-
NB:
1. Sebenarnya, bertuliskan, 'Awas Rawan Kecelakaan'. Tangan jahil, menambah huruf P.
2. Sebenarnya, bertuliskan, 'LURUS JALAN TERUS'. Tangan jahil, menghilangkan kaki depan huruf R.
3. Sebenarnya, bertuliskan, 'Awas Jaga Jarak'. Tangan jahil, menghilangkan huruf J'.
4. Sebenarnya, bertuliskan, 'GUA MARIA KEREP AMBARAWA'. Tangan jahil menghilangkan huruf P.
Perbuatan jahil memang bisa membuat 'pesan moral', menjadi 'pesan a-moral'.





Selasa, Oktober 21, 2008

Mata ganti mata.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu- rahayu.

Masih tentang Tante Muria, klien dampingannya Sr Mkl, istri juragan Batik Lasem. Dalam upaya-nya menarik lurus kembali suaminya, yang jatuh mendem taruhan judi sepakbola, Tante Muria sempat stress berkepanjangan. Dalam masa stress, aneka macam perasaan berkecamuk, sedih, mangkel, anyel, dhendam, bingung, putus-asa, dsb. Tak urung juga Tante Muria sempat gelap mata. Nekat. Prinsip kuatnya muncul. Prinsip kuat itu, berupa sikap, 'jika suaminya menghabiskan harta di pasar taruhan-judi--yang berarti itu tindakan negatif, dia juga akan meng-obral hartanya untuk kebaikan--yang penting ada artinya. Dus, menurutnya, positif.

Memang sungguh terjadi, dia jadi loma, murah-hati, banyak menyumbang untuk orang-orang tak mampu. Hasil produk batiknya, a.l. berupa stola, kasula bermotif batik Lasem, dia berikan pada pastor-pastor kenalannya. Juga souvenir-souvenir batik yang lain. Padahal, satu set stola-kasula, tak kurang harganya 500 ribu. Itu diberikannya, secara gratis, tis, tis alias tak bayar. Tapi ya, itu, bener ning ora pener. Manfaat tapi tak tepat. Akhirnya, harta-asetnya- pun makin lama makin habis. Keluarga jadi k-a-c-a-u--- b-a-l-a-u. Keluarga hancur, tergerogoti dari dua pihak, pihak suami maupun pihak istri.

Padha akhir babak, keluarga itu memang kacau, dan hancur. Mengapa itu terjadi, bisa ditebak. Tak lain dan tak bukan, si suami bersikap dan bertindak sak-geleme dhewe. Cari untung ning ora petung. Si istri juga lalu nekad, berbuat kebaikan bermodalkan dhen-dham. Maka ter-amal-kanlah hukum lama: Mata ganti mata, Gigi ganti gigi. Out-put-nya, remuk kabeh.

Di kawasan Jawa Timur, ada tradisi Carok. Sebuah kebiasaan, jika terjadi perseteruan, entah antar keluarga, entah antar kelompok, jika ada korban nyawa melayang di salah satu pihak, pihak yang lain juga harus kehilangan nyawa dalam jumlah yang sama. Nyawa 3, dibalas 3. Nyawa 7, dibalas nyawa 7. Dst.
Di kawasan, Cilacap ada seorang pria, asli Sum-sel, sesudah keluar dari LP, tak mau kembali ke tempat asal. Alasannya, jika pulang, dia akan dihabisi oleh pihak 'lawan' yang pernah dibunuhnya. Di beberapa daerah lain, kebiasaan ini masih terjadi, dhendam-balas dhendham.

BTW, Mata ganti mata, Gigi ganti gigi adalah hukum Perjanjian Lama. Hukum itu bersifat destruktif, merusak. Supaya tidak semakin rusak, hadirlah Yesus Kristus, membawa hukum baru: Hukum k-a-s-i-h.
Yang bersifat konstruktif:
'Cintailah sesamamu. Cintailah musuh-musuhmu. ! Demikian, pesan Kitab-Suci.

Wasalam:

-agt agung pypm-
www.lelakuku. blogspot. com
www.biblestudiescom munities. blogspot. com







Senin, Oktober 20, 2008

Suster Mikael Pendamping Sepakbola

Ketika di Rowoseneng, ada seorang suster bernama MKL. Dia mengambil retret 1 bulan penuh, dalam rangka memperingati hidup ke-suster-an-nya yang ke 50 tahun. Hebat, menjalani hidup sebagai biarawati, sudah 50 tahun, tanpa henti. Penuh dinamika, katanya. Pasang-surut, penuh perjuangan namun tetap selalu bisa bersyukur. Terakhir dia bertugas di Kota Lasem. Sebuah kota perbatasan antara Jawa-Tengah dengan Jawa Timur, yang terkenal dengan Batik-Lasem-nya.

Di kota itu, dia berkegiatan di bidang kesehatan. Di sela-sela tugas pokok-nya, pelayanan pastoral, pendampingan umat juga dilakoninya. Maka berbagai macam umat juga dia kenal. Beberapa yang punya masalah juga mohon bantuan padanya. Salah satunya adalah Tante Muria--sebut saja demikian--. Tante Muria, seorang istri juragan Batik Lasem.

Apa kaitannya, Sr. MKL dengan Tante Muria, dan Sepakbola. Yang jelas dalam jangka waktu yang cukup lama, Suster MKL selalu hatinya 'dheg-dhegan' jika di televisi tertayang pengumuman akan ada siaran langsung Liga Sepakbola. Entah Liga Inggris, entah Liga Itali, entah liga-liga yang lainnya. Hati dheg-dheg-an, gelisah-resah, terjadi karena, jika sebuah pertandingan sebakpola selesai disiarkan, tak lama kemudian dia selalu dapat tilpon. Yang menelpon tak lain Tante Muria. Begitu tilpon diangkat, yang terdengar adalah suara tangisan, disertai ratapan, "Suster, kali ini kalah lagi........ 25 juta. Disertai nada sesengguk-an, 'Gimana suster, suami saya, makin parah........!'. Hampir bisa dipastikan, hampir tiap kali ada siaran sepakbola Liga, tilpon Suster MKL, selalul berdering. Isinya sama, 'Suster kali ini.... kalah lagi. Suster kali ini kalah lagi......". Di pembicaraan tilpon, yang diungkapkan oleh Tante Muria adalah perilaku Suaminya. Suami Tante muria senang sepak bola. Tak soal. Yang jadi soal adalah, jika nonton siaran sepakbola dia selalu pasang taruhan dengan kawan-kawannya. Jadi Si suami adalah seorang petaruh judi sepakbola. Hal itu dilakukan dari rumah, sambil nonton TV yang nyiarkan sepakbola, dia kontak dengan kawan-kawannya via telpon, pasang taruhan. Sekali dua kali menang. Tetapi kerap kali kalah. Taruhannya mula-mula kecil-kecilan. Lama-lama meningkat ke taruhan duit besar. 5 juta, kemudian, 10 juta, 15 juta. Terus-terus-terus. Angka terakhir yang dilaporkan dan ditangiskan ke Suster Mkl adalah ratusan juta. 'Suster kali ini suami saya kalah lagi, 100 juta. Aduuuuh Suster...... Padahal itu uang p e r u s a h a a n', ratapan Tante Muria pada suatu malam, usai siaran Liga Inggris.

Ya. Suami Tante Muria memang pecandu judi sepakbola. Urusan istri, urusan uang perusahaan, sudah tak dipikir-panjangkannya. Obsesinya, kali ini taruhan pasti menang...... Sudah berbagai usaha dilakukan Tante Muria, agar suaminya bisa lepas dari kecanduan judi sepakbola ini. Pernah pula ia datang, tak hanya sekali, melainkan ber-ulangkali, ke Pastor Parokinya. Tiap kali konsultasi dengan Pastor paroki, intensinya adalah 'Bagaimana agar suaminya bisa lepas dari kebiasaan judi itu.'

Pastor parokipun juga masih manusia, suatu saat --mungkin karena kesal, atau saking mumetnya-- Pastor paroki pernah memberi statement keras kepada Tante Muria, 'Bagaimana kalau suamimu itu mati saja !. Berani ndak ibu me-matikan suamimu....????' Tante Muria mendengarkan tentament dari Pastor Paroki, lalu nangis meraung-raung, 'Jangan, jangan pastor. Jangan dia mati. Yang mati saya saja.....!" Saking tak kuatnya, Tante Muria pernah minum APC-plus 30 biji sekaligus. Namun Tuhan masih berkehendak lain. Ia masih hidup. Tak mati-mati. Pernah pula dia tertekan batinnya, lalu 7-hari-7malam di kamar terus. Apa yang dilakukan....?! Main Game. Ya main Game. PS-2. Terus-menerus. Terus menerus. Agar lupa pada si suami, yang senang taruhan sepakbola dan tak mari-mari itu. Yang masih baik adalah, setiap kali dan setiap kali, Tante Muria selalu kontak, tilpon via HP pada Suster MKL. Sehari bisa sampai 7 kali tilpon. Tidak bertilponria. Melainkan bertilpon-nestapa. Nestapa akan perilaku suaminya yang mendem taruhan sepakbola.

Meski harus ketar-ketir, banyak keluarkan energi, melu mumet, Suster MKL tetap mendengarkan keluh-kesah dan apapun yang diutarakan Tante Muria. Inilah kesetiaan kepastoralan Suster MKL terhadap umat Tuhan. Dan yang jelas, setiap kali ada siaran sepakbola di TV, --biasanya malam dini hari-- Suster MKL-pun berjaga buka mata, tidak tidur, bersiap diri mendengar deringan tilpon dengan suara, 'Suster kali ini..... kalah lagi......suster.....!' Jadi Suster MKL akhirnya menjadi p-e-n-d-a-m-p-i-n-g sepakbola.

Suatu saat yang paling pahit akhirnya sungguh terjadi, Tante Muria suatu hari ditagih Bank. Uang tagihan sebesar 2 Milyard. Ternyata suaminya hutang bank. Uangnya untuk taruhan judi sepakbola. Habis, ludhes, apes.... Akhirnya hutang itupun jatuh tempo. Tak bisa bayar. Aset-aset Perusahaan Batik Lasem-nya disita Bank. Ban-krut-lah usaha batik Tante Muria, gara-gara sepakbola.

Atas perilaku suaminya, Tante Muria berdoa juga terus tanpa henti. Mendampingi suaminya dengan jatuh-bangun, stress, bingung, cari kompensasi positif, dsb-dsb.
Mei 2008, suami Tante Muria genap 1 tahun dipanggil Tuhan. Dia meninggal di tengah perjalanan ke Rumah Sakit Surabaya, karena stroke. Tante Muria menyerahkan seluruh dinamika hidupnya, dengan setiap kali datang ke Pertapaan Rowoseneng. Di sana dia berdoa, ikut ber-ibadat bersama para Rahib. Membaca buku Rohani. Dan menyapa orang-orang yang berziarah rohani di Biara Rowoseneng. Utang Bank yang 2 milyar, sudah bisa ditutup oleh anaknya yang meneruskan usaha Batik Lasemnya.


Orang bijak bilang, 'Kesucian orang tidak dilihat dari hasil-nya,
melainkan dari usahanya, per-juangan-nya, jatuh-bangun-nya, memanggul salib.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com






Sabtu, Oktober 18, 2008

DAMAI TAPI GERSANG

6 Suatu sore. Atau lebih tepatnya, petang. Saya dalam perjalanan dari Panca-Arga Magelang, hendak ke Purwokerto. Di per-limaan Pasar duren Purworeja, badan terasa penat bin capek. Maka istirahatlah di depan kios-kios, seputar pasar tsb. Ketika tengah duduk rileks menikmati wedang teh-gula-batu, melintaslah sebuah sepedamotor, jenis Si-pitung. Berjalan pelan di bagian kiri jalan. Yang naik dua orang, berboncengan. Potongan rambutnya model cepak. Anehnya, motor itu meski suasana gelap, tapi nyala lampu tak ada, alias lampunya mati. Potongan rambut model cepak kelihatan, karena keduanya tak pakai helm.

Beberapa saat berselang, terdengar suara: 'Braaaaak....'. Apa yang terjadi, ternyata motor si-pitung itu, menabrak sesuatu. Sesuatu-nya, adalah sebuah sepeda jengki warna hijau. Pengemudinya, seorang bapak setengah umur. Jadi, ternyata terjadi peristiwa tabrak-an.. Tabrak-an antara motor si-pitung melawan sepeda jengki-warna-hijau. Si-pitung tetap tegak berdiri. Pengemudinya sedikit luka di tangan. Sepeda jengki, rodanya melengkung bagian tengah, bak angka '8'. Bapak setengah tua menahan sakit karena benturan. Sesudah saling mengamati, lalu-kemudian terjadilah keributan. Tiga orang berdebat, eyel-mengeyel, mencari kesalahan pihak lain, saling menyalahkan. Gaduh, ramai, emosional. 'Kamu salah....., jalan di jalur kanan. Mestinya ambil jalur kiri..... ' Dari pihak Si-pitung. Dari Jengki-hijau tak kalah garangnya, 'Sampeyan, malam-malam, sepedamotoran. Mboten ngangge lampu...!' Dst-dst.

Dalam proses perdebatan, ter-inventarisasi-lah daftar kesalahan masing-masing. Pertama, Motor Si-pitung, tak berlampu, padahal hari sudah gelap. Kedua, pengemudi dan pemboncengnya tak ber-helm. Ketiga, ketika belok kiri, tak menyalakan lampu reting, alias sein. Sepeda jengki-hijau, kurang-lebih sama halnya. Pertama, tak berlampu. Kedua, melaju di jalur kanan jalan. Ketiga, bagian penting di sepeda tak ada silouet, pembias cahaya jika kena sorotan lampu.

Tabrakan barangkali tak akan terjadi jika suasana jalan terang. Jalan tak terang, karena di situ ada LPJU, tetapi mati. Jadi PemDa-pun punya andil salah. Dus yang salah tak hanya dua pihak. Melainkan tiga pihak: Si-pitung, Si Jengki-hijau, dan Pem-Da.

Agak lama perdebatan berlangsung. Akhir dari rembugan, tabrak-an tak masuk urusan Polisi. Cukup diselesaikan secara damai. Tapi ya, itu, damai tapi gersang. Mengapa, karena dua-duanya nanggung kerusakan dan kerugian sendiri.

Dalam sebuah spanduk yang dipasang oleh Pol-Res, bertuliskan:

'Kecelakaan, bermula dari pelanggaran.....!'

Rupanya, pesan spanduk itu sungguh benar. Seandainya Si-pitung, dan Si-jengki-hijau, men-taat-i aturan Lalu-lintas, pastilah tabrakaan tak terjadi. Hukum positif kurang-lebih pesannya begini: Jika malam pakailah lampu. Jika tak berlampu pasang silouet. Pakailah helm pengaman standar. Di jalan raya, ambilah jalur kiri. Pem-Da-pun, juga mesti melaksanakan tanggung-jawab pelayanan publik-nya: Lampu jalan yang rusak, segera diperbaiki.

Tapi apa daya. Semua sudah terjadi. Tinggalah permenungan yang tercipta. 

  • 1. Peraturan Lalu-lintas disusun berdasarkan UU, alias Undang-undang.
  • 2. Undang-undang Lalu-lintas jalan raya.
  • 3. Undang-undang merupakan perangkat hukum, demi tertib hidup bersama, 
    •    sebagai masyarakat.
  • 4. Hukum yang mengatur masyarakat adalah hukum positif.
  • 5. Hukum positif  berlandaskan sumber hukum yang lebih tinggi, yakni Undang-
    •    undang Dasar (UUD).
  • 6. UUD kita adalah UUD '45.
  • 7. Dalam preambul UU '45, terdapatlah norma dasar, yakni PANCASILA.
  • 8. Norma-norma Pancasila, bersumberkan dari norma-norma agama.
  • 9. Norma agama ada dan ditarik dari Kitab-Suci.
  • 10. Kitab-suci kita berpusatkan pada ajaran Gusti Yesus Kristus.

Dus kecelakaan-tabrakan tak akan terjadi seandainya mereka semua meng-amal-kan ajaran Yesus Kristus.

Catatan : Sesudah terjadi kesepakatan damai tapi gersang, terdengar bisik-bisik dari orang-orang seputar kejadian tabrakan, bahwa: Pengendara dan Pembonceng Si-pitung adalah anggota TNI. Sore itu sedang rileks, lalu pergi berdua untuk beli gorengan. Pengendara Jengki-hijau, adalah pedagang duren. Orang setempat.. Sesudah mereka pergi, ditemukan tempe kemul, pisang goreng, bakwan berserakan. Rupanya ketika bertabrakan, makanan-makanan itu tumpah berserakan:  A-p-e-s.  Semua jadi apes, karena Kecelakaan. Dan kecelakaan, bermula dari pelanggaran. Pelanggaran hukum, tentunya.

  • NB:
  • *Si-pitung  = Sebutan utk sepeda motor bebek. Merk Honda. Seri C-70. Th 75-80.
  • *Pem-Da   = Pemerintah Daerah.
  • *Pol-Res    = Polisi Resort.
  • *LPJU        = Lampu Penerangan Jalan Umum

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

 

Wasalam:

-agt agung pypm-

Jumat, Oktober 17, 2008

Koster bermasa-depan

02 Kalau pergi antar kota, kadang saya mampir ke pastoran terdekat jalan, di mana jalur terlewati. Di sebuah paroki yang berposisi strategis untuk dilewati dan di-mampir-i, ada seorang koster. Lulusan STM. Jurusan otomotif. Setahun yang lalu lulus. Suatu kali saya mampir ke paroki itu. Si Koster membuatkan minum, teh kenthel. Dia juga lalu nemani minum. Sembari nemani, dia ber-ungkap rasa: 'O... allah.... Urip kok mung kaya ngene-ngene bae.......!' . Ada bagusnya. Berangkat dari keluhan, dia lalu tanya, bagaimana caranya memajukan dan meningkatkan hidup. Sambil minum, dia bolak-balik Koran Kedaulatan Rakyat, bagian iklan-iklan. Hatinya berkehendak untuk lepas dari koster, hidup berprofesi lain. Alias non-koster. Yang dia lihat iklan-iklan komputer. Dia ingin bisa komputer. Lalu bisa kerja dengan duduk di hadapan komputer. Dia kemudian tanya, bagaimana caranya, agar bisa hidupnya berubah. Entah kerja. Atau kursus dulu. Lalu kalau kursus, kursus apa ?' Dsb.Dsb.

Berangkat dari pertanyaan itu,  lalu saya tanyai dia,  punya potensi apa sekarang ini.. Dia jawab, 'Punya pacar...'. 'Cantik, menarik...!' Katanya.
'Wuaaaaah......' . Hati saya jadi rada anyel, terus rada ra semangat, denger jawaban itu. Ditanyai potensi SDM, jawabannya malah 'Pacar...'.
'Wis kobis. Bocah jaman sekarang. Bocah sinetron tenan'. Lalu dia lanjutkan cerita. Punya ijazah STM. Pacarnya, punya tempat bisa untuk usaha warung. Berdua, katanya pernah dibayangkannya warung itu untuk jualan gorengan. Lalu dapat bathi alias profit. Lalu menikah. Lalu romantis. Dsb-dsb. Tapi dia juga sadar, nanti prospek warungnya cerah atau ndak. Karena di seputar tempat itu sudah banyak warung makanan.

Karena, pembicaraan berwarna dialogal. Dan dia memperlihatkan semangat majunya. Serta mau dan tak malu bertanya. Lalu saya cerita-i, --sebenarnya asal kena--, bahwa orang kalau mau berkembang harus bisa lihat peluang. "Dunia komputer sekarang sudah hampir jenuh. Jika tak nguasai betul. Ada peluang untuk maju, jika orang mau berkotor tangan. Jaman sekarang serba elektronik. Orang kepanasen, pakai kipas-angin.  Ngliwet pakai, rice cooker. Manasin, pakai magic-jar. Kramas, pakai hair-drier. Mandi, buat kopi pakai heater. Cukur brengos pakai cukuran elektrik. Motor pakai dinamo. Mobil pakai alternator. Tukang cukur, pakai gunting listrik. Setrika pakai setrika-listrik. Orang nyaman pakai AC. Bus, mobil, rumah, pada ber-AC-ria. Mengapa kamu tak kursus sistem gulung, sistem dingin, Itu semua elektronik semua. Dan pakai gulung dinamo. Maka kursuslah elektronik, spesialisasi gulung dinamo & sistem dingin. Lihatlah itu, bengkel kipas angin dekat Badran. Tak pernah sepi pelanggan.'

Semakin seriuslah si koster itu mencari iklan 'Kursus Elektronik, sistem gulung & dingin'. Segera pula, dia akan bilang pada Pastor Kepala, mau ikut kursus 'Sistem gulung'. Dari ke-kosterannya, dia sudah punya simpanan uang. Lumayan, bisa untuk beli Honda Supra Second. Dia bersemangat, mengejar dan menyongsong masa depan hidupnya. Bersama sang pacar, berjualan g-o-r-e-n-g-a-n.

==============Bendhot, Wawan, Ujang, Kadir, Ben-ju, Janu. A.l.adalah nama-nama koster.

'Hendaklah engkau sempurna, sebagaimana Allah Bapamu sempurna adanya'( Yoh )
Iman tanpa perbuatan adalah mati.'( Surat Yakobus ).
Keinginan tanpa realisasi adalah romantisme.
Inilah spirit hidup kristiani. Psiko-spiritual.
Koster-pun ingin menjalani hidup, berlandaskan semangat 'Psiko-spiritual'. Mau maju.
Bravo koster kita.............


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com

Pom Bensin & LPG

14 Djoko Maruto Di dekat perempatan Buntu, Banyumas, ada sebuah Pom-bensin. Pompa-bensin pendistributor BBM Pertamina itu milik seorang juragan. Juragan itu mempunyai beberapa pom-bensin lain di beberapa tempat. Berlokasi di beberapa kota. Kecuali alat usaha itu, dia mempunyai beberapa rumah. Ada yang besar. Ada yang kecil. Dia sendiri dengan istri tercintanya, memilih tinggal di salah satu rumah yang kecil. Salah satu rumah yang besar malah dibiarkan kosong melompong. Terlantar tak ditempatinya.

Keculi jualan bensin, pom itu juga jualan olie, serta pula jualan gas LPG. Suatu hari, istri juragan pom-bensin & LPG ini, hendak memasak di dapur. Tentu, bahan bakar untuk tungkunya memakai gas LPG. Sebagaimana kita tahu, menyalakan kompor gas LPG adalah dengan memutar tombol putar. Biasanya dengan diputar ke arah kiri: 'Ceklek. Ceklek'. Kemudian disusul suara dan kemunculan api, 'wussssss....'. Bisa disetel ukurannya. Api besar, apa api kecil. Tergantung kebutuhan.

Ceklek pertama, biasanya kompor gas bisa langsung nyala. Kalau tak berhasil, diulangi ceklek yang kedua, dst. Bila ceklak-ceklek, alias pemutaran berulangkali, biasanya ada masalah. Entah di kompornya, entah di slang-nya, entah di otomatisnya.

Karena berdiam di rumah yang kecil, maka dapurnya juga kecil. Di dapur yang kecil itu, si istri juragan menyalakan kompor gasnya. Ceklek pertama, tak nyala. Diulangi. Ceklek kedua, tak nyala juga. Lalu ditinggal pergi untuk urusan lain. Tak lama kemudian dia coba nyalakan lagi kompor itu. Untuk yang ketiga, ceklek. Apa yang terjadi. Begitu ceklek selesai, langsung api menyambar tak hanya di bagian tungku kompor, malainkan menyambar tubuh sang istri juragan tadi. Wanita itu menjerit, tapi sayang jeritan kasep: Tubuhnya tersambar api gas LPG. Kulitnya mengelupas-mengelupas. Si wanita juragan itu t e r b a k a r. Mengalami luka bakar, di atas 50%.

Ternyata, ketika ditinggal pergi sebentar, gas dari tabung tetap keluar, secara tak konangan. Karena ruang dapur kecil, gas itu menyebar & memenuhi ruang dapur yang kecil itu. Begitu ada percikan api, langsunglah terbakar seluruh ruangan. Termasuk tubuh si ibu juragan tadi.

Karena luka bakarnya, si ibu juragan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Karena dinilai lukanya amat serius. Dirujuk ke RS yang lebih besar, Panti-Rapih, Yogyakarta. Tapi apa daya. Manusia ber-usaha, Tuhan menentukan. Tak lebih dari dua minggu di Rumah sakit, si Ibu juragan menghembuskan napasnya yang terakhir. Dia meninggal dunia.

-----------------------

Orang kudus, St Ignatius, dalam Lat. Rohani, artikel 23, menegaskan:

  • * 'Manusia diciptakan untuk memuji Allah Tuhan Kita, dan dengan itu
  • menyelamatkan jiwanya.
    * Ciptaan lain, di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk
  • mengejar tujuan ia diciptakan.
    * Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk
  • mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut,
  • sejauh itu merintangi dirinya.

Dus, ternyata:
Pom-bensin untuk memuji Allah
Rumah untuk memuji Allah,
Kompor Gas, untuk memuji Allah
Tabung LPG, untuk memuji Allah
Gas LPG, untuk memuji Allah.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-
Yg pernah nginap di Pom-bensin.
Krn kehujanan.

Non-Politic-Tebar-Pesona

Syalom. Wilujeng sonten. Rahayu-rahayu.

Tak bermaksud politic-tebar-pesona,
dan, tak pula bermaksud ber-angan jadi kaum selebritis,

1. Berhubung, ada bbrp rekan mendorong spy tradisi tulis perj. lelaku hidup tak terbuang percuma, disarankan buatlah Blog.

2. Atas bantuan besar Ki sanak Dimas Danang AW pr., terbangunlah sebuah blogspot berjudul & ber-alamat di:

http://www.lelakuku.blogspot.com/

Terimakasih. Maturnuwun. Kam-ci-as, Rm. Danang Aw. pr. Terimakasih pula rekan-rekan pendorong tradisi tulis lelaku. Mugi Gusti tansayaa Kamulia-aken.

Wasalam:


-agt agung pypm-

lihat juga: WWW.biblestudiescommunity.blogspot.com

Rabu, Oktober 15, 2008

Murni

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

3d_1164 1. Di sebuah kota, bag dari DIY, ada sebuah makanan ber-merk, 'Murni'. Tetapi bulan lalu ruang pamer & gudangnya digerebek aparat keamanan. Karena --dituduh-- menimbun BBM. Dua tuduhan pelanggaran :

  • a. Sektor rumah tangga, untuk industri.
  • b. Sedang dalam konversi ke Gas LPG. Malah dipakai terus, tak mau konversi. Dus terjadi 'ketidak-murni-an'. Malah dua kali.

2. Di sebuah tepi jalan raya, ke arah Kebumen, ada warung bensin bertuliskan: 'POM CILIK'. 100% Murni.

3. Di tempat lain, sebuah kios bensin bertuliskan begini:

Sedia Bensin.
100% Murni.
( 'Murni' bensinku, semurni cintaku padamu )

M u r n i. Kata turunannya 'Kemurnian'. Barang itu kini mahal harganya. Gadis Suci - murni, mahal harganya. La-laki yang suci, juga mahal harganya. Krn susah carinya.
Hati yang murni, tak setiap orang punya, maka lalu, juga mahal harganya. Krn .....

Hati murni = adalah hati yang tulus,
adalah hati yang polos
adalah hati yang bersih
adalah hati yang suci
adalah hati yang tanpa pra-sangka
adalah hati yang tanpa pamrih
adalah hati yang tanpa subyektifitas
adalah hati yang tanpa pesan-sponsor
adalah hati yang tanpa konspirasi
adalah hati yang tak a-prior-i
adalah hati yang ................( K - isi - D - W - D - W )

Wasalam:
-agt agung pypm-

Sabtu, Oktober 11, 2008

Anak-muda bertanggung-jawab. Anak muda bermasadepan.

5474824-md Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Berat-ringannya hidup harus dijalani. Yang namanya persoalan selalu ada-ada saja. Dari keperluan sosialitas sampai keperluan jasmani-tas. Tak lain dan tak soal adalah soal perut. Perut yang kosong haruslah diisi. Kalau perut tak terisi, bisa kelaparan. Atau seandainya telat mengisinya, orang mudah uring-uringan, erosional(--istilah maklar penumpang terminal lama Majenang--), alias gampang nesu.

0. Berita Kompas, dua minggu lalu, ditemukan di sekitar Depok, seorang anak, bisa mencopet HP 7 kali dalam sehari.
Dia anak yang tidak bertanggung-jawab.

1. Di Cisumur, Stasi dr Paroki Sidareja, ada sekolah SLTP Yos Sudarso. Posisinya di pinggir desa, menjorok ke lautan sawah-sawah. Tahun awal 2000-an muridnya cukup banyak. Menariknya, jika musim panen tiba, banyak meja murid kosong. Bukan si murid, nakal atau bolos-malas-malasan. Tidak. Mereka bantu orangtuanya mbawon di sawah.
Dia anak yang sudah berusaha bertanggung-jawab. Bantu cari nafkah. 

2. Jika musim liburan, banyak juga murid yang terlambat masuknya. Bahkan ada yang sampai 1 minggu. Atau malah ada pula yang pergi tak kembali. Ternyata mereka ikut orang-tuanya ngode di kota-kota besar. Biasanya Bandung atau Jakarta.
Dia anak yang sudah bertanggung-jawab. Ikut cari nafkah.

3. Ketika melayat Pak Agus Wahyudi di Pekalongan, dan di perjalanan ban motor-trail gembos, lalu masuk ITB wetan Pemalang, Yang nangani seorang anak laki-laki umur 10-tahunan, klas 5 SD. Ora ketang sambil sentrap-sentrup karena pilek, dan tiap kali harus mbenakke umbele.
Dia --malah-- anak yang sudah bisa bertanggung-jawab.

4. Di Purwokerto, ada seorang umat yang punya usaha bis. Anak-laki-lakinya, ketika klas enam SD, sudah diberi tugas ngecek oli bus-busnya tiap sore. Anak itu sekarang buka usaha sendiri. Walau masih muda.
Anak yang sudah bisa bertanggung-jawab.

5. Ketika kenalan sama anak-anak misdinar katedral, saya tanya salah satu di antara mereka. Sekolah di mana.....?
Dia jawab, 'Di STM romo.........! Biar punya masa depan...!!!!'
'Lho....?! Kok gitu ?.'  Sahud saya.
'Kalau di SMA, kasihan orang-tua romo......!'. Dengan tegas dan PeDe-nya.
Dia anak ber-usaha bertanggungjawab sekaligus bermasadepan.

Ada lagu Sekolah Dasar, juga jadi Lagu Sekolah Minggu:
Biar-kanak-kanak datang padaku
Itu sabda Yesus, Dia memanggilku.
dst....( Injil Mat 18 ).
Tugas orang-tua adalah mendidik, mendampingi anak-anak agar bisa bertanggung-jawab.
Bisa menanggung & menjawab. Menanggung dirinya sendiri. Menjawab perihal yang dilakukannya.
Anak demikian sudah ter-internalisasi ajaran-ajaran Yesus.
Anak ber-iman = anak bertanggung-jawab. Kita meng-usahakan, agar anak-anak bisa menanggung & menjawab. Di hadapan Tuhan. Di hadapan orang-tua. Di hadapan kawan & sesama.


Wasalam:
-agt agung pypm-

NB:
- mbawon  = ani-ani, memanen padi
- ngode     = kerja, glidhig, sbg buruh
- ITB         = Institut tambal ban

Jumat, Oktober 10, 2008

Misteri Iman. Untuk Pak Agus Wahyudi (II).

6 edit Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Suatu kali, saya diminta 'ngunjukaken misa', di sebuah Paroki Jakarta Utara. Menarik, a.l yang mimpin lagu-lagu adalah sang koster sendiri. Aslinya dari Sendangsono, Promasan, Kulonprogo. Mumpuni sekali koster itu. Banyak yang ikut misa berprofesi sbg pedagang. Ada pedagang elektronik. Ada pedagang onderdil. Dsb-dsb.  Karena berkaitan dengan doa arwah, maka saya ajukan tema kotbah, berkisar soal iman, seputar kematian. Saya tanya pada yang ikut misa, 'Apa itu misteri iman......?!.  Lama......  Tak ada yang jawab.

Demikian pula, pertanyaan serupa saya ajukan pada sebuah pertemuan pendalaman agama, di bagian dari Paroki Kroya. Apa yang dimaksud dengan Misteri iman. Persis sama, tak ada yang bisa jawab. Ketika dinamika pembicaraan ttg kata misteri berlangsung, yang kerap muncul, adalah kata misteri dikaitkan dengan rasa medeni, menakutkan, angker, mistis, dsb.

Lalu peserta perayaan ekaristi, saya ajak untuk buka buku kecil merah, 'Tata Perayaan Ekaristi, buku umat'. Terbitan KWI. Hal 52-53. Terutama anamnesis-2. Di bagian-bagian itu ditulis ttg, harapan iman kita, misteri iman kita. Saya ajak mereka baca bersama, secara perlahan-lahan: Misteri Iman Kita: 1. Kristrus telah wafat. 2. Kristus telah bangkit 3. Kristus akan kembali.

Sesudah baca perlahan dua kali, mereka saya tanyai lagi. Apa misteri iman kita, misteri iman katolik ? Mereka langsung jawab. Ada yang keras tegas. Ada yang lirih malu-malu, Kristus telah wafat....., Kristus telah bangkit....., Kristus akan kembali......
Lalu saya tanyai lagi, 'Jelas.....?!'
'J e l a s...!' jawab mereka dengan mantap.

Pak Stefanus Agus Wahyudi. Karena iman-katolik-nya, ia telah menerima, dan lalu mengalami sendiri misteri itu. Misteri Kristus: telah wafat 9 Oktober 2008 yang lalu. Bangkit bersama Kristus. Akan kembali bersama Kristus.
Alm. Rm Tom Jakob SJ, memakai istilah, karena iman kita, kita itu membonceng Kristus, menuju kemuliaan.
Selamat jalan Pak Agus Wahyudi Stefanus.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Misteri-us. Misterius. Misteri iman. Penghormatan untuk Pak Stef. Agus Wahyudi S.si, M.Kom

NGM1998_10p2-3 Syalom. Wilujeng ndalu.. Rahayu-rahayu-rahayu.

Suatu hari, Sabtu, di sebuah stasi, perbatasan antara Kawunganten-Sidareja, diselenggarakan perayaan misa-kudus, ekaristi. Dari rumah, saya berbekal rencana, 'Mau tak ajak omong-omong tentang Misteri iman'. Modelnya, dialog. Ada tanya jawab. Aslinya dalam bhs Jawa. Pada bagian pembukaan, saya pancing dengan pertanyaan, 'Para sedulur, apakah panjenengan tahu, yang dimaksud  'Misteri'. Atas pertanyaan itu, umat terdiam. Lama tak ada yang jawab.

- Beberapa waktu kemudian, seorang pemuda tunjuk jari, seraya bicara keras, 'Tahu romo, saya tahu, misteri itu pilem.....!'.
+ Atas jawaban itu, saya jadi repot, 'Wah. Ini diluar skenario saya ini. Misteri itu pilem !.'
Lalu bahasan diteruskan, 'ya. filem apa ?'.
- 'Ya...itu romo, pilem misteri, seperti yang di TV itu lho.....'
+ Saya coba ingat-ingat. Memang masa itu sedang ada tayangan sinetron-sinetron yang berbau mistis, horor dan 'misteri-us'. Ada memang yang judulnya pakai kata misteri.
'Lha, cirinya pilem itu apa ?'.
- 'Bagus romo....!.. Tapi menakutkan. Itu sungguh apa ndak ya romo ?!'. Dia balas tanya.

Lama, jika dialog itu ditayangkan di tulisan ini. Hanya yang jelas, kemarin saya melayat Pak Agus Wahyudi di Pekalongan. Stefanus agus Wahyudi, S.Si, M.Kom. lengkapnya. Dalam sambutannya, Pranata adicara, mengkisahkan riwayatnya, perannya di  masyarakat, gereja, pemerintahan, dunia pendidikan, serta situasi terkininya.
Di Gereja, dia dulu aktif di KKMK. Sekarang giat di ke-parokian.
Di masyarakat, terakhir menggerakkan peng-urug-an jalan lingkungan dengan sirtu agar tak banjir. Malah terakhir ber-ide mau beli aspal hot-mix bekas utk keperuan itu. Kata, Pak RT, tempat dia tinggal.
Di kampus, dia total berusaha membesarkan STIMIK yang dia ketuai-nya.   'Tanpa dia, STIMIK tdk akan sebesar ini', sambutan wakil kampus.
Di pemerintahan, ada relasi baik dengan Pak Walikota, guna memajukan Kota Pekalongan. Sebuah rangkaian bunga besar memang dari Walikota.
Di keluarga, dia bapak yang bertanggung-jawab. Sebagai seorang katolik, dia beristri satu. Tiga anak. Yang terbesar masih duduk di klas 5 SD.
Sebagai pribadi, dia orang yang betul ingin maju. SD, di Banyubiru. SMP, di Pangudiluhur Ambarawa.. STM, di Kristen Salatiga. Perguruantinggi, di Yogya. S2, di Un-neS, Semarang. S3, sedang ditempuh. Dia dapat beasiswa. Terkini, dari Men-dig-nas.

Pulang dari melayat, meluncur pulang naik motor trail ke Purwokerto. Menjelang masuk Pemalang, motor kena paku. Persis di depan pos-polisi. Bessss...... Angin ban belakang langsung habis. Motor masuk tukang tambal ban. Yang menambal seorang anak klas 5 SD. Belum trampil untuk nangani ban jenis tril. Jadi ora kena-kena lhe nyopot ban. Narik-nya, ketika usaha nyopot ban, hidungnya pilek. Jadi bola-bali mbenak-ke umbele. Sentrap & sentrup tiada henti. 30 menit tak berhasil lepas ban dalam. Hingga nunggu bapaknya pulang dari beli sekrop. Ditangani. Bapaknya biasa nambal ban-ban truk dan bus besar. Tapi untuk nambal ban trail, butuh waktu hampir 120 menit. Alias hampir rong jam.

Sambil nunggu ban ditambal, saya ingat agak syahdu, Pak Agus Wahyudi, dipanggil Tuhan: meninggalkan seorang anak klas 5 SD, seorang anak 3 tahun. Seorang anak 1 tahun. Tiga anak masih kecil-kecil. Masih butuh figur ayah. Butuh topangan ekonomi. Butuh ini. Butuh itu. Dsb-dsb.
STIMIK, juga masih butuh orang macam itu.
Gereja Pekalongan merasakan ketulusan ke-aktifannya di gereja. Di Keuskupan Purwokerto, --kalau tak salah-- juga aktif di komisi kerawam.
Almarhum Rm Setyawan Ghani SJ, pernah bilang, 'Allah itu misteri'.
Maksudnya, sebagian pribadi Allah bisa kita ketahui. Namun sebagian dari Allah, tidak bisa kita ketahui:
'Mengapa Dia memanggil Pak Agus Wahyudi, saat ini. Dan dalam situasi terkini-nya.'
Selamat jalan Pak Agus. "Gusti ingkang maringi. Gusti ingkang nimbali.'

Wasalam:
-agt agung pypm-

Misteri Iman. Utk Bp Agus Wahyudi.

1600time004 Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Suatu hari, Sabtu, di sebuah stasi, perbatasan antara Kawunganten-Sidareja, diselenggarakan perayaan misa-kudus, ekaristi. Dari rumah, saya berbekal rencana, 'Mau tak ajak omong-omong tentang Misteri iman'. Modelnya, dialog. Ada tanya jawab. Aslinya dalam bhs Jawa. Pada bagian pembukaan, saya pancing dengan pertanyaan, 'Para sedulur, apakah panjenengan tahu, yang dimaksud 'Misteri'. Atas pertanyaan itu, umat terdiam. Lama tak ada yang jawab.
- Beberapa waktu kemudian, seorang pemuda tunjuk jari, seraya bicara keras, 'Tahu romo, saya tahu, misteri itu pilem.....!'.
+ Atas jawaban itu, saya jadi repot, 'Wah. Ini diluar skenario saya ini. Misteri itu pilem !.'
Lalu bahasan diteruskan, 'ya. filem apa ?'.
- 'Ya...itu romo, pilem misteri, seperti yang di TV itu lho.....'
+ Saya coba ingat-ingat. Memang masa itu sedang ada tayangan sinetron-sinetron yang berbau mistis, horor dan 'misteri-us'. Ada memang yang judulnya pakai kata misteri.
'Lha, cirinya pilem itu apa ?'.
- 'Bagus romo....!. Tapi menakutkan. Itu sungguh apa ndak ya romo ?!'. Dia balas tanya.

Lama, jika dialog itu ditayangkan di tulisan ini. Hanya yang jelas, kemarin saya melayat Pak Agus Wahyudi di Pekalongan. Stefanus agus Wahyudi, S.Si, M.Kom. lengkapnya. Dalam sambutannya, Pranata adicara, mengkisahkan riwayatnya, perannya di masyarakat, gereja, pemerintahan, dunia pendidikan, serta situasi terkininya.

Di Gereja, dia dulu aktif di KKMK. Sekarang giat di ke-parokian.
Di masyarakat, terakhir menggerakkan peng-urug-an jalan lingkungan dengan sirtu agar tak banjir. Malah terakhir ber-ide mau beli aspal hot-mix bekas utk keperuan itu. Kata, Pak RT, tempat dia tinggal.
Di kampus, dia total berusaha membesarkan STIMIK yang dia ketuai-nya. 'Tanpa dia, STIMIK tdk akan sebesar ini', sambutan wakil kampus.
Di pemerintahan, ada relasi baik dengan Pak Walikota, guna memajukan Kota Pekalongan. Sebuah rangkaian bunga besar memang dari Walikota.
Di keluarga, dia bapak yang bertanggung-jawab. Sebagai seorang katolik, dia beristri satu. Tiga anak. Yang terbesar masih duduk di klas 5 SD.

Sebagai pribadi, dia orang yang betul ingin maju. SD, di Banyubiru. SMP, di Pangudiluhur Ambarawa.. STM, di Kristen Salatiga. Perguruantinggi, di Yogya. S2, di Un-neS, Semarang. S3, sedang ditempuh. Dia dapat beasiswa. Terkini, dari Men-dig-nas.

Pulang dari melayat, meluncur pulang naik motor trail ke Purwokerto. Menjelang masuk Pemalang, motor kena paku. Persis di depan pos-polisi. Bessss...... Angin ban belakang langsung habis. Motor masuk tukang tambal ban. Yang menambal seorang anak klas 5 SD. Belum trampil untuk nangani ban jenis tril. Jadi ora kena-kena lhe nyopot ban. Narik-nya, ketika usaha nyopot ban, hidungnya pilek. Jadi bola-bali mbenak-ke umbele. Sentrap & sentrup tiada henti. 30 menit tak berhasil lepas ban dalam. Hingga nunggu bapaknya pulang dari beli sekrop. Ditangani. Bapaknya biasa nambal ban-ban truk dan bus besar. Tapi untuk nambal ban trail, butuh waktu hampir 120 menit. Alias hampir rong jam.

Sambil nunggu ban ditambal, saya ingat agak syahdu, Pak Agus Wahyudi, dipanggil Tuhan: meninggalkan seorang anak klas 5 SD, seorang anak 3 tahun. Seorang anak 1 tahun. Tiga anak masih kecil-kecil. Masih butuh figur ayah. Butuh topangan ekonomi. Butuh ini. Butuh itu. Dsb-dsb.

STIMIK, juga masih butuh orang macam itu.
Gereja Pekalongan merasakan ketulusan ke-aktifannya di gereja. Di Keuskupan Purwokerto, --kalau tak salah-- juga aktif di komisi kerawam.

Almarhum Rm Setyawan Ghani SJ, pernah bilang, 'Allah itu misteri'.
Maksudnya, sebagian pribadi Allah bisa kita ketahui. Namun sebagian dari Allah, tidak bisa kita ketahui:
'Mengapa Dia memanggil Pak Agus Wahyudi, saat ini. Dan dalam situasi terkini-nya.'

Selamat jalan Pak Agus. 'Gusti ingkang maringi. Gusti ingkang nimbali.'


Wasalam:

-agt agung pypm-